Ta'Aruf Cinta
Assalamu'alaikum, selamat membaca!
🍀
Jika tidak bisa memberikan kebahagiaan maka janganlah melukai perasaannya, Dan jika tidak bisa membuatnya tersenyum maka jangan buat ia menangis.☘️
Rezeki, jodoh, dan maut adalah rahasia illahi. Dan semua apapun yang hidup, yang mengalir, maupun yang jatuh atas segala kehendak-Nya. Manusia hanya bisa berencana, tapi lagi-lagi hanya Allah yang dapat berkendak.
Semua makhluk ciptaan-Nya apa-pun yang dilakukan tak luput dari pengawasan-Nya. Tak terkecuali daun yang jatuh, pun tak luput dari kehendak-Nya.
Seperti halnya jodoh. Seorang wanita berusia 23 tahun, bernama Arum Setyaningsih. Ketika dalam masa traumanya yang dilematis tak berkesudahan akibat teror yang pernah ia dapatkan dari seorang pemuda bernama Edo yang pernah akan mempersuntingnya akan tetapi karena suatu hal Arum menolaknya, Edo tidak terima atas penolakannya dengan niat jahatnya Edo hampir saja menodai Arum.
Dan hampir semua laki-laki yang pernah sahabatnya kenalkan padanya, Arum menolak. Bukan tanpa sebab dan akibat, pikiran dan hatinya masih merasakan trauma yang Edo layangkan beberapa tahun ini.
"Rum, ayolah ku kenalkan sama salah satu temanku, eh persisnya tetangga ku deng,” kata Rani, mencomblangkan teman laki-lakinya yang ingin menjalani ta'arufan dengan wanita asli Jogja.
Arum menyangsikan perkenalkan itu, ia enggan untuk menanggapinya. "Ran, kamu nggak ada putus asanya. Mending kamu dulu aja yah.”
Rani berdecak kesal, akan sikap dingin temannya itu, "Hey, mau sampai kapan kamu begini, Rum? Sudahlah lupakan masa lalu. Kamu mau jadi perawan tua?”
Arum mengangkat bahunya acuh, percaya tidak percaya wanita yang kini berhijab marun menutupi rikmanya, dengan memadu padankan abaya hitam menutupi lekukan tubuhnya dengan pakaian syar'i, "Rani, teman baikku. Insyaallah aku nggak akan jadi perawan tua,”
Tanpa aba-aba, Rani mengambil buku yang di pegang Arum dan menyelipkan selembar foto di antara buku, dan memberikan kepada pemiliknya "Lihat nanti foto ini, baru kamu ambil keputusan!” telak Rani, ia pun pergi dari koridor sekolah tempat Arum mengajar.
Arum hanya bisa menghela nafas, dan menggelengkan kepalanya. Entah apa yang membuat Rani begitu antusias untuk menjodohkannya, apa karena tidak tega melihat Arum senantiasa jomblo dan merasakan trauma yang berkepanjangan.
Arum kembali masuk kedalam kelas untuk memberikan mata pelajaran kepada muridnya.
🍂
Arum merebahkan tubuhnya di atas kasur setelah sholat isya. Arum berharap pertemuannya dengan Dimas nanti tidak membawa keburukan untuknya dan tidak membawa keburukan untuk Dimas.
Pertemuan yang sudah di atur oleh temannya, si biang keladi. Rani tentu saja, semangat Rani membuat Arum pasrah akan pertemuan dirinya dengan laki-laki yang sudah Arum ketahui namanya, ‘Dimas.
"Ya Allah, kupasrahkan jodohku pada-Mu."
Arum pun beranjak dan berjalan menuju jendela kamar, membuka pintu jendela. Angin malam semilir pelan, menerpa wajah yang polos yang tidak memakai makeup.
Menatap kearah langit, terlihat Bulan sabit. Dengan perkisaran tanggal jawa. Mungkin masih tanggal 7.
Seperti mata orang-orang China." gumamnya.
Arum teringat akan Firman Allah dalam surah Ar-Rahman. di dalamnya tergambar jelas tanda-tanda kebesaran Allah SWT.
"Semua yang ada di langit dan di bumi memohon kepada Allah. Setiap saat Allah membuat keputusan." (Qs. Ar-Rahman 29)
"Wahai manusia dan Jin, nikmat mana di antara nikmat-nikmat Tuhanmu yang kamu ingkari." (Qs. Ar-Rahman. 30)
"Subhanallah sungguh indah penciptaan-Mu ya Rabb." ucapnya lirih.
Tok Tok
"Rum." suara Ibu membuyarkan lamunannya.
"Nggeh Bu? (Iya Bu?)" Jawab Arum.
Arum pun berjalan menuju pintu, dan membukanya, lalu ia melihat Ibu berdiri di depan pintu sambil menyunggingkan senyum.
"Ibu mau pergi kondangan di rumah Pak selamet. Nanti tolong kunci pintunya yah?" kata Ibu yang sudah siap dengan pakaian gamisnya berwarna kuning kunyit.
"Iya Bu? memm.. Bu oleh-oleh poci-poci?" jawab Arum tersenyum seperti anak kecil. Entah kenapa ketika Ibu akan pergi kerumah orang yang mempunyai hajat. Arum selalu meminta oleh-oleh poci-poci atau bisa di sebut jenang ketan yang dibungkus daun pisang dengan srundeng di bagian tengahnya. Manis dan gurih. (Entah di daerah teman-teman namanya apa jajanan itu)
"Iya kalau ada, kalau ndak ada?" jawab Ibu dengan logat jawanya.
"Apa aja Bu, Yang pentin Ibu sehat?" jawab Arum kalau ibu selalu memberi jawaban yang sama ketika ia bertanya oleh-oleh.
"Ibu pergi dulu yah." salam Ibu dan berjalan menuju pintu depan yang sudah ada Bapak berdiri di sana.
Arum pun berjalan mengikuti Ibu di belakangnya untuk mengunci pintu.
"Nduk jangan lupa kunci pintunya." ucap Bapak yang menatap kearah Putri sulungnya.
"Nggeh Pak, Bapak kalih Ibu Hati-hati. Lan Pak gandeng Ibu nggeh, wedine gamis Ibu nyrimbet teng Samparanne Ibu? ("Iya Pak, Bapak Sam Ibu Hati-hati. Dan Pak gandeng Ibu ya, takutnya gamis Ibu nyrimbet di kaki Ibu?") kata Arum sambil cengengesan mengingat ketika Ibu sedang berjalan selalu saja hampir terjatuh karena sebuah gamis.
"Ibu sama Bapak berangkat dulu." ucap Ibu.
"Assalamualaikum." Salam keduanya.
"Waalaikumsalam Pak, Bu." jawab Arum menatap punggung kedua orangtuanya. Lalu masuk dan mengunci pintu.
Arum pun kembali ke kamarnya yang terdengar hanya detikan suara jam dinding kamar. Lalu ia pun menyetel sholawat di ponselnya, untuk menghilangkan rasa sepi, yang ia putar sholawat Huwannur Cover by Ai Khadijah
Dimas seperti apakah dirimu." gumamnya.
Arum melihat data-data siswanya dan teringat ucapan Rani soal Dimas. Arum di beritahu Rani kalau wajah Dimas tampan nan rupawan.
"Kenapa kamu tidak jatuh cinta padanya Ran." goda Arum pada Rani saat itu.
"Hatiku tidak untuknya Rum." jawab Rani acuh.
"Kalau bicara soal hati. Allah Maha membolak-balikkan hati Ran?" kata Arum santai.
"Entahlah Rum." sahut Rani seraya mengangkat bahunya acuh.
Lalu Arum teringat akan foto yang pernah Rani selipkan di buku pelajaran IPA milik muridnya. "Lihatlah foto ini, lalu putuskan setelah kamu bertemu dengannya." ucap Rani saat itu ketika mendatangi tempat Arum mengajar.
Arum pun mengambil buku IPA yang ia taruh di laci meja kecil di samping tempat tidur.
Arum membuka lembaran demi lembaran halaman, dan ia melihat sebuah foto, dan mengambilnya. Lalu Arum menatap foto laki-laki yang bermata agak sipit namun juga tidak seperti kebanyakan orang China. ”Seperti bulan sabit yang ku lihat tadi.” gumamnya.
"Rani tidak bilang kalau dia bermata sipit. Apa Rani salah memberikanku foto."
Arum mengangkat kedua bahunya. "Entahlah." dan meletakkan foto itu di atas meja.
*
Bersambung
*
Semoga teman-teman suka dengan novel pertama ku☺️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
Nurfanya Rudie Ajalah
baru mampir kak
salam kenal🙏
2024-08-30
0
Maulana ya_Rohman
mampir lagi thor
2022-11-01
0
El Elsarida
ceritanya keren
2021-11-26
0