Kanaya menyuapi sedikit demi sedikit nasi goreng ke dalam mulut Sean hingga habis tak ada sisa. Walau sambil misuh misuh tapi dia tetap menuruti semua perkataan Sean.
Sean bukan tak menyadari Kanaya sering kali mendumel bahkan mengumpat nya, tapi dirinya bukan marah malah merasa terhibur apalagi melihat mimik wajah Kanaya yang berubah ubah.
"Kanaya tolong bantu saya ke kamar mandi"
Kanaya dengan kesabaran penuhnya membantu memapahnya kekamar mandi.
"Tolong bukakan ini" Sean menunjukkan pada arah celananya
Kanaya melotot menatap Sean "Tuan.... "
"Kancing nya Kanaya, kamu jangan berpikir yang aneh aneh. Kancing nya tersangkut"
Kanaya menelan ludahnya kasar, wajahnya sudah memerah menahan malu. Baru pertama kalinya dia membukakan kancing celana pria dewasa.
Kanaya tidak selalu menatap arah kancing karena dirinya takut gagal fokus, namun benar kata Sean kancing tersebut tersangkut dan butuh tenaga untuk melepasnya.
Kanaya mengerahkan semua tenaganya untuk membuka kancing tersebut, hingga akhirnya kancing tersebut tidak tersangkut lagi bahkan terlepas dari celananya. Kanaya benar benar menggunakan tenaga hingga dirinya kehilangan keseimbangan dan akhirnya menubruk Sean. Karena dibelakang Sean ada bathtub yang sudah terisi penuh oleh air, keduanya akhirnya terjerambah kedalamnya.
"KANAYA......"
*****
Kanaya sedang menggosok rambut Sean menggunakan handuk untuk mengeringkannya, namun rambut Kanaya yang masih basah terus meneteskan air dan mengenai tubuh Sean.
Sean menarik Kanaya, dia mengambil hair dryer dan mulai mengeringkan rambut Kanaya dengan telaten.
"Tuan, saya bisa sendiri"
"Diam"
Kanaya menutup mulutnya rapat, jujur saja ia merasa situasi tersebut cukup sweet, Kanaya takut lama kelamaan ia akan jatuh cinta pada pria tersebut jika diperlakukan seperti itu.
Hari itu Candra mampir kerumah orang tuanya Sean kebetulan ada yang harus diurus dengan ayahnya Sean. Kebetulan sekali dia berpapasan dengan Ibunya Sean. Candra mengeluh karena tidak diberitahu tentang pernikahan Sean.
Ibunya Sean meminta maaf, karena mereka juga tahunya mendadak. Sean bilang akan memberi tahu pada keluarga besar saat nanti ulang tahun pernikahan orang tuanya.
Candra memberi tahu bahwa dirinya habis dari apartemen Sean karena Sean terluka, Ibu Sean yang mendengar berita tersebut buru buru meminta Suaminya untuk berkunjung.
Tentu saja Ayah Sean tidak dapat menolak permintaan Istrinya, keduanya mengunjungi apartemen Sean tidak lupa Ibunya Sean membawa beberapa masakan, karena terakhir kali menantu nya makan terlihat sangat menyukai masakan rumahnya.
Karena sudah kebiasaan, orang tua Sean masuk kedalam apartemen tersebut tanpa membunyikan bel terlebih dahulu. Mereka mendapati ruang tamu yang kosong, Ibunya Sean melihat pintu kamar Sean yang terbuka , ia buru buru masuk untuk melihat keadaan anaknya tapi yang ia lihat malah diluar bayangannya.
Sean sedang serius mengeringkan rambut Istrinya, saking fokusnya sampai tidak menyadari bahwa orang tuanya sudah berdiri di depan pintu melihatnya.
Ayah Sean berdehem, Kanaya yang mendengar suara tersebut langsung menoleh dan melihat kedua orang tua Sean yang menatapnya dengan tatapan jahil.
Kanaya begitu panik, ia benar benar malu tidak sanggup melihat keduanya. Tapi berbanding balik dengan Sean yang dengan enteng menyapa keduanya.
"Kalau tahu gini, Mamah gak akan buru buru kesini" Ucap Ibu Sean sambil tersenyum.
"Padahal masih siang loh" Ujar Ayah Sean dengan senyuman jahilnya.
"Maklum lah, pengantin baru" Kata Sean enteng, dan berhasil membuat Kanaya semakin malu. Padahal mereka tidak melakukan apa apa, tapi siapapun bisa salah sangka apalagi melihat rambut mereka yang basah.
Sean meminta Kanaya memapahnya keruang tamu, Kanaya memapahnya sambil menyembunyikan wajahnya yang sudah memerah.
"Mamah khawatir jadi lupa kalau kamu udah punya Istri, cepet ganti password pintunya"
"Kenapa harus diganti?"
"Kalau gak diganti, Kamu mau lagi enak enak tiba tiba ada yang buka pintu gitu aja. Yang tahu pasword nya bukan cuman Kami saja, Candra, sekertaris kamu, Putri, dan hampir seluruh keluarga tahu "
"Iya nanti aku ganti"
"Kanaya gak usah malu gitu, kami maklum kok" Ucap ayah Sean menggoda menantunya.
"Ini gak seperti yang kalian pikirkan kok" Kanaya bermaksud menjelaskan.
"Emang apa yang kami pikirkan?" Tambah ibu Sean, dia senang melihat wajah menantunya ya sudah memerah.
"Berhenti menggoda istriku, lihat wajahnya sudah seperti tomat"
"Iya iya Kami berhenti, sepertinya sekarang Sean lebih sayang Istri nya dari pada Kita ya Pah"
Ayah Sean menganggukkan kepalanya.
"Mamah taruh beberapa makanan diatas meja, jangan lupa dimakan. Kalau gitu kita permisi dahulu" Pamit ibu Sean
"Buru buru sekali" Sean kira setidaknya orang tuanya akan tinggal lebih lama.
"Kami hanya ingin melihat kondisi mu, dan tidak ingin mengganggu pengantin baru"
"Makasih Mah, Pah." Ucap Kanaya
"Sama sama sayang, kalau gitu Kita pamit dulu"
"Hati hati"
"Iya"
Keduanya keluar dari apartemen Sean dengan senyuman yang masih saja terukir dari wajah, membayangkan menggendong cucu membuat hati mereka berbunga bunga.
Kanaya buru buru berdiri melihat apa saja yang dibawakan oleh mertuanya, dan saat melihat matanya langsung berbinar. Orang tua Sean benar benar pengertian mereka tahu saja apa yang disukainya.
Kanaya menyiapkan nasi putih dan menghangatkan makanan tersebut pada microwave.
Kanaya menikmati setiap suapan yang masuk kedalam mulutnya, masakannya benar benar terasa nikmat hingga Kanaya rasanya tidak ingin berhenti mengunyah.
Sean menyerahkan satu kamus tebal bahasa Inggris pada Kanaya "Hapalkan lima puluh kosa kata setiap hari beserta artinya, saya akan mengetes nya setiap pulang kerja "
Kanaya langsung kehilangan nafsu makannya setelah mendengar itu, dia menatap Sean dengan sengit. Pria tersebut tidak bisa apa memberi tahunya ketika dirinya selesai makan. Kalau seperti ini makanan tersebut tidak lagi terasa nikmat di lidah nya.
"Tuan, saya tidak perlu menghapal, karena saya sudah bisa bahasa inggris"
Sean melipat kedua tangannya didepan dada, menatap Kanaya dengan tatapan remeh "What are you eating?"
"Rice"
"When did you finish eating?"
Kanaya membuka handphone nya sambil mendekatkan handphone tersebut pada Sean "Coba ulangi Tuan"
Sean menggelengkan kepalanya "Tidak ada bantahan, lima puluh kosa kata setiap hari" Setelah itu Sean meninggal Kanaya yang sedang mendumel.
"Elah skripsi aja udah bikin gue mumet setengah mampus, ditambah lagi ini , nasib nasib. Tuhan tidak bisakah Saya hanya terdiam dan menikmati semua kekayaan ini tanpa harus ada sesuatu yang menyulitkan dan menguras otak saya yang kapasitasnya tidak sampai sepuluh MB kini"
Sean diam diam tersenyum mendengar semua keluhan Kanaya, biarlah gadis tersebut mengeluh sebanyak mungkin, ini juga demi kebaikan nya.
Seumur umur Kanaya akan sakit kepala duluan sebelum membuka kamus tersebut, dari dirinya menginjakkan kaki disekolah dasar hingga perguruan tinggi salah satu pelajaran yang sangat amat tidak disukainya adalah bahasa inggris.
Karena bahasa tersebut cukup sulit, apalagi bahasa tersebut terlalu munafik penulisan serta pelafalannya berbeda sehingga begitu sulit bagi Kanaya.
BERSAMBUNG.......
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments