"Kok kayak familiar muka pengantin nya, apa cuman perasaan doang" Kata bu Ida setelah melihat wajah mempelai wanita.
"Tapi, iya Bu kayak mirip siapa gitu" Ucap salah satu anak buah Bu Ida
"Iya kan ya, tapi siapa ya?" Bu Ida mulai berfikir, setelah cukup lama muncul dibenaknya wajah seseorang, " Bukanya dia sedikit mirip Kanaya. "
"Gak ah Bu," Sanggah seseorang yang berada disamping Bu Ida, "Kanaya mah sedikit gelap warna kulitnya terus rambutnya agak lepek, mukanya kusam."
"Iya juga sih" Bu Ida juga membenarkan ucapan orang tadi. Sedangkan pengantin mempelai wanita kulitnya terlihat sangat cerah juga wajah yang cantik. Mungkin hanya perasaan nya saja.
"Terus tuh anak sekarang kemana? dari tadi gak keliatan." Tanya Bu Ida, karena sejak mereka menyelesaikan pekerjaan, batang hidung Kanaya tak terlihat olehnya hingga saat ini.
"Tadi sih saya ngeliat kayaknya dia pergi ke toilet, tapi gak tau itu sampai sekarang dia gak balik balik"
"Kemana perginya tuh anak"
Acara berjalan dengan khidmat, apalagi ini hanya ada keluarga inti saja. Di penghujung saat acara hendak selesai tiba tiba saja pengantin wanita kehilangan kesadaran.
Semua orang panik melihatnya, mempelai laki laki langsung membawanya dan menyuruh seseorang untuk menghubungi dokter pribadi keluarga mereka.
Saat ini Kanaya tengah diperiksa tentu saja didampingi oleh suami palsunya. Setelah selesai pria tersebut mengantar dokter keluar dari ruangan.
" Sean, istri kamu gak papa?" Tanya Ibu Sean dengan raut wajah penuh khawatir.
"Gak papa, dia hanya kecapean. Abis perjalanan jauh terus langsung resepsi tanpa istirahat terlebih dahulu jadinya gitu"
"Syukurlah kalau gitu" Ibu Sean menarik nafas lega, "Mamah boleh masuk gak?"
"Masuk aja" Sean mempersilahkan Ibunya untuk masuk kedalam.
Ibu Sean masuk kedalam ruangan itu, ia menatap menantunya yang tengah memejamkan mata dengan tatapan penuh kehangatan.
"Kamu pasti cape banget abis perjalanan jauh gak istirahat dulu, maafin kami ya karena terlalu memaksakan kehendak." Ibu Sean berkata seperti itu sambil mengelus rambut Kanaya dengan lembut.
Tiga hari sebelumnya....
"Sean, tiga hari lagi umur kamu udah tiga puluh tahun, mau kapan kamu menikah hah?" Ibu Sean melipat kedua tangannya, menatap putra semata wayangnya dengan tajam.
"Dia masih belum bisa ke Indonesia" Jawab Sean
"Mau sampai kapan kamu menggunakan alasan tersebut, jangan jangan itu hanya akal akalan kamu saja supaya gak Papah jodohin" Kini Ayahnya yang berganti mengomelinya.
"Enggak Pah, dia emang belum bisa ke Indonesia dia masih harus menyelesaikan studi nya terlebih dahulu"
"Kalau gitu kami yang akan menemuinya" Ucap kedua orang tua Sean berbarengan
"Jangan dong, nanti keluarga kita terkesan nya memaksa"
"Ya makanya, kamu cuman memberitahu namanya. Siapa itu namanya Papah lupa?"
"Natalie" Ucap Ibu Sean mengingatkan Suaminya.
"Iya itu Natalie, kami juga ingin mengetahui wajahnya supaya kami percaya bahwa kamu tidak sedang membohongi kami"
"Kan Papah tahu dia sedang sibuk"
"Kan bisa vidio call "
"Dia pemalu" Sean berusaha sebisa mungkin meyakinkan kedua orangtuanya
"Kamu lupa dengan perjanjian dulu, bahwa syarat untuk menjadi Pewaris selanjutnya harus menikah sebelum umur mu tiga puluh tahun"
"Terus kalau saya tidak menikah sebelum ulang tahun, tidak akan menjadi penerus perusahaan?"
"Tentu saja"
"Terus kalau bukan saya pewarisnya siapa?"
"Siapa saja terserah Papah"
"Gak bisa gitu dong Pah"
"Kenapa gak bisa?, kamu aja udah pacaran tiga tahun tapi gak ngasih liat wajahnya bisa. Kenapa Papah harus gak bisa?"
"Tapi kan dia... "
"Papah gak mau tau alesan apapun itu, pokoknya sebelum ulang tahun kamu ke tiga puluh kamu belum juga memperkenalkan kami, maka dengan senang hati Papah akan menghapus kamu dari daftar penerus "
Setelah itu orang tua Sean meninggalkan anak nya seorang diri.
Sean langsung menelepon sekertaris nya, padahal jam menunjukkan pukul sepuluh malam saat itu.
Setelah beberapa saat akhirnya panggilan tersebut tersambung.
"Galang, carikan saya gadis diatas dua puluh tahun yang tak memiliki orang tua dan tak mempunyai keluarga, kamu harus menemukan nya dalam waktu kurang dari 48 jam"
"Bos, mabuk?" Tanya sekertaris Sean, pasalnya Bosnya tersebut tak ada angin tak ada hujan meminta permintaan yang terdengar cukup aneh.
"Terserah kamu mau bilang apa, jika kamu tidak menemukan dalam waktu yang saya sebutkan maka saya akan pecat kamu saat itu juga"
Galang meneguk ludahnya, ia buru buru mengambil jaket dan kunci mobil " Siap Bos, saat ini juga saya berangkat." Setelah itu panggilan diputus.
Entah dimana ia akan menemukan gadis seperti itu, Galang menyetir mobilnya berkeliling ibu kota dirinya tidak tahu harus mencari gadis yang diminta bosnya tersebut dimana.
Saat melewati jembatan dirinya melihat seorang gadis yang hendak bunuh diri, buru buru Galang menghentikan mobilnya dan menyelamatkan gadis tersebut.
Gadis itu nampak menangis tersedu sedu, Galang memberikan sapu tangannya yang langsung diterima oleh sang gadis.
"Kenapa takdir begitu kejam kepada saya, dia mengambil ibu dan ayah saya, lalu kini kekasih saya satu satunya orang yang saya punya di dunia ini malah memutuskan saya. Saya harus bagaimana Tuan, saya tidak tahu lagi harus bagaimana?" Ucap gadis itu dengan nada putus asa.
Mendengar cerita sedih tersebut bukan air mata yang keluar melainkan senyuman, senyuman yang penuh arti.
Inilah yang disebut takdir sedang memihak padanya, diatas penderitaan orang ada orang lain yang sedang diuntungkan.
Galang membawa gadis tersebut kedalam mobilnya, ia berusaha menenangkan sang gadis. Kemudian dirinya keluar sebentar untuk menghubungi bosnya.
"Bos, saya sudah menemukan yang anda mau"
Setelah itu Sean memberitahukan tujuan dan maksudnya, "Saya akan memberikan kamu bonus besar jika pekerjaan kamu bagus"
"Siap Bos" Balas Galang penuh semangat
Setelah itu Galang kembali masuk kedalam mobil untuk memulai misinya. Butuh tiga jam dirinya membujuk gadis tersebut untuk mau mengikuti rencananya. Galang mengantar gadis tersebut pulang, ketika misinya sudah tercapai.
Esok harinya Galang bersama Bos nya mendatangi lagi gadis itu untuk memberikan dokumen kontrak serta uang, gadis tersebut awalnya nampak ragu namun Galang segera meyakinkan nya hingga akhirnya gadis itu menyetujui dan menandatangani kontrak tersebut.
Keduanya sibuk mencari WO yang siap menyiapkan pesta pernikahan. Masalahnya mereka hanya mempunyai waktu kurang dari dua puluh empat jam, tetapi semua WO menolak tawaran mereka karena mereka memberitahu kan H-1, sedangkan saat itu memang sedang musim pernikahan.
Mereka tak putus asa terus mencari hingga akhirnya mereka diberi salah satu nomor telepon seseorang, katanya dia yang dapat menerima tawaran tersebut, asal mereka memberi penawaran yang baik saja.
Mereka segera menghubungi nomor tersebut namun tidak aktif, akhirnya mereka menanyakan alamat nya.
Semalam Sean dan Galang mencari cari alamat tersebut dan beberapa kali tersesat, kadang juga mereka salah masuk gang, atau mutar mutar saja.
Hingga akhirnya mereka bertemu dengan bapak bapak yang hendak ke pasar, buru buru mereka menanyakan alamat tersebut. Beruntung Bapak itu mengetahuinya.
Akhirnya tepat pukul delapan pagi mereka menemukan rumah tersebut.
Pemilik WO tersebut seorang wanita paruh baya, awalnya si ibu menolak namun setelah mendengar tawaran harga yang diberikan ia langsung menyanggupi nya.
Hingga akhirnya acara tersebut berjalan walau beda pengantin wanita nya.
BERSAMBUNG.........
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments