Sean menatap jam dinding, ini sudah pukul sepuluh malam tapi Kanaya tidak ada dirumah. Sean tidak khawatir cuman perutnya sedikit lapar, entah kenapa semenjak makan masakan Kanaya dirinya tidak berselera dengan roti. Padahal selama beberapa tahun roti tersebut yang selalu mengisi perutnya, selain cepat untuk dimakan, juga mudah untuk dibuat.
Sean mengambil handphone nya dia hendak menghubungi Kanaya tapi ternyata dirinya belum mempunyai nomor gadis tersebut, ia akhirnya menghubungi sekertaris pribadinya.
"Bos, bisa gak sih gak usah ganggu saya kalau tengah malam, saya lagi mimpi indah tahu" Omel Galang dari sebrang telepon
"Kamu jam segini sudah tidur?"
"Pake nanya, ya iyalah. Bos kira jam segini saya lagi ngapain? berenang!"
"Kamu punya nomor Kanaya?"
"Lah ko nanya sama saya, situ kan suaminya"
"Saya gak bakal nanya kalau punya"
"Saya tidak punya, udah saya mau lanjut tidur" Galang menutup telponnya secara sepihak.
"Tunggu......." Sean menatap telpon yang sudah terputus dari sambungan, padahal Sean belum selesai bicara, sekertaris nya benar benar tidak sopan. Dia harus memberi pelajaran kepada sekertaris sekaligus sahabatnya itu. Padahal gara gara dirinya juga Sean menjadi kelaparan.
Semenjak bekalnya dimakan habis oleh Galang, Sean jadi tidak bernafsu makan . Selama di kantor dia tidak memakan apa apa, bahkan air putih pun sama sekali hari itu tidak melewati kerongkongan nya.
Kanaya berjalan lemas, menaiki lift untuk sampai pada apartemen nya. Mood nya masih saja buruk, dia jadi tidak bersemangat untuk melakukan apa apa.
Saat memasuki apartemen nya dia melihat Sean yang tengah duduk pada sofa dengan lesu, Kanaya ikut duduk disampingnya.
"Tuan, baru pulang?"
"Hmmmm"
"Tuan udah makan?"
"Hmmmmm"
"Tuan kenapa?"
"Hmmmmm"
"Tuan lagi latihan jadi Nisa Sabyan ?"
"Hmmmmm"
Kanaya malah semakin menjadi badmood mendengar semua jawaban Sean.
Sean yang tak lagi mendengar Kanaya bertanya, menengok dan mendapati Kanaya yang tengah memejamkan matanya.
"Kamu sudah tertidur?"
"Hmmmmmm"
"Kamu dari mana saja jam segini baru pulang?"
"Hmmmmmm"
"Kamu kenapa?"
"Hmmmmmm"
Sean menghembuskan nafasnya, sepertinya gadis yang ada disampingnya tengah membalas dendam. Sean memegangi perutnya yang berbunyi, Kanaya yang mendengar hal tersebut langsung membuka matanya dan menatap Sean.
"Tuan, belum makan?"
Sean menganggukkan kepalanya
"Kenapa?"
"Bekal yang kamu buat untuk daya, dimakan oleh sekertaris saya. Saya tidak memberikan kepadanya, dia yang makan tanpa memberi tahu saya" Jelas Sean.
"Terus Tuan gak makan apa apa?"
Sean menganggukkan kepalanya
"Dari kapan?"
"Pagi"
"Kenapa gak beli?"
"Saya tidak berselera"
Kanaya menghembuskan nafasnya, dia bukan seperti tengah berhadapan dengan pria dewasa umur tiga puluh, tapi lebih sedang menghadapi anak kecil yang ingin dibuatkan sesuatu oleh ibunya.
"Tunggu sebentar, saya akan buatkan sesuatu"
Lihat saja setelah mendengar ucapan Kanaya, mata Sean langsung berbinar, ia segera mencuci tangannya pada wastafel dan langsung duduk dimeja makan.
Kanaya belum sempat belanja bulanan, untung saja dirinya saat melewati supermarket membeli mie instan serta telur. Karena memang Kanaya kadang sering merasa kelaparan tengah malam.
Kanaya membuat kan mie instan beserta telur, ia juga tambahan daun bawang dan beberapa rawit. Tak lupa juga Kanaya mengambil nasi hangat yang sempat ia masak tadi pagi. Kanaya menyajikannya dihadapan Sean.
Sean mulai menikmati makanannya, Kanaya memiliki tangan ajaib hingga mie instan yang dibuatnya terasa lebih nikmat " Saya tidak tahu mie instan memiliki rasa yang sangat enak "
Kanaya menyodorkan juga nasi putih "Pake nasi Tuan"
"Kenapa harus pakai nasi, mie dan telur sudah mengandung banyak protein"
"Biar kenyang"
"Oh" Sean mengikuti saran Kanaya dan dia cukup menikmati nya, tidak buruk juga mie dan nasi.
Kanaya memangku dagunya, menatap Sean yang sedang makan dengan lahap.
Sean sangat tampan, memiliki tubuh tinggi, hidung mancung, halis tebal, manik mata yang coklat terang. Harta kekayaan melimpah, keluar Cemara juga memiliki otak cemerlang. Kenapa yang dimiliki pria tersebut sangat berbanding seratus delapan puluh derajat dengan nya.
Kanaya terlahir tanpa orang tua, dibesarkan di panti asuhan, wajah nya tidak cantik tapi tidak bisa dibilang jelek juga, otak yang pas pasan sering kali membuat nya ingin putus kuliah jika tidak mengingat perjuangan sampai titik tersebut.
Tanpa disadari lama kelamaan menatap wajah Sean membuatnya mengantuk hingga tertidur pada meja makan.
Sean yang selesai makan langsung membawa piring nya pada wastafel dan mencucinya. Ia melihat Kanaya yang tertidur nyenyak, ia tidak tega untuk membangun kan gadis tersebut. Dan alhasil Sean menggendongnya hingga kamar.
Sean menyingkirkan rambut yang menghalangi wajah Kanaya, memang benar Kanaya tidak memiliki wajah secantik wanita di luaran sana, tapi gadis tersebut memiliki wajah yang cukup manis yang tak pernah bosan untuk dilihat. Lesung pipi yang ada diwajahnya akan terlihat ketika dirinya tersenyum atau tertawa.
Sean melepaskan kaus kaki yang masih menempel pada kaki gadis itu, setelah melepaskan ia menyelimuti Kanaya, mematikan lampu lalu keluar dari kamarnya.
Sean memasuki kamarnya dan membuka berkas, berkas tersebut berisi tentang informasi gadis yang kini menjadi istri palsunya. Sean juga memerintahkan sekertaris nya mencari tahu siapa orang tua kandung Kanaya.
Kali saja itu akan menjadi hadiah saat mereka berpisah kelak, walau bagaimanapun nanti, Sean akan cukup berterima kasih pada gadis tersebut walaupun kadang membuat nya sedikit naik darah, tapi dia gadis yang baik dan cukup perhatian.
Sean harap semoga kedua orang tua Kanaya masih hidup, saat nanti berpisah dengannya Kanaya bisa menemukan rumah sesungguhnya.
*****
Hari itu weekend Kanaya tidak ada kegiatan sama sekali, ia mengajak Azkia untuk jalan jalan tapi gadis itu sedang sibuk.
Kanaya menatap kamar Sean yang masih tertutup rapat, padahal sudah jam delapan pagi tapi lelaki tersebut belum menunjukkan batang hidungnya sama sekali.
Senyum terbit di bibir Kanaya entah apa yang ada di pikirannya tapi langkah kakinya semakin mendekati pintu kamar Sean.
Tok ....tok...tok..... "Tuan" Tidak ada sahutan
Tok.....tok ....tok...... "Tuan" Masih tidak ada sahutan
dugg....dugg.......duggg..."TUAN DI DALAM" Kali ini Kanaya mengetuk pintu dengan sedikit tenaga sambil berteriak.
Sean yang semalam bergadang sampai jam tiga malam merasa terganggu dengan suara bising dari arah pintu, dirinya benar benar malas untuk turun dari ranjang walau hanya sekedar membuka pintu.
Karena dari dalam tak kunjung mendapat respon, dan pintu tersebut terkunci tidak bisa dibuka dari luar, maka Kanaya berniat untuk mendobrak pintu tersebut. Ia khawatir terjadi apa apa dengan Sean karena tidak seperti biasanya jam segitu Sean belum bangun.
Kanaya mundur beberapa langkah mengambil ancang-ancang kemudian dirinya berlari tapi......
BERSAMBUNG .........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments