☘️* NEK MILIH BOJO IKU, SING ORA PATIYO NGERTI DUNYO. MERGO ANAKMU SHOLEH SEPIRO SHOLEHA'E IBUNE.
'KALAU MILIH ISTRI ITU, YANG TIDAK BEGITU MENGERTI DUNIAWI. SEBAB ANAKMU SHOLEH, SEBERAPA SHOLEHAH IBUNYA.* ☘️
{K. H. MAIMOEN ZOEBAIR****}
🍂🍂🍂
"Aku tidak mau menaiki mobilmu.!" ucap Arum masih dingin.
"Aku tahu apa yang kamu pikirkan," Dimas pun mengeluarkan smartphone dari dalam sakunya. "Assalamualaikum, Lif kamu udah pulang?"
"Baiklah, Aku akan menuju kesekolahmu." Dimas mengakhiri percakapannya.
"Apa kamu sudah merencanakan ini?" tanya Arum.
"Aku akan menghilangkan rasa kecewamu dengan caraku." kata Dimas lembut. "Ayo, Alif sudah menunggu kita." sambung Dimas sembari membukakan pintu mobil untuk Arum.
Tetapi Arum malah melengos ke pintu belakang. Dimas yang melihatnya pun bingung. "Rum Aku bukan sopir mu duduklah didepan! Lagipula aku juga tidak akan menyentuhmu, sebelum aku menghalalkanmu dihadapan penghulu."
Mau tidak mau Arum pun masuk kedalam pintu mobil yang di bukakan Dimas, dalam perasaan dongkol.
"Kenapa dia selalu memaksakan kehendaknya." batin Arum.
Didalam mobil mereka sama-sama saling diam dan tatapan keduanya fokus pada jalanan menuju sekolah Alif. Arum memandang kearah jendela mobil sedangkan Dimas fokus menyetir. Dimas pun tidak tahan atas sikap diam Arum dan bersuara memecah keheningan. "Rum apa kamu masih suka eskrim alpukat?" Tanya Dimas hati-hati.
"Hemmm." Arum menjawab dengan deheman.
"Apa masih dengan saus cokelat dan toping kacang hazelnut?"
"Memmmm." lagi-lagi Arum hanya berdehem.
Dimas masih dengan sabar menerima perlakuan acuh Arum. Dimas pun kembali bertanya. "Rum, apakah Alfin menyukaimu?" Pertanyaan Dimas sontak membuat Arum menatap Dimas dan tatapan mereka bertemu.
Degg
Arum cepat-cepat memalingkan wajah kearah depan. "Ada apa dengan pertanyaanmu?"
"Lalu apakah kamu juga menyukainya?" Dimas yang sedang fokus menyetir melihat Arum dari sudut matanya.
Arum diam tidak menjawab. tatapannya masih fokus kejalanan. "BERHENTI.!" Hardik Arum.
Dimas pun bingung dengan sikap Arum tidak biasanya dia seperti ini. Galak. Mungkinkah isi pesannya dulu begitu menyakitinya. Sampai merubah sifat keibuannya yang lembut dan menenangkan.
"Berhenti Dimas.!" Hardik Arum lagi.
"Apakah tadi aku salah bicara Rum?" tanya Dimas was was.
Arum pun menghela nafas kasar. "Ini sudah sampai di depan sekolah Alif." ucapan Arum kembali melembut.
Kemudia Dimas pun menyadari keberadaannya. "Kamu disini aja, biar aku yang turun." Dimas pun memarkirkan mobilnya lalu membuka pintu mobil dan langsung menuju kearah keberadaan Alif yang sudah terlihat didepan gapura sekolah.
"Assalamualaikum Lif. udah lama?" Salam Dimas saat sudah berada di hadapan Alif.
"Waalaikumsalam Mas Dimas. belum terlalu lama." Jawab Alif dan menyalami tangan Dimas.
"Ayo Lif." Ajak Dimas.
Dimas pun berbalik dan hendak berjalan tapi suara Alif menghentikan langkahnya. "Mas Dimas, Apa setelah Mas Dimas menikahi Mbak Arum Mas Dimas akan pergi lagi seperti dulu?"
Dimas pun berbalik dan menatap Alif kemudian memegang kedua pundak Alif. "Lif percayalah selama ini aku hanya mencintai Mbak mu, Dan tidak akan pergi lagi." ucapan Dimas meyakinkan Alif.
"Tapi Mas, sudah ada laki-laki lain yang sepertinya menyukai Mbak Arum. Selama Mas Dimas pergi dialah yang selalu ada untuk Mbak Arum." Jelas Alif.
Dimas pun mengangguk dan mengerti atas ucapan Alif. "Aku tahu siapa lelaki itu."
"Ayo Mbak mu, sudah menunggu." ajak Dimas.
Arum melihat dua pria yang sepertinya sedang berbicara sangat serius sampai-sampai Dimas memegang pundak adiknya. "apa yang mereka bicarakan kenapa terlihat sangat serius." gumamnya.
Kemudian Dimas dan Alif berjalan beriringan ke arah mobil. Dengan Alif duduk di jok belakang.
Setelah memasuki mobil dan memegang kemudi Dimas pun menanyakan kemana tempat yang akan dituju. Alif dan Arum pun saling pandang. "Rumah." Arum pun akhirnya membuka suara.
"Tadi sebelum Aku menjemputmu, aku sudah minta izin ke ibu kalau sepulang kamu mengajar akan mengajakmu pergi." kata Dimas sambil menyunggingkan senyum.
"Kenapa? tadi kamu tidak bilang padaku akan pergi?" tanya Arum datar.
"Kalau aku mengatakannya apa kamu masih mau pergi denganku?" ucap Dimas.
"Lif Apa kamu sudah punya sepatu bola. aku masih ingat kamu suka bermain bola?" tanya Dimas sembari menengok ke arah belakang tepat di mana Alif duduk.
"Belum Mas." jawab Alif antusias.
"Baiklah, aku akan memberikanmu sepatu bola." tawar Dimas.
"Tidak! Kita akan langsung pulang lagipula terlalu banyak main bola kamu akan melupakan pelajaranmu." tegas Arum.
"Rum Apa salahnya jika itu hanya sekedar hobi?" tanya Dimas.
"Tidak.!" tegas Arum lagi.
Alif pun bingung dan. "Ayolah Mbak, aku janji tidak akan melupakan pelajaranku?" suara Alif memelas.
Akhirnya pun Arum mengalah dan mengikuti kemauan dua pria ini.
Setelah sampai di sebuah toko sepatu Alif pun memilih sepatu favoritnya. Kemudian mereka berjalan ke arah kedai es krim yang dulu biasa Dimas dan Arum datang.
Dimas pun memesan es krim favorit Arum. Arum diam-diam memperhatikan Dimas dan dalam hatinya menyanjung. "Apakah dia benar-benar mencintaiku? Dia masih ingat ice cream favoritku yang menurutku sepele, kebanyakan lelaki melupakannya atau sengaja melupakannya." batin Arum.
"Kenapa? Apa kamu mau menyanjungku, karena aku masih mengingat ice cream favoritmu, bahkan aku masih mengingat hijab yang kau kenakan saat pertama kali kita bertemu dalam keadaan ku yang basah kuyup." suara Dimas membuyarkan lamunan Arum. Saat itu pertama Dimas datang kerumah, Arum memakai hijab rumahan warna nevy.
Arum pun diam dan berjalan keluar dari kedai dan Duduk di taman yang tidak jauh dari sana.
Alif merasa seperti biasa obat nyamuk, begitu membosankan dan dan sekaligus senang karena mendapatkan sepatu bola yang dia idam-idamkan. Tiba-tiba di depan Alif duduk, lewat dua orang gadis yang mungkin seusianya memakai pakaian syar'i. Alif pun takjub. kemudian Alif menyadarkan diri 'Astagfirullah'. "Alif sadarlah." batin Alif
Dimas pun menyusul Arum dan membawa semangkuk kecil ice cream dan memberikan kepada Arum.
"Jogja adalah kota yang sangat mempesona." kata Dimas memecah keheningan. Alif yang mendengarnya pun hanya diam, Alif tahu mungki Dimas sedang mencairkan suasan dengan Mbaknya.
Selama satu setengah jam mereka menikmati kota dan karena sudah waktunya azdan ashar mereka bertiga pun sholat di Masjid setempat.
Selepas Dimas mengantar Arum dan Alif pulang, Dimas pun berpamitan kepada kedua orangtua Arum.
"Pak, Bu Kulo pamit riyen, sampun ajeng Maghrib. (Pak, Bu saya pamit dulu, sudah mau Maghrib)." ucap Dimas sembari bersalaman ke Bapak dan menankupkan tangan ke arah Ibu.
"Nggeh, ati-ati mboten susah ngebut nggeh.' (Iya, hati-hati tidak usah ngebut yah)." jawab Bapak.
"Nggeh Pak, maturnuwun. Assalamualaikum, ('iya Pak, Terimaksih, Assalamualaikum)." salam Dimas dan berjalan kearah pintu. Dimas melihat Arum yang sedang menyirami tanaman dan melambaikan tangan serta menyunggingkan senyum tulus.
"Waalaikumsalam." jawab salam keduaorangtuaArum.
Dimas melihat Arum sedang menyirami tanaman, Arum pun menoleh kearah Dimas. Dimas pun melambaikan tangan dan menyunggingkan senyuman kearah Arum.
Dimas pun berlalu meninggalkan halaman rumah Arum. Arum masih memandangi mobil Dimas dengan senyum tersungging di sudut bibirnya.
Alif yang baru yang berjalan dari samping rumahnya melihat kakaknya sedang tersenyum sambil memandangi mobil Dimas yang baru meninggalkan parkiran di halaman. Terlintas di pikiran Alif untuk meledek sang kakak.
"Hayoo, ngopo toh Mba, ngelamun wae Yen Mba kui tresno kaleh Mas Dimas kui Yo ndak usah di pendem ngono kui toh Mbak." (Hayoo, kenapa Mbak, melamun aja kalau Mba itu cinta sama Mas Dimas itu itu nggak usah dipendam gitu toh Mbak)." ucap Alif lalu mengedip-ngedipkan mata.
"Usil." seketika Arum menyemprotkan air ke Alif, Alif pun berlari meninggalkan Arum yang masih terkekeh geli dengan tingkah adiknya.
####
Sepertiga malam.
Seorang yang sedang bermunajat meninggalkan kehidupan duniawi, berpasrah atas segala yang terjadi. Memohon ampunan dan hikmah dari setiap masalah.
Malam ini Arum terbangun dari tidurnya, lagi-lagi dia bermimpi sama selama empat hari berturut-turut. Dalam mimpinya ada seorang wanita cantik bermata sipit. Dalam mimpinya wanita itu ingin Arum menjadi menantunya.
Tak jelas mengarah kemana mimpinya itu. Karena mimpi itu tidak begitu jelas. Seketika Arum mengingat bahwa Dimas keturunan China dan bermata agak sipit.
"Apakah mungkin ini petunjuk-Mu ya Rabbi?." gumam Arum lirih.
Selesai sholat Arum tidak segera melepas mukenahnya, dia pun mengambil Al-Qur'an dan melantunkan dengan hikmat nan merdu. Karena sedari kecil orangtuanya selalu mengajarkan untuk melafazkan ayat suci Al-Qur'an. Dia pun sudah fasih panjang pendek setiap ayat dalam Al-Qur'an.
Ting!!!
Terdengar bunyi pesan masuk di ponselnya, Arum pun tidak langsung membuka Smartphonenya. Dia malah terus saja melafazdkan lantunan ayat.
Ting.!!!
Bunyi kedua, pesan dari ponselnya, akhirnya Arum menghentikan lantunan dan menutup Al-Qur'an lalu menaruhnya diatas meja kecil.
"Siapa yang mengirim pesan pada jam segini?" pikir Arum.
Dia pun memencet tombol menyala dan melihat siapa nama yang tertera di layar ponselnya.. "Dimas."
"Assalamualaikum Bidadari ku." pesan Dimas yang pertama.
"Aku tahu kamu sedang sholat, aku ingin kelak akulah yang menjadi imammu Rum?" Pesan Dimas yang kedua.
Arum pun tersenyum dan membalas pesan Dimas. "Waalaikumsalam."
Tak lama Arum pun mendapat balasan dari Dimas. "Alhamdulillah dibalas."
"Memang biasanya ndak di balas?" balas Arum.
"Di balas tapi jarang.!" balas Dimas.
"Oh." Arum membalas hanya berOh ria.
"Ya udah bidadariku, besok aku akan menjemputmu, motormu masih dibengkelkan? Tenang sama Alif juga ko, tadi aku udah bilang sama dia." balasan dari Dimas
"Ya." Arum hanya membalas singkat.
"Assalamualaikum," balasan terakhir Dimas.
"Waalaikumsalam."
Dalam diam Arum selalu tersenyum membalas pesan dari Dimas apalagi dengan menyebut 'bidadariku'.
"Ya Allah apa yang harus aku putuskan. Aku tidak ingin menggantung keputusanku. Semoga keputusanku ini yang baik bagiku dan baik pula baginya." gumamnya.
#
#
#
ikuti terus cerita selanjutnya, jangan lupa teman-teman untuk selalu mendukung berupa apapun. aku tidak memaksa seikhlasnya.
#
Terimakasih kasih juga untuk yang sudah memberikan dukungan berupa like, vote, bintang 5 dan meramaikan kolom komentar serta masukan.
#
Salam sehat selalu manis ☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Jumadin Adin
sy yakin jodohnya di tangan authoor
2021-11-16
0
trisss
sweet
2021-07-09
0
Endang Purnama
sweet ...sms Dimas di sepertiga malam utk Arum 😍
2020-12-11
2