Jaka bangkit dan bergegas mencari orang yang dapat ia temukan guna menolong Dawul yang terluka. Dawul hendak meraih tangan Jaka, namun hanya bisa menyentuh angin, tangannya terlalu lambat meraih tangan Jaka. Ia hanya bisa melihat Jaka pergi meninggalkannya seorang diri begitu saja.
Jaka berlari mencari seseorang beberapa puluh meter dan menemukan dua orang tua yang berjalan pulang dari mencari kayu bakar.
"Paman, Tolonglah, bantu aku!!" Jaka berkata terengah-engah. napas nya saling beradu dengan detakan jantungnya.
"Ada apa, Nak? Kenapa kau berlarian? Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya salah seorang orang tua yang Jaka jumpai.
Jaka hanya menunjuk. napasnya belum terlihat normal. Ia masih mengatur tarikan napasnya agar teratur sedikit demi sedikit.
"Apa gerangan yang mengganggumu?" ucap seorang yang lainnya ikut bertanya karena penasaran.
Setelah tarikan napasnya mulai teratur, Jaka segera membuka suaranya. "Tolong! Tolonglah.. temanku ... ia.. ia terluka, ia butuh pertolongan segera. Aku mohon!" pinta Jaka. Kedua orang tua itu mengamati Jaka dengan seksama, mengamati akan kebenaran ucapan Jaka.
Pakaian yang sedikit lusuh dan kotor, tangan yang memegang ranting kayu penuh darah membuat sulit keduanya langsung percaya akan ucapan yang Jaka sampaikan.
"Tak ada waktu lagi, aku mohon, tolonglah!"
Kedua oang tua itu saling pandang, antara harus mempercayai atau tidak. Keduanya akhirnya memutuskan mengikuti Jaka dan bersegera menuju ke tempat yang Jaka tunjukkan.
Sementara di waktu yang lain, Dawul masih berkutat dengan rasa sakit luar biasa yang menyiksanya. Ia berjuang diantara hidup dan mati. Ia tak tahu ke mana kiranya Jaka pergi meninggalkannya seorang diri. Setengah tubuhnya terasa mati rasa, tangannya sulit untuk digerakkan, mulutnya terasa terkunci rapat. Pandangan sekitarnya sedikit agak kabur dan mulai meredup. "Ahh, mungkinkah aku takkan sanggup bertahan lama sampai Jaka kembali," batin Dawul. kini hampir seluruh tubuhnya mati rasa, cahaya dimatanya mulai meredup, dan seluruh inderanya hampir kehilangan fungsi, hanya pikirannya yang samar-samar masih terasa.
"Jaka.. maafkan aku! Aku sudah tak sanggup bertahan lebih lama. Hiduplah demi pertemanan kita. Terima kasih kau sudah menjadi satu-satunya teman yang kupunya." Sesaat setelahnya pikiran Dawul pun benar-benar ikut hilang bersama dengan hilangnya seluruh kesadaran Dawul.
Jaka dan dua orang tua yang ditemuinya di jalan telah sampai ke tempat dimana Dawul berada.
Demi melihat Dawul yang tak berdaya, Jaka terduduk lemas. Matanya mulai berkaca-kaca dan berlinang air mata. Tak ada suara sedikit pun yang mampu Jaka ucapkan. Namun, isakannya jelas menggambarkan bagaimana hancurnya perasaannya saat itu.
Hari itu selepas Dawul dibawa pulang dan dikuburkan, tiba-tiba muncul desas-desus yang mengkambinghitamkan Jaka bahwa dirinyalah yang membuat Dawul kehilangan nyawanya. Walaupun tidak dalam artian pernyataan yang langsung, munculnya desas-desus itu sungguh membuat Jaka tak nyaman, seakan-akan orang-orang menuduh dirinya membunuh Dawul. Tanpa menilik kebenaran yang terjadi, beberapa orang langsung membuat spekulasi tak mendasar. Ia yang awalnya berniat menolong Dawul, merasa seperti tak mempunyai apa-apa dipandang orang lain, bahkan hingga saat ia memutuskan untuk menetap di daerah lain, desas-desus itu tak pernah ikut menghilang bersama kepergiannya.
Jaka masih mengingat kejadian itu sesekali. Sulit sekali rasanya untuk melupakan kejadian itu begitu saja. Bayang-bayang kejadian itu terkadang membuatnya sedikit merasa sedih bila terpikirkannya, dan terkadang pula membuatnya ingin benar-benar melupakannya. Juga soal ketidakbersalahan yang dilimpahkan kepadanya yang telah merenggut nyawa orang yang telah membesarkannya dengan penuh kasih sayang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
Putra_Andalas
gk jelas nih cerita...😵
2024-10-26
0
Rusliadi Rusli
belum ketemu kemana arah ceritnya...masih bingung
2023-02-27
0
Kasbani 89
josssss
2021-04-03
0