Sean menatap Kanaya dari atas sampai bawah, dan kembali lagi dari bawah sampai atas begitu seterusnya sampai beberapa kali. Kanaya yang menyadari itu langsung memeriksa kembali penampilannya apakah ada yang salah, tapi ia merasa tidak ada apa apa.
"Tuan, apakah ada yang salah?"
"Enggak, cuman.... Ah saya tidak enak untuk berbicara nya"
"Gak papa Tuan bicara saja"
"Kamu terlihat seperti......"
"Seperti....." Kanaya penasaran dengan lanjutan ucapan Sean
"Seperti gembel. Maaf" Sean langsung menutup mulutnya rapat-rapat
Kanaya langsung tertawa, dan itu membuat Sean bingung sekaligus yakin kalau istri palsu nya itu memang sedikit tidak waras.
"Ngapain minta maaf Tuan, memang kenyataannya. Tuan tahu baju ini saya beli di thrif sepuluh ribuan, dan celana nya juga dua puluh lima ribu, dan sepatu ini harganya tiga puluh lima ribu"
Sean membuka mulutnya tak percaya mengetahui semua harga dari benda benda tersebut "Memang ada harga pakaian serta sepatu semurah itu?"
"Ada, buktinya saya aja beli dan saya pakai"
Sean menggeleng geleng kan kepalanya, itu adalah hal baru yang diketahui nya selama dirinya hidup di muka bumi.
Sean membawa Kanaya kerumah sakit untuk melakukan pemeriksaan fisik, dan ketika melihat hasilnya Kanaya seratus persen sehat baik fisik maupun mental, dan tentu saja Sean merasa lega berarti pernikahan palsu tersebut masih bisa dijalankan.
Sean membawa Kanaya mengunjungi Mall terkenal, jujur saja Kanaya belum pernah masuk ke dalam Mall tersebut. Yang ia dengar bahwa Mall tersebut khusus untuk orang orang yang mempunyai gaji diatas dua digit saja.
Kanaya mengikuti Sean yang membawanya masuk kedalam salah satu toko pakaian dengan merek terkenal, ia disuruh mencoba berbagai macam jenis baju hingga Kanaya merasa dirinya benar benar kelelahan, dia tidak dapat lagi menghitung berapa kali baju yang ia coba dan ganti.
"Tuan, udah belum?, Saya udah cape nih"
Sean memanggil pelayan " Saya ambil semua yang tadi di cobanya, dan kirim ke alamat ini " Setelah menyerahkan alamat, Sean mengeluarkan kartu hitam dan memberikannya kepada pelayan tadi.
Kanaya melongo mendengar ucapan tersebut, baju yang tadi dicobanya bukan hanya satu atau dua melainkan ada mungkin tiga puluh pasang. Memang beda orang kaya ketika belanja, tinggal tunjuk lalu berikan kartu, tidak lagi melihat harga apalagi menawar.
Bukan hanya pada toko pakaian Sean juga membawanya pada toko sepatu dan tas, Kanaya tidak dapat lagi membayangkan berapa saldo rekening yang dimiliki oleh pria tersebut sampai tidak ada habisnya.
Saat hendak ke toko perhiasan, Sean berbalik terlebih dahulu " Apakah kamu punya perhiasan? saya yakin tidak" Sean kembali melanjutkan langkah kakinya memasuki toko tersebut.
"Untuk apa bertanya kalau akhirnya dijawab sendiri" Dumel Kanaya sambil terus mengekor dibelakang.
Usai berbelanja Kanaya dibawa ke sebuah apartemen, dan saat memasuki nya itu jelas seperti apa yang ada dibayangkannya bahkan lebih mewah.
"Itu kamar kamu" Tunjuk Sean pada sebuah pintu yang masih tertutup "Dan ini kamar saya" Tunjuknya lagi pada pintu yang lain.
"Kamu jangan pernah menginjakkan kaki apalagi memasuki kamar saya tanpa seijin saya, karena saya tidak suka orang asing menyentuh barang barang pribadi saya, mengerti?"
Kanaya menganggukkan kepalanya dengan patuh.
Sean merogoh dompet nya dan memberikan sebuah cards pada Kanaya "Itu kartu akses untuk masuk apartemen ini, jangan sampai hilang"
"Baik Tuan"
Setelah itu Sean melenggang pergi masuk kedalam kamar pribadinya. Begitupun dengan Kanaya ia ikut masuk ke dalam kamar, bukan kamar Sean tetapi kamarnya sendiri.
Dia sungguh terpukau dengan interior nya, dia ingin memberi tepuk tangan kepada pembuat nya. Apartemen itu sungguh sangat mewah dan elegan sesuai dengan seleranya. Kanaya merasa dirinya cocok menjadi orang kaya, selama ini dirinya memang mempunyai selera tinggi cuman terhalang saldo rekening saja.
Entah mimpi apa Kanaya kemarin malam, hingga dia bisa berubah menjadi orang kaya dalam satu hari. Sepertinya tuhan mendengar semua doa doanya dan mengabulkannya hari ini.
"Terima kasih Tuhan, engkau memang baik " Ucapnya sambil mendongak ke atas dengan senyum lebar.
Kanaya berbaring dan menggoyangkan kasurnya, ia berguling dari ujung ke ujung, karena jujur saja dia baru pertama kalinya tidur di kasur seempuk dan selembut itu. Malam itu Kanaya tertidur nyenyak bahkan sangat nyenyak, tidak ada lagi namanya sakit punggung akibat kasur yang keras, dan tidak ada lagi namanya sakit leher karena salah bantal. Babay semua penyakit orang miskin.
Ketika Sean baru membuka pintu kamarnya ia kaget dengan sosok yang berada dihadapannya, rambut yang acak acakan menutup wajah, serta pakaian yang kusut. Sean benar benar harus membiasakan diri mulai sekarang dengan hal hal baru yang akan dihadapinya selama tinggal bersama gadis tersebut. Hampir saja ia jantungan jika tak segera menyadari bahwa yang ada dihadapannya kini adalah Kanaya.
Kamar Sean dan Kanaya bersebelahan, juga pintu yang saling berdekatan, jadi jika keduanya keluar bersamaan maka akan saling menghadap satu sama lain, Sean benar benar mengutuk perancang pintu tersebut, gara gara peletakan pintu tersebut dirinya hampir jantungan.
Kanaya menyingkirkan rambut yang menghalangi wajahnya dan hal pertama yang ia lihat adalah wajah tampan Sean, baru kali itu dia melihat orang yang baru bangun tidur begitu mempesona.
"Pagi Tuan" Sapa Kanaya
Sean mengalihkan pandangannya, dia tidak tahan melihat wajah Kanaya yang penuh dengan tambang minyak, apalagi ada sedikit bekas iler di sudut bibirnya. Sean benar benar menyesali keputusannya untuk menjadikan Kanaya sebagai istri palsu nya, kalau bukan demi warisan, sepertinya Sean akan memilih untuk tidak menikah selama nya, ya selamanya.
"Kamu .... " Tunjuk Sean dengan jari telunjuk
"Saya kenapa Tuan"
"Kamu seperti pengemis, jangan muncul dengan penampilan seperti itu dihadapan saya, membuat saya jantungan saja" Omel Sean
"Semalam ngatain saya mirip gembel, sekarang seperti pengemis, besok besok apa?, orang utan."
Sean mengambil air minum, lalu meminumnya dan itu tidak luput dari pandangan Kanaya. Kanaya benar benar terpukau bisa bisanya pagi pagi dia disuguhi dengan pemandangan seperti itu. Suami palsunya benar benar seperti aktor yang keluar dari layar handphone yang sering dilihat.
"Lihat apa kamu!" Sentak Sean
Kanaya tersadar dari lamunannya, dia buru buru menggelengkan kepalanya.
Terdengar suara bunyi bel, Sean memerintahkan untuk Kanaya membukanya.
Ternyata itu orang yang ingin mengantarkan semua yang dibeli Sean semalam.
"Mbak majikannya ada?" Tanya kurir tersebut
Kanaya segera memanggil Sean, kurir tersebut menyerahkan surat untuk ditandatanganinya, untuk menginformasikan bahwa barang yang dipesannya telah sampai.
"Tuan, dia pembantu baru?" Tanya kurir, yang dimaksud nya pembantu adalah Kanaya
"Iya" jawab Sean enteng.
BERSAMBUNG........
Jangan lupa untuk like komen dan subscribe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments