“Tapi, Paman, bagaimana denganmu?”
“Tunggu aku datang, aku akan segera menyusulmu. Bersiaplah! Sebentar lagi kita akan melewati jalan tikungan itu.”
Kuda berpacu semakin cepat. Tikungan jalan mulai terlihat meski agak gelap. “Ingat arahanku barusan. Keamananmu tergantung bagaimana kau mengikuti arahan dariku”
Jaka dilemparkan ke arah rerumputan yang tinggi. Sesuai arahan yang mesti diperhatikan, ia bersembunyi di balik rerumputan sampai kuda yang ditungganginya beserta sepasukan berkuda yang mengejarnya pergi menjauh barulah ia mulai berjalan mencari gubuk yang tadi dibicarakan. Jaka menenggelamkan tubuhnya ke dalam rerumputan tempat ia dilemparkan. Ia terus berdoa semoga sepasukan berkuda yang mengejarnya tak ada seorang pun yang tahu keberadaannya.
Dirasa semua sudah seperti rencana awal, ia mulai bergerak menuju gubuk yang dimaksud. Butuh beberapa jam hingga ia sampai di gubuk yang ditunjukkan kepadanya. Bahkan, malam mulai berganti pagi tatkala Jaka sampai di gubuk. Ia hanya bisa pasrah dan menunggu kedatangan seseorang yang sudah menolong dirinya.
Pagi kian menampakkan diri. Jaka masih setia menunggu kedatangan orang yang ditunggunya sejak ia sampai di gubuk itu. “Paman, semoga kau baik-baik saja..” ucap Jaka lirih.
Beberapa saat orang yang ditunggu-tunggu akhirnya datang. Tapi keadaannya memprihatinkan. Dua anak panah menancap di punggungnya. Darah yang keluar hampir menutupi pakaian belakangnya.
“Paman, Paman.” Jaka segera memburu ke arahnya dan menurunkannya dari kuda. “Paman, apa yang terjadi? Kenapa kau bisa begini?” Jaka terlihat panik dan penuh kecemasan. Jaka mengguncang tubuhnya, namun tak ada reaksi sedikit pun. Anak panah yang tertancap lantas dicabut oleh Jaka. Sekali lagi Jaka mencoba mengguncang tubuhnya. “Paman, Paman..” Akhirnya seseorang yang ditunggunya terlihat mulai tersadar.
“Untunglah kau tidak apa-apa. Uhukk!”
“Paman, jangan banyak bergerak dulu. Aku akan mencari sesuatu untuk menekan lukanya agar tak banyak mengeluarkan darah lagi.” Jaka hendak pergi mencari sesuatu yang dapat digunakannya untuk menahan pendarahan, namun tangannya tertahan.
“Tidak perlu. Aku sudah cukup lega melihatmu berada di tempat yang aman ini. Lagi pula anak panah yang sudah kau cabut itu telah dilumuri oleh racun. Aku pikir waktuku sudah tak banyak lagi. Uhukk!”
“Paman, kenapa kau menolongku. Kita bahkan tidak kenal satu sama lain?”
“Itu sudah tugasku membawamu ke tempat yang aman. Dan sepertinya tugasku sudah terpenuhi. Kini tak ada yang perlu kusesali lagi.”
“Paman, aku ingin bertanya padamu. Siapa yang mengutusmu untuk menolongku?” Jaka masih penasaran siapa dibalik orang yang menolongnya.
“Itu.. ka, kakekmu.”
Jaka tertegun. Lagi-lagi soal keluarganya. Tapi siapa kakek yang dimaksud? Apakah kakek yang berbicara dengannya? Ataukah..? Pertanyaan-pertanyaan yang tiba-tiba muncul kembali menghampiri dan memenuhi pikirannya. Jaka tersadar. Ada sesuatu yang lebih penting dari pada memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu.
“Paman, tolong katakan padaku, siapa nama kakekku? Dimana dia sekarang?”
“Dia.. Dia adalah..” Suaranya terhenti berbarengan dengan hembusan napas terakhirnya. Jaka tak menyangka orang yang telah menyelamatkannya harus mati demi menolongnya, bahkan sebelum ia sempat berterima kasih dan membalas jasanya.
“Paman, Paman.. bangunlah! Katakan padaku siapa kakekku? Dimana aku harus menemukannya?” Jaka bersedih. Ia menitikkan air mata. Entah apa yang terjadi, ia seakan tak kuasa menahan kesedihan atas kepergiannya.
“Paman, aku akan selalu mengingat kebaikanmu hari ini. Aku juga berjanji akan menghargai kehidupan yang sudah paman berikan,” tekad Jaka mantap.
Jaka menguburkan jasadnya tak jauh dari gubuk itu. Sesekali ia mengunjungi kuburannya sekadar untuk berterima kasih atas jasanya yang telah menyelamatkan hidupnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 105 Episodes
Comments
nana 2024
banyak iklan ganggu aja sialanlu
2024-09-24
1
Rusliadi Rusli
sangat laju
2023-02-27
0
Amirh
cerita penuh dengan musibah dan kemalangan
2022-09-04
0