Setelah sampai pada kosan, Kanaya langsung membaringkan tubuhnya pada kasur lepek yang sudah pudar warnanya menjadi coklat kehitaman.
Kasur itu tidak lagi empuk, busanya telah mengempis tidak memberi kenyamanan sama sekali, yang ada setiap Kanaya bangun tidur hanya rasa pegal pegal yang dirasakannya.
Kanaya merasa sangat haus, ia meraih galon namun ternyata isinya kosong. Dia memukul kepalanya sendiri karena teledor untuk mengisi ulang.
Kanaya meraih dompet nya, mengambil galon untuk isi ulang, kebetulan tempat isi ulang air bersih tidak terlalu jauh dari tempat kost nya. Saat memeriksa dompet ternyata yang ia temukan hanya satu uang logam seribu rupiah.
Kanaya berusaha mengeceknya kembali dan ternyata uangnya benar benar habis. Dia menghela nafas dan berfikir kapan penderitaan nya ini berakhir.
Tapi semesta seperti kasihan padanya, tidak lama dari itu terdengar suara guntur diiringi rintikan hujan yang semakin lama semakin deras. Kanaya tersenyum, ia kemudian mengambil wadah lalu keluar, menadah air yang turun dari langit untuk meminumnya.
Perempuan dengan kemeja lusuh itu tersenyum senang, saat dahaganya hilang. Tapi kesenangan itu tak bertahan lama saat ia ingat bahwa kosannya bocor dan ia lupa untuk menaruh penampung air.
Dia hanya bisa meringis saat melihat air yang sudah menggenang di lantai, membasahi satu satunya kasur yang menjadi alasnya untuk tidur.
Lagi dan lagi Kanaya menghela nafas, berusaha memperluas rasa sabar nya karena memang hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini. Ia mengambil wadah menaruhnya tepat ditempat yang bocor, Kanaya tidak bisa bilang pada ibu kost untuk memperbaiki tempat nya, karena sudah tiga bulan ia menunggak.
Kosan itu adalah kosan termurah terkecil dan tersempit, tadinya itu dapur umum yang disulap menjadi kamar. Sebenarnya tidak layak untuk ditempati, tapi mau bagaimana lagi, uang yang Kanaya miliki hanya mampu untuk tinggal disana.
Sedikit demi sedikit Kanaya mengelap genangan air tersebut, namun saat ditengah aktivitas nya lampu nya tiba tiba mati, dan itu bukan mati listrik tetapi token habis.
Kruyukkkk.....kruyukkkkkk .....Dalam waktu bersamaan perutnya berbunyi
"Ya Tuhan kiriman pria kaya yang siap menafkahi ku, aku lelah dengan drama miskin ini." Lirihnya sambil mengusap air mata yang menetes pada pipinya.
Malam itu dalam gelapnya ruangan dan dingin nya malam, Kanaya meringkuk diujung ruangan memeluk dirinya sendiri. Mencoba memejamkan mata mengalihkan rasa lapar dalam dirinya.
Saat membuka mata Kanaya telah melihat matahari yang sudah terbit menerobos jendela, ia memeriksa handphone dan mendapatkan satu pesan yang belum dibaca.
Ia sebenarnya sedikit over thinking kalau pesan tersebut berasal dari ibu kos yang menagihnya, atau pihak kampus. Tapi setelah dilihat ternyata itu berasal dari sahabatnya Azkia.
"Kata Ayah Naya butuh uang berapa, kebetulan hari ini ayah baru saja gajian"
Membaca pesan tersebut sontak air mata Kanaya luruh, keluarga tersebut benar benar baik kepadanya, mereka sudah menganggap Kanaya seperti putrinya sendiri.
Padahal mereka bukan dari keluarga berada, hidup mereka juga cukup sederhana. Namun mereka masih sempat sempat nya ingin menawarkan bantuan, Kanaya selalu berdoa setiap malam agar dirinya dan keluarga Azkia selalu dalam keadaan baik dan bahagia.
Tapi kali ini Kanaya cukup malu untuk kembali menerima bantuan tersebut, karena baru juga bulan lalu ia melunasi hutang pada ayahnya Azkia. Awalnya ayah azkia menolak uang tersebut namun Kanaya bersikeras dan mengancam jika beliau tidak menerima uang tersebut maka Kanaya tidak akan lagi mampir kerumah itu.
"Bilangin sama ayah makasih, Naya udah dapet uang nya jadi jangan khawatir" Kanaya segera mengirimkan balasan dari pesan tersebut.
"Syukurlah kalau begitu, kata Ayah sama Bunda kalau ada apa apa jangan sungkan minta bantuan kami"
"Iya tenang aja"
Kanaya menutup handphone nya, lagi lagi air matanya mengalir kali ini bahkan lebih deras.
Ia penasaran bagaimana rasanya memiliki orang tua, sejujurnya Kanaya sedikit iri kepada Azkia, dia memiliki Ibu yang penyayang dan Ayah yang sangat perhatian.
Dia kadang bertanya tanya siapa orang tua kandungnya?, mengapa ia bisa berakhir di panti asuhan?, apa salahnya?, mengapa ia dibuang begitu saja?, mengapa tidak ada yang mencarinya selama ini?, apa kesalahannya sampai ia di harus berakhir hidup seperti ini?.
Pagi itu Kanaya benar benar bergelut dengan pikiran nya sendiri, pernah juga dia berfikir apakah ia harus mengakhiri hidup saja, karena ia tidak mempunyai alasan untuk hidup juga.
Di dunia ini dirinya tak mempunyai siapa siapa, kehidupan ini menurut Kanaya terlalu berat. Ia harus mencari nafkah untuk menyambung hidup, belum lagi yang lainnya.
Tapi suatu hari Azkia membawanya ke warung seblak langganan nya, ia masih ingat kata katanya waktu itu.
"Naya, selamat ulang tahun. Maaf ya Kia cuman bisa kasih seblak doang, soalnya kia juga masih minta uangnya sama Ayah. Nanti kalau Kia udah kerja dan punya uang sendiri Kia pasti bakal kasih yang lebih. Makasih selama ini udah mau jadi temen Kia dan selalu jagain Kia"
Saat itu Kanaya tidak bisa berkata apa apa, padahal saat itu Kanaya sendiri tak mengingat bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya. Tapi gadis yang ada dihadapannya itu mengingat bahkan mengucapakan dan merayakan nya dengan semangkuk seblak.
Saat itu rasa seblak yang ia nikmati benar benar berbeda saat dirinya membelinya sendiri, rasanya sungguh tidak bisa di deskripsikan.
Mulai saat itu Kanaya menghilangkan semua pikiran tersebut, ia berfikir jika dirinya mati maka ia tidak dapat lagi menikmati makanan tersebut. Maka dari itu ia memutuskan harus tetap bertahan walau itu demi hal hal kecil, contoh nya demi semangkuk seblak tadi. Kini dirinya juga mempunyai alasan lain untuk bertahan hidup seperti menjaga gadis yang ada dihadapannya. Azkia memang seperti adik baginya yang perlu dijaga dari hal hal yang tidak baik.
Kanaya kembali membersihkan kamar kosan nya, karena semalam terpotong oleh lampu padam.
Kruyukkkk....... Kruyukkkk......
Lagi dan lagi suara bunyi dari perutnya yang lapar, Kanaya memegangi perutnya " Maafin Bunda ya cing, masih belum bisa kasih makan kalian.
Dug...dug....dug.....
Suara pintu yang digedor cukup kencang tersebut membuat Kanaya sedikit terkejut.
"Kanaya saya tau kamu di dalam, kalau kamu gak bayar kos hari ini, kamu besok harus pindah. Banyak yang mau tinggal di kos ini, jadi kalau kamu ingin tetap tinggal disini hari ini juga kamu harus membayarnya beserta tunggakan tiga bulan lalu"
Kanaya hanya bisa terdiam disudut ruangan mendengarkan semua perkataan pemilik kos.
"Gini amat hidup gak punya orang tua" Ucapnya lirih sambil mengusap air yang keluar dari sudut matanya.
Tak lama satu notifikasi masuk kedalam handphone nya, Kanaya segera membukanya itu dari Bu Ida yang sering memberikan pekerjaan untuk nya.
"Nay hari ini luang gak ?, kalau iya tolong cepat dateng kesini ada kerjaan. Gajinya juga lumayan"
Senyum terbit dari bibir Kanaya setelah membaca pesan tersebut,
"Iya Bu hari ini saya luang, saya akan segera kesana"
Kanaya buru buru bersiap, ia berjalan kaki kebetulan tidak terlalu jauh tapi lumayan cape, karena Mio bebeknya masih mati, jadi mau tak mau dia harus melakukannya.
"Pucuk dicinta, pekerjaan pun tiba. Yey bisa makan gratis" Ucap Kanaya girang sambil terus berjalan.
Sesampainya disana ternyata sudah banyak orang berkumpul. Kanaya buru buru disuruh masuk kedalam mobil karena mereka akan mengerjakan sesuatu yang sangat penting, berkejaran dengan waktu.
Mereka datang ke salah satu gedung , ternyata mereka akan menyiapkan salah satu pernikahan anak konglomerat. Ruangannya tidak terlalu besar, mungkin hanya untuk keluarga inti saja.
Mereka harus bisa selesai pukul delapan malam karena saat itu acaranya akan dimulai, sedangkan mereka sampai sana saja sudah pukul sepuluh siang. Jadi mau tidak mau semua orang harus bekerja keras agar tepat waktu penyelesaian nya.
"Bu, emang kliennya gak ngomong dari jauh jauh hari mepet amat" Tanya Kanaya pada Bu Ida di sela sela pekerjaan nya.
"Mereka menghubungi saya jam delapan tadi, tadinya saya tidak menerimanya, cuman karena bayaran tinggi ya saya sanggupi saja, soalnya sayang kalau gak diambil"
"Emang berapa Bu?" Kanaya penasaran berapa nominal yang diberikan klien itu sehingga wanita paruh baya itu menyanggupinya.
Bu Ida mendekat ke arah Kanaya lalu membisikkan di telinganya.
Kanaya menutup mulut saat mendengarnya "Wow amazing"
"Hanya kamu yang tahu, jangan kasih tau yang lain"
"Siap Bu, asal ada uang tutup mulut nya aja"
Bu Ida menyentil dahi Kanaya "Kamu ini" Bu Ida kemudian mencium sesuatu yang kurang sedap, kemudian mengendusnya mencari sumber arah bau tersebut dan malah terhenti pada Kanaya "Kanaya, kamu tadi tidak mandi?"
Kanaya sedikit menggeser tubuhnya, menjauh dari Bu Ida "Saya belum sempat bayar air, jadi air kosannya mati" Ucapannya sambil tersenyum malu.
BERSAMBUNG...........
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
Ini bacaan untuk healing jadi jangan khawatir
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments