Kanaya merasa perutnya keroncongan, dan dirumah tersebut tidak ada apa apa selain roti dan air putih, ia kemudian turun untuk mencari bahan makanan. Kebetulan dibawah terdapat super market yang lengkap untuk kebutuhan sehari hari.
Kanaya terperangah melihat harga dari beberapa sayuran yang biasa ia beli, mengapa semua menjadi dua kali lipat harganya dari pasar tradisional. Kanaya mau tidak mau tetap membelinya, tapi tidak banyak hanya untuk makan hari itu saja. Maklum kawasan tersebut termasuk komplek elite yang dihuni oleh orang orang berada.
Walaupun saldo rekening Kanaya masih banyak tapi dia rasa untuk mengeluarkan uang lebih dengan barang dan kualitas yang sama itu termasuk hal yang mubazir. Nanti saja dia akan sekalian belanja bulanan di pasar yang biasa ia kunjungi, kualitas barangnya bagus juga dengan harga yang terjangkau, maklum Kanaya termasuk orang yang perhitungan.
Kanaya tidak membeli banyak, dia hanya membeli kangkung, tempe serta perbumbuan seperti tomat bawang dan cabe. Ia juga membeli beras, kebetulan disana ada penanak nasi. Kanaya heran padahal pria tersebut jarang sekali makan di rumah tapi peralatan dapur cukup lengkap. Tentu saja Kanaya bersyukur tentang itu.
Pukul sembilan malam Kanaya baru selesai masak, menu hari itu adalah tempe goreng, tumis kangkung serta sambal terasi, menu yang cukup sederhana.
Wangi harum dari masakan, serta nasi hangat benar benar menggugah selera. Ia melirik jam, sudah jam sembilan malam tapi suami palsunya itu tak kunjung pulang juga, jangan jangan terjadi sesuatu.
Kanaya menggelengkan kepalanya, Sean sudah tua untuk apa dia mengkhawatirkan nya. Panjang umurnya, baru saja Kanaya pikirkan, orang nya sudah datang saja.
Kanaya buru buru berdiri menghadang Sean yang hendak pergi ke kamarnya.
"Tuan, sudah makan?"
"Bukan urusanmu" Jawab Sean ketus.
Kanaya mengerucutkan bibirnya, laki laki dihadapannya benar benar menyebalkan.
Sebenarnya Sean belum makan apa apa semenjak pulang dari rumah orang tuanya, perutnya juga sedikit keroncongan apalagi bau harum yang ditimbulkan dari masakan Kanaya benar benar membuat dirinya lapar, tapi ia gengsi untuk mengatakannya.
"Padahal saya masak lumayan banyak, yasudah kalau tidak mau saya habiskan saja sendiri"
"Jangan berlebihan nanti perutmu meledak" Ucap Sean sambil berjalan ke arah meja makan, Kanaya tersenyum, ucapan serta perbuatan laki laki itu berbanding balik.
Kanaya buru buru menyendok kan nasi keatas piring Sean serta lauk pauknya.
"Ini apa?, rumput." Ucap Sean sambil menunjuk tumis kangkung.
"Itu kangkung Tuan"
"Kamu pikir saya kelinci?"
"Kelinci makan wortel bukan kangkung"
"Tapi pernah juga saya lihat makan kangkung"
Kanaya buru buru menyuapkan makanan pada mulut Sean "Banyak omong"
"Kamu" Ucap Sean dengan mulut penuh sambil melotot pada Kanaya.
"Kunyah Tuan, jangan sampai keselek"
Sean mulai mengunyah makanan tersebut, Kanaya tersenyum ketika melihat mimik wajah Sean yang terlihat sangat menikmati makanannya.
Usai makan, Kanaya menaruh piring pada wastafel, ia mencuci tangannya dan melihat Sean yang masih belum usai juga. "Gimana makanannya Tuan, enak?"
"Biasa saja" Kata Sean sambil terus mengunyah
"Biasa saja tapi nambah beberapa kali sampai gak tersisa" Cibir Kanaya
"Takut nya makanannya kalau gak saya habiskan kamu buang"
"Ya, terserah Tuan lah. Oh ya tuan, saya kan beli kangkung ya di supermarket bawah, gila harganya malah banget masa satu iket lima ribu padahal biasanya saya beli cuman dua ribu"
"Tadi Kamu belanja pakai uang siapa?"
"Ya uang saya lah, masa uang tetangga"
Sean mengeluarkan kartu hitamnya dan menyodorkannya pada Kanaya "Mulai sekarang pake kartu ini buat belanjaan kebutuhan"
"Ah Tuan, tidak usah saya jadi tidak enak menerimanya" Ucap Kanaya, tapi tangannya tetap mengambil kartu tersebut dan mengantonginya.
Usai makan Sean berjalan ke arah kamarnya, tapi sebelum masuk dia berbalik terlebih dahulu "Makasih makanan nya" Setelah itu Sean benar benar masuk menutup pintu kamar.
Kanaya hanya bisa tersenyum, baginya ucapan terima kasih tersebut malah terdengar seperti pujian untuknya. Awalnya Kanaya ragu untuk mengajak Sean makan, karena menu nya cukup sederhana ia tidak yakin Sean akan menyukainya.
Tapi tak disangka dia malah menghabiskan semua makanan tersebut sampai tak tersisa sedikitpun, hingga menambah nasi beberapa kali, pria itu nampak lahap menikmati masakannya.
Kanaya benar benar senang, apalagi melihat kartu hitam di tangan nya, kalau begini ceritanya uang dia akan tetap utuh. Kanaya janji akan menggunakan kartu tersebut sebaik mungkin.
Sean mengusap perutnya, bisa bisanya dia makan begitu lahap dihadapan Kanaya, hilang sudah wibawanya. Baru kali ini Sean makan sebanyak itu, apa karena dia lapar, makanya makanan tadi terasa sangat nikmat, atau jangan jangan kanaya menambah sesuatu semacam mantra supaya makanan tersebut terasa sangat nikmat di lidahnya padahal biasa saja.
Ah kali ini Sean merasa matanya benar benar berat, apa ini sebuah efek dari makanan tadi. Kalau benar begitu Sean akan memberi perhitungan kepada Kanaya karena telah menambahkan sesuatu kedalam makanan tersebut, padahal masih banyak sekali pekerjaan yang Sean harus selesai kan tapi matanya benar benar tidak bisa diajak kompromi.
Esok paginya Sean terbangun karena mencium bau masakan yang begitu harum, Sean buru buru melihat jam untung saja dirinya tidak terlambat, walaupun dia direktur dan ayahnya presedir tapi dia tidak bisa semena mena datang ke kantor sesuai kemauan nya sendiri, dirinya harus bisa mencotohkan hal baik kepada bawahannya bahwa disiplin dalam hal waktu itu sangat penting.
Saking mengantuk nya semalam, dirinya sampai tidak sempat mengganti baju dan tidur masih menggunakan stelan kantor, Sean masuk ke kamar mandi membasuh badannya, usai selesai ia seperti biasa mengganti pakaian dengan setelan formal.
Kali ini Sean tidak melihat lagi Kanaya dengan wujud menyeramkan, bahkan kali ini gadis itu sudah berpakaian cukup rapi.
"Tuan mau sarapan atau di bekal?"
"Gak dua duanya" Jawab Sean acuh
"Yakin" Kanaya kembali memastikan
"Kamu semalam memasukkan sesuatu kan sama masakannya"
"Enggak tuh, emang kenapa, Tuan keracunan kah?"
"Saya sehabis makan masakan kamu langsung mengantuk dan tertidur, padahal masih banyak kerjaan yang harus saya kerjakan semalam"
Kanaya tertawa mendengar penjelasan Sean, tentu saja Sean yang melihatnya kebingungan padahal dalam kalimat yang diucapkannya sama sekali tidak ada yang lucu atau mengandung humor.
"Itu karena Tuan kebanyakan makan nasi, apalagi sama sayur kangkung. Beuh itu perpaduan yang pas untuk membuat ngantuk"
"Saya gak mau lagi makan masakan kamu, saya trauma."
"Yasudah kalau tidak mau, toh saya gak akan maksa Tuan"
Kanaya memasukkan nasi goreng yang dibuat nya kedalam kotak bekal, jika Sean tidak mau memakannya biar dia bawa saja ke kampus untuk makan siang nanti.
Tapi.....
BERSAMBUNG............
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments