Kanaya melongo melihat banyaknya paper bag yang hampir memenuhi seisi ruang tamu, tidak disangka semalam Sean berbelanja sebanyak itu.
Sean tengah memanggang roti untuk sarapan, dan Kanaya sama sekali tidak tertarik. Perut nya telah terbiasa makan nasi jadi kalau hanya roti namanya bukan sarapan, untuk Kanaya roti hanyalah sebuah camilan.
"Tuan, kalau dapur saya boleh pake?" Kanaya perlu ijin dahulu kepada pemiliknya, karena takut saja jika dirinya berbuat semaunya dan ada yang rusak ia suruh mengganti nya bisa habis uangnya, dan jika dilihat lihat barang di apartemen tersebut tidak ada yang murah.
"Terserah, Kamu boleh kemana saja dan pakai semua fasilitas yang ada didalam apartemen ini, kecuali kamar dan barang pribadi saya"
Kanaya tersenyum setelah mendengar ucapan tersebut, artinya dia sudah mendapat ijin dan boleh berbuat sesuka hatinya.
Kanaya membuka kulkas tetapi dia mendapati didalamnya hanya ada air putih, serta buah. Kanaya menatap dapur tersebut yang nampak bersih bahkan sangat bersih, seperti belum pernah digunakan.
Terpaksa pagi itu Kanaya tidak sarapan, dia akan turun kebawah untuk mencari sarapan.
"Cepat siap siap, pakai baju yang semalam saya beli"
"Semuanya?"
"Ya satu saja, emang kamu bisa menggunakan semua pakaian tersebut"
Kanaya memukul mulutnya yang sering mengeluarkan kata kata dan tak menyaring nya terlebih dahulu.
"Cepat bersiap, saya tidak suka orang yang begitu lelet"
Setelah mendengar ucapan tersebut Kanaya buru buru mengambil pakaian yang masih berada di paper bag, entah pakaian mana yang dia ambil, dia tidak mau terkena omel lagi.
Kebetulan Kanaya mengambil dress selutut dengan warna merah jambu, setelah siap buru buru dirinya keluar kamar dan mendapati Sean yang tengah siap dengan stelan formal kerjanya.
Sean melihat penampilan Kanaya, ternyata dress tersebut cukup cocok dengan gadis itu, ia melihat lihat kotak perhiasan dan mengambil kalung memakai nya pada Kanaya.
"Jangan lupa, setiap kita bertemu orang tua saya, kamu harus tetap memakai cincin pernikahan"
Kanaya melihat jarinya yang kosong, ia lupa cincin tersebut ia lepas saat hendak mandi karna khawatir akan lepas. Kebetulan cincin tersebut sedikit kebesaran di jarinya.
Kanaya segera pergi ke kamar mengambil cincin tersebut, dan langsung memakai nya.
Sepanjang perjalanan Kanaya hanya terdiam ia bingung mencari topik obrolan, masalahnya jika dirinya salah bicara pria yang ada di sampingnya akan melontarkan kata kata yang sedikit menohok hatinya. Ucapan pria tersebut terlampau jujur hingga membuat Kanaya seperti tengah diomeli.
Sean menghentikan mobilnya disebuah bangunan, Kanaya bingung karena bangunan tersebut bukan sebuah rumah melainkan salon kecantikan.
Sean keluar dari mobil langsung memasuki bangunan tersebut, diikuti oleh Kanaya dibelakangnya.
"Tuan, katanya kita mau bertemu orang tua Tuan, tapi kok malah ke salon. Tuan mau nyalon dulu?"
"Bukan saya tapi kamu"
"Tapi saya gak mau nyalon"
Sean menghentikan langkahnya lalu berbalik menatap Kanaya sedikit tajam "Memang nya kamu mau menemui orang tua saya dengan rambut kamu yang lepek itu, bibir yang kering pecah pecah, serta pori pori wajah yang terlihat jelas"
Kanaya menelan ludahnya, sudah dibilang perkataan pria tersebut terlampau jujur.
"Iya iya, gak usah di perjelas juga. Jadi orang jujur amat"
"Terus saya harus berbohong"
"Enggak Tuan, enggak"
Ketika kedua nya sudah tiba didalam langsung ada seseorang yang menghampiri keduanya.
"Buat dia terlihat cantik, bukan hanya cantik tapi harus sangat cantik, elegan dan menawan. Buat auranya seperti old money"
Karyawan tersebut tersenyum mendengar ucapan Sean "Baik Tuan, mari ikut Saya Nona"
Kanaya di eksekusi oleh para karyawan salon tersebut, dia tidak dibiarkan bergerak sesuai kehendak nya selama kurang lebih dua jam.
Uang tidak membohongi barang dan hasil, Kanaya dibuat sedemikian rupa hingga kini auranya benar benar seperti old money. Kanaya berjalan dan berdiri dihadapan Sean dengan sedikit canggung "Gimana?"
Sean sontak langsung berdiri, ia takjub melihat penampilan Kanaya.
Perhiasan serta dress tersebut menjadi perpaduan yang sempurna. Sean mengacungkan dua jempol nya kepada karyawan yang berada di belakang Kanaya.
"Berikan juga skincare, body care, hair care yang paling bagus. Dan buatkan juga jadwal untuk nya melakukan manicure pedicure"
"Baik Tuan"
Sean menyerahkan kartu hitamnya yang langsung diterima oleh karyawan tersebut.
"Setelah uang yang saya keluarkan, saya harap kalian bisa membuat nya cantik, bukan hanya hari ini tapi untuk seterusnya"
"Kami bisa menjamin nya Tuan, Kami akan membuat pasangan anda seperti putri dari kerajaan tetangga"
"Kenapa harus kerajaan tetangga?" Tanya Sean heran
"Karena negara kita tidak lagi menjadi kerajaan"
"Terus kerajaan mana yang Anda maksud?"
"Mungkin spanyol, Saya dengar mereka mempunyai putri yang sangat cantik kalau tidak salah namanya Leonor"
"Tapi saya tidak suka bule"
Karyawan tersebut terdiam, setelah mendengar ucapan Sean. Kanaya memberi kode kepada Sean untuk segera meninggalkan salon, ia juga meminta maaf kepada karyawan, walau pun dirinya tidak berdebat tapi rasanya sedikit tidak enak.
Mereka kembali melanjutkan perjalanan, hingga akhirnya keduanya sampai didepan rumah orang tua Sean. Sebelum memasuki rumah tersebut Sean terlebih dahulu menceramahi Kanaya, memberi tahukan apa saja yang harus dilakukan gadis tersebut dan yang jangan dilakukan gadis itu didalam sana .
"Kanaya, pertama kamu jangan memanggil saya Tuan, dihadapan kedua orang tua saya"
"Terus saya manggil nya apa?"
"Terserah Kamu, yang penting jangan Tuan."
"Gimana kalau Sean" Usul Kanaya.
Sean melebarkan matanya, lalu menjitak dahi Kanaya, tidak terlalu kencang tapi mampu membuat Kanaya mengaduh kesakitan, "Gak sopan, ingat saya lebih tua delapan tahun dari kamu."
"Baik Pak tua"
"Apa Kamu bilang?"
"Enggak saya gak bilang apa apa"
"Selanjutnya, kamu tidak boleh makan apa apa selama disana."
"Loh kenapa, padahal pasti masakan dirumah itu banyak dan enak enak"
"Kalau saya bilang tidak boleh, ya tidak boleh."
"Yah kasih alesan nya dulu Tuan, alesan yang jelas, saya tidak bisa menerima begitu saja jika alesan nya tidak jelas."
Sean menarik nafas dalam dalam berusaha memperluas kembali kesabaran nya yang sudah menyempit.
"Dengar Kanaya, cara makan kami berbeda dengan cara makan kamu. Kami mempunyai aturan aturan tersendiri dalam memakan makanan. Saya ingat cara makan kamu terakhirnya kalinya saat habis pingsan, dan jika kedua orang tua saya melihatnya maka apa kata mereka. Mereka pasti akan bertanya tanya tentang kamu, tentu saja tidak hanya berakhir disitu, mereka akan menyelidiki mu bahkan sampai ke akar akarnya dan kamu tahu apa yang paling berbahaya?"
"Apa emang?"
"Kamu bisa dimasukkan ke dalam penjara karena kasus penipuan"
"Loh kok penjara, kan Tuan sendiri sudah setuju saya juga tidak memaksa"
BERSAMBUNG......
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments