Beberapa hari berlalu sejak kejadian yang ia alami dengan kakek tua yang sulit dipahaminya. Kini ia kembali menjalani hari-hari seperti biasanya. Sama seperti saat ia belum bertemu dengan sosok kakek tua misterius. Ia kembali keluar untuk mencari pasokan makanan demi menyambung hidup.
Hari itu terasa menyengat. Panas matahari seolah tak bersahabat. Meskipun berteduh di bawah pohon rindang, panasnya masih saja terasa. Seakan sia-sia saja berteduh di bawah pohon untuk menghindari sengatan panas matahari. Hanya saja hari itu Jaka tak kesusahan dalam mencari makanan. Banyak buah-buahan yang ia temukan di hutan dekat gubuknya. Hal itu berlangsung selama beberapa hari.
“Buah-buahan hari ini cukup banyak,” ucap Jaka memetik buah demi buah diselingi dengan senandung kecilnya, merasakan kebahagiaan yang tak terkira. Terkadang ia berbicara sendiri seolah sedang bercengkrama dengan dirinya.
“Jaka, kau harus banyak bersyukur. Kau masih diberikan rezeki berlimpah seperti ini,” ucapnya seakan sedang menasihati dirinya sendiri.
Ia kembali bersenandung kecil mencari buah-buahan yang bisa dikumpulkannya. Kemudian ia bersiap pulang setelah dirasa buah-buahan yang dikumpulkannya cukup banyak.
“Aku pasti akan berhemat, agar beberapa hari kedepan ini aku tidak perlu mencari makanan lagi,” ucapnya mantap melangkahkan kakinya kembali menuju ke gubuknya.
Diperjalanan pulang menuju gubuknya Jaka masih bersenandung ria merasakan kebahagiaan besar dihatinya. Suasana hatinya kini sedang bagus, tak ada yang perlu dipikirkannya lagi untuk mencari makanan.
Dalam perjalanan pulangnya itu Jaka melewati beberapa orang anak yang berkumpul sedang bermain permainan bambu. Jaka merasakan firasat yang buruk dalam perjalanannya itu. Namun, sedikit pun Jaka tidak menghiraukannya. Ia semakin mempercepat langkahnya agar lebih cepat sampai di gubuknya.
Beberapa dari mereka saling berbisik tatkala Jaka melewati jalan setapak yang mengarah ke arah mereka.
“Hei, lihatlah! Dari mana ia mendapatkan buah-buahan itu?” ucap seseorang diantara mereka.
“Mungkin saja ada seseorang yang memberikan buah itu kepadanya,” sahut anak yang lebih besar dengan acuh.
“Atau barangkali ia mencurinya dari seseorang,” tuduh anak lain.
“Kita tanyakan saja, bagaimana? Barangkali ia memang mencurinya dari seseorang atau kebun miliknya.” Seorang anak lain mencoba memprovokasi teman-temannya agar menghentikan langkah Jaka.
Jaka hampir melewati mereka. Tiba-tiba saja mereka dengan cepat mengelilingi Jaka seperti sedang mengurung seekor kucing agar tidak bisa kabur kemana-mana.
“Wah, wah, lihatlah ini, siapa yang lewat?”
“Bukankah ini Si Dungu, Jaka. Kira-kira apa yang dibawanya itu?”
“Apa yang kalian inginkan?” ucap Jaka melangkah mundur.
“Oh, sudah berani berkata kepada kita rupanya. Semenjak ada yang menolongmu kemarin, kini kau jadi sedikit lebih sombong dan semakin berani.”
Seorang anak yang memprovokasi maju dengan tiba-tiba, “Heh, Dungu! Dari mana kau mendapat buah-buahan itu? Apa kau mencurinya dari seseorang?” tanyanya pada Jaka dengan pandangan tajam.
“Aku mendapatkannya dari hutan,” jawab Jaka.
“Di hutan? Atau kau memang mencurinya dari seseorang?”
“Aku berkata yang sebenarnya, aku tidak berbohong!”
“Apa ada orang yang akan mempercayai omonganmu, hah!? Teman-teman apakah kalian percaya dengan ucapannya itu?”
Anak-anak yang lain saling pandang, lalu tertawa terbahak-bahak.
“Kau lihat, mana ada yang akan percaya omonganmu di sini?”
Jaka tahu setiap ucapannya pasti takkan ada yang mempercayainya sedikit pun. Ia hendak melangkah kabur, namun jalannya tertutup. Ia tak bisa bergerak ke mana pun.
“Apa kau ingin melarikan diri lagi kali ini? jangan harap kau bisa!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
🍭ͪ ͩ𝕸y💞🅰️nnyᥫ᭡🍁❣️
kayanya aku sampai sini aja deh kak... tetep semangat... maaf ya nggak lanjut baca utk saat ini... semangat kak... jangan kasih kendor..
2021-01-14
0
tisy
semangat thor aku suka 😘
2021-01-14
0
tisy
🥰😆🥰🥰😘🥰🥰🥰💪👍👍👍
2021-01-14
0