Bab 04

☘️ Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ☘️

{Al Baqarah, 286}

🍂

Embun yang menyejukkan, pagi ini mentari masih malu-malu untuk menyapa bumi. Daun-daun dengan semburat kuning mulai meninggalkan tangkainya setelah ia merasa lelah untuk bertahan di dahan yang mulai kering, mungkin cinta juga seperti itu.

Hari ini tidak seperti biasa pagi yang di sibukkan dengan aktivitas. Arum sedang melihat bunga bermekaran dari bilik jendela kamarnya.

Bunga yang sedang bermekaran itu tidak seperti hatinya saat ini. Ia merasa kenapa di saat perasaannya mulai terbuka dan sedikit bisa menghilangkan trauma selama ini.

Dimas tiba-tiba pergi, dan hanya meninggalkan kata 'MAAF' apakah memang cinta harus sesakit ini. ataukah memang hatinya serapuh ini.

"Tidak. hatiku tidak serapuh ini." gumamnya lirih.

Sejak saat itu, Arum sulit menghubungi Dimas. pesan-pesannya jarang lagi di balas oleh lelaki yang menggantungkan perasaannya.

Telepon juga tak lagi diangkatnya. sibuk mempersiapkan keberangkatannya ke China menjadi alasan.

Arum kembali ke kamarnya, ia pun mengambil ponselnya yang terdapat di saku abayanya, dan menghubungi sahabatnya yang menjadi perantara antara dirinya juga Dimas.

"Bagaimana dengan aku dan Dimas Ran?" tanyanya pada Rani.

"Rum, Dimas akan menandatangani kontrak dengan perusahaan asing, dan syaratnya dia harus menetap di China. Bulan depan dia sudah akan berangkat." Arum hanya diam mendengar penjelasan Rani.

"Dia mengatakan padaku bahwa dia sudah menyukaimu. Dia tidak tega, Dia membebaskan mu,” sambungnya lagi.

"Apa!" jawab Arum dengan terkejut

"Jika ada lelaki yang lebih baik darinya, dia merelakan kamu untuk memilihnya,” jawab Rani.

"Tidak,” sahut Arum cepat. "Tidak Ran, Aku akan menunggunya."

"Arum, tapi..," seru Rani.

"Aku akan menunggunya," ulangnya sekali lagi.

"Kamu sudah jatuh cinta padanya Rum?" tanya Rani, Arum diam mendapatkan pertanyaan itu.

"Iya, kan Rum?" sambungnya lagi.

"Aku aku akan menunggunya." untuk kali terakhir Arum mengatakan itu pada Rani dan menutup telponnya.

Tubuhnya terasa lunglai, Arum akan kehilangannya. Lelaki yang sudah dengan lembut menyentuh dan mengambil hati.

Tok tok tok

Terdengar pintu kamar di ketuk, membuyarkan lamunannya. Ternyata itu Ibu yang sudah membuka pintu kamar.

"Nduk ada yang ingin bertemu denganmu,” ujar Ibu sembari berjalan ke jendela tempatnya berdiri.

"Siapa, Bu?" tanyanya.

"Keluarlah nanti kamu akan tahu." jawab Ibu tangannya membelai lembut kepalanya yang tertutup hijab.

Arum pun mengikuti langkah Ibu, di teras rumah.

DEGH

Entah apa yang membawanya kemari, seorang lelaki yang sangat ingin Arum hindari dia datang kerumah. Yah lelaki itu Edo.

Arum teringat saat dia memaksakan keinginan untuk menikah dengannya.

Bukan, bukan hanya memaksa tapi Edo hampir menodainya.

Menorehkan luka, bukan hanya luka di fisik tapi yang lebih sulit lagi menghilangkan rasa traumatis. Tiga tahun yang lalu, setelah Edo berniat melamar, sebelum Arum mengenal Dimas. Saat itu hari sudah malam. Arum tahu bahwa perempuan tak baik pulang terlalu malam.

Flashback off

Tiga tahun lalu.

Hari itu, yah mungkin hari yang sangat kelam. Arum baru pulang mengajar les private di salah satu murid perempuannya. Awalnya Arum ingin di antar oleh Alif adiknya . Tapi karena kata Ibu Alif menginap di rumah temannya untuk mengerjakan tugas sekolah.

Alif Prayoga sudah kelas 1 SMA.

Pukul 16:15 Arum berangkat dari rumah. Sebenarnya Les sudah selesai dari sebelum Maghrib.

Tapi karena hujan lebat dan petir di daerahnya, Ibu dari muridku menyarankan untuk pulang nanti setelah hujan reda.

Akhir-akhir ini cuaca tidak bisa di prediksi, siang cerah menjelang sore atau malam hujan.

Arum pun sholat Maghrib di rumah muridnya dan di tawari menginap. Karena hujan belum mereda sampai kumandang adzan isya terdengar.

"Bu Arum menginap saja disini? disini sepi. kan juga Ayahnya Ninda sedang pergi keluar kota." tawar Ibu Asih, mama dari muridnya.

"Iya Bu nanti tidur di kamar ku aja?" pinta Ninda.

"Terimakasih, nanti saya jadi ngrepotin." jawab Arum.

"Ndak Bu Arum, malah Saya sama Ninda senang kan jadi ada temennya." bujuk wanita paruh baya itu

"Terimakasih sekali lagi Bu, Ninda, tapi saya mesti pulang kasihan Ibu di rumah sendiri, Bapak saya sedang pergi ke Ngawi, dan adik saya sedang belajar kelompok di rumah temannya. Ibu saya juga tadi minta untuk dibelikan obat di apotik." ucap Arum panjang lebar.

Sekian lama Arum mengobrol dengan orangtua dari muridnya, tak terasa hujan sudah mulai reda.

Tepat pukul 20:00 Arum pamit dan mengendarai motor maticnya. Setengah jalan ia lalui, motornya terasa berat untuk di gas. Arum pun berhenti. "Yah ban motorku kempes.”

Alhasil Arum harus mendorong motor, jarak rumah dan rumah muridnya memang lumayan cukup jauh. Kira-kira 1 jam perjalanan. Rumah muridnya yang berada di pinggiran kota sedangkan rumahnya di desa.

Arum celingak-celinguk mencari keberadaan orang yang lewat tapi nihil tidak ada. Bukan karena takut hantu tapi Arum lebih takut gelap dan orang yang berbuat jahat.

Komat-kamit mulut Arum memanjatkan doa. Agar diberi perlindungan dari Allah.

Tiba-tiba, ada yang mencekal lengannya, Arum pun menoleh, belum hilang rasa terkejutnya. Arum lebih terkejut lagi dengan siapa orang yang mencekal lengannya.

BRAAAAAK.!!!

Motornya jatuh terhempas akibat tangan seorang laki-laki menarik lengan Arum.

"Edo! Edo lepaskan aku!" teriaknya, Edo tidak menjawab bahkan Edo terus menarik lengannya dengan paksa.

"Edo kamu mau apa?" teriak Arum lagi mencoba melepaskan cekalan tangan Edo.

"Ha ha ha... kamu bilang aku mau apa? aku cuma mau kamu.!" jawab Edo sambil tersenyum devil.

"Seorang Edo tidak menerima penolakan. Bahkan banyak wanita yang rela menyerahkan tubuhnya dengan suka rela hanya untuk mendapatkan hatiku." jawab Edo lagi dengan nada suara semakin menakutkan.

"Tapi, Edo cara kamu salah." kata Arum gemetar tidak bisa lagi menahan lelehan air mata.

"Jangan so' jual mahal!" sentak Edo yang terus saja menarik lengan Arum lebih erat lagi. Lebih jauh lagi dari tepian jalan dan memasuki rumah tua yang tidak berpenghuni.

"Tolooong..,!!" teriak Arum sekuat tenaga berharap ada orang yang mendengar teriakan dan menolongnya.

"Toloooong..,!!!" teriak Arum lagi. Edo membekap mulut Arum dengan tangannya.

"Percuma kamu teriak, tidak akan ada yang mendengarmu. Disini sangat sepi." kata Edo yang sudah menggebrak pintu rumah tua tak berpenghuni.

"Kita nikmati malam ini sayang." ucapan Edo membuat Arum semakin takut.

Arum mencoba melawan dengan kemampuan bela diri yang ia miliki. Tapi tenaga Edo jauh lebih besar, mungkin karena Edo laki-laki.

Arum meronta dan menangis pilu, memohon agar Edo melepaskannya. Tapi sepertinya Edo tidak mendengarkan atau memang sengaja tuli.

Dengan sekali tarikan Edo mengunci tangan Arum di atas kepala. Edo menjatuhkannya kelantai yang dingin. Dan semakin Arum meronta semakin Edo menghimpit tubuhnya.

"Ya Allah tolong aku." batin Arum

BRAAAAAK..!!!

Tiba-tiba pintu di gebrak seseorang.

🍂

بِسْمِ اللٌٰهِ الرّٓخْمٰنِ الرّٓخِيْمِ

وٓاُصْبِرْ عِلِىٰ مَآأَ صَا بَكَ

“Dan bersabarlah atas apapun

musibah/cobaan yang menimpa kamu,”

(QS. Quran. 31:77)

🍂

Bersambung

Terpopuler

Comments

Hamba Allah

Hamba Allah

mampir Thor atas nama cinta Karya pertama kuuu

2021-07-20

0

Sunarti

Sunarti

doa orang yg Soleh diijabah allah, dia mendapat pertolongan ketika dalam kesulitan

2020-11-10

1

NonaHana

NonaHana

Hallo Thor, Aku mampir..
Like sampai sini dulu ya.. Nyicil baca nya 😊
Terimakasih udah mampir di karyaku ya..

Salam dari "Sepenggal Kisah di Negeri Jiran"

2020-11-04

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26 Bab 26 •Menerimamu•
27 Bab 27 •Akad•
28 Bab 28 •Bersamamu•
29 Bab 29 Pertengkaran
30 Bab 30 Kecemburuan Dimas
31 Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32 Bab 32 Resepsi
33 Bab 33 Acara
34 Bab 34 Acara malam
35 Bab 35 Rahasia
36 Bab 36 Kesempatan
37 Bab 37 perasaan
38 Bab 38 Rumah sakit
39 Bab 39 Syukuran
40 Bab 40 Kelahiranmu
41 Bab 41 Medina
42 Bab 42 Sebuah kenangan
43 Bab 43 Lombok
44 Bab 44 Suku Sasak Lombok
45 Bab 45 Keindahan Lombok
46 Bab 46 Positif
47 Bab 47 kejahilan Dimas
48 Bab 48 Tersenyum
49 Bab 49 Jalan Allah
50 Bab 50 Salah tingkah
51 Bab 51 Kejujuran
52 Bab 52 Uwais al-Qarni
53 Bab 53 Poligami
54 Bab 54 Saifullah Almaslul
55 Bab 55 Bubur sumsum
56 Bab 56 Bubur sumsum 2
57 Bab 57 Musibah
58 Bab 58 Ujian hidup
59 Bab 59 Rencana Pindah
60 Bab 60 Balas dendam
61 Bab 61 Melepas Rindu
62 Bab 62 Gelisah
63 Bab 63 Hati Nurani
64 Bab 64 Ikhlas
65 Bab 65 Makna Ikhlas
66 Bab 66 New Normal
67 Bab 67 Merajut asa
68 Bab 68 Gus Miftah
69 Bab 69 Panggilan Hati
70 Bab 70 Olahraga
71 Bab 71 Berbagi
72 Bab 72 Daster
73 Bab 73 Cemburu
74 Bab 74 Bucin
75 Bab 75 Lamaran
76 Bab 76 Malioboro
77 Bab 77 Cukur Kumis
78 Bab 78 Bocor Alus
79 Bab 79 Gusar
80 Bab 80 Akrofobia
81 Bab 81 Menikah Denganku
82 Bab 82 Menjadi yang kedua
83 Bab 83 Gawat
84 Bab 84 Lupakan
85 Bab 85 Meminta Restu
86 Bab 86 Sujud Syukur
87 Bab 87 Overdosis
88 Bab 88 Awan Mendung
89 Bab 89 Sunan Kalijaga
90 Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91 Bab 91 Semur Jengkol
92 Bab 92 Panas Dingin
93 Bab 93 Fitness
94 Bab 94 Berpuasa
95 Bab 95 Putu sama Klepon
96 Bab 96 Teka Teki
97 Bab 97 Dagang Warteg
98 Bab 98 Walimatul haml
99 Bab 99 Maulid Nabi
100 Bab 100 Jagung Bakar
101 Bab 101 USG
102 Bab 102 Mengenang Tragedi
103 Bab 103 Banci
104 Bab 104 Melewati masa kritis
105 Bab 105 Khusus
106 Bab 106 Heppy Ending
107 Renungan Hari Jum'at
108 Renungan jiwa dihari Jum'at
109 Sholawat Gus Dur
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26
Bab 26 •Menerimamu•
27
Bab 27 •Akad•
28
Bab 28 •Bersamamu•
29
Bab 29 Pertengkaran
30
Bab 30 Kecemburuan Dimas
31
Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32
Bab 32 Resepsi
33
Bab 33 Acara
34
Bab 34 Acara malam
35
Bab 35 Rahasia
36
Bab 36 Kesempatan
37
Bab 37 perasaan
38
Bab 38 Rumah sakit
39
Bab 39 Syukuran
40
Bab 40 Kelahiranmu
41
Bab 41 Medina
42
Bab 42 Sebuah kenangan
43
Bab 43 Lombok
44
Bab 44 Suku Sasak Lombok
45
Bab 45 Keindahan Lombok
46
Bab 46 Positif
47
Bab 47 kejahilan Dimas
48
Bab 48 Tersenyum
49
Bab 49 Jalan Allah
50
Bab 50 Salah tingkah
51
Bab 51 Kejujuran
52
Bab 52 Uwais al-Qarni
53
Bab 53 Poligami
54
Bab 54 Saifullah Almaslul
55
Bab 55 Bubur sumsum
56
Bab 56 Bubur sumsum 2
57
Bab 57 Musibah
58
Bab 58 Ujian hidup
59
Bab 59 Rencana Pindah
60
Bab 60 Balas dendam
61
Bab 61 Melepas Rindu
62
Bab 62 Gelisah
63
Bab 63 Hati Nurani
64
Bab 64 Ikhlas
65
Bab 65 Makna Ikhlas
66
Bab 66 New Normal
67
Bab 67 Merajut asa
68
Bab 68 Gus Miftah
69
Bab 69 Panggilan Hati
70
Bab 70 Olahraga
71
Bab 71 Berbagi
72
Bab 72 Daster
73
Bab 73 Cemburu
74
Bab 74 Bucin
75
Bab 75 Lamaran
76
Bab 76 Malioboro
77
Bab 77 Cukur Kumis
78
Bab 78 Bocor Alus
79
Bab 79 Gusar
80
Bab 80 Akrofobia
81
Bab 81 Menikah Denganku
82
Bab 82 Menjadi yang kedua
83
Bab 83 Gawat
84
Bab 84 Lupakan
85
Bab 85 Meminta Restu
86
Bab 86 Sujud Syukur
87
Bab 87 Overdosis
88
Bab 88 Awan Mendung
89
Bab 89 Sunan Kalijaga
90
Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91
Bab 91 Semur Jengkol
92
Bab 92 Panas Dingin
93
Bab 93 Fitness
94
Bab 94 Berpuasa
95
Bab 95 Putu sama Klepon
96
Bab 96 Teka Teki
97
Bab 97 Dagang Warteg
98
Bab 98 Walimatul haml
99
Bab 99 Maulid Nabi
100
Bab 100 Jagung Bakar
101
Bab 101 USG
102
Bab 102 Mengenang Tragedi
103
Bab 103 Banci
104
Bab 104 Melewati masa kritis
105
Bab 105 Khusus
106
Bab 106 Heppy Ending
107
Renungan Hari Jum'at
108
Renungan jiwa dihari Jum'at
109
Sholawat Gus Dur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!