Bab 08

☘️ *Rindu Tak haram tapi mampu melalaikan hati sebab itu bila merasa rindu ucaplah.* ☘️

{ Ma Fi Qalbi Ghairullah } 🌸

{Tiada di hatiku melainkan Allah}

🍂

Hari-harinya kini dilalui dengan sarat kehampaan, dan Arum masih menyandang predikat si lajang. Bukan inginnya untuk tetap menyendiri. Bukan maunya untuk tetap menyepi.

Arum masih sama dengan aktifitasnya, Rani sudah menikah dengan seorang Dosen tiga tahun bertunangan sudah cukup untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius.

Dan selama ini Arum hanya dekat dengan seorang lelaki yang hanya ia anggap teman biasa. Meskipun ada usahanya untuk bisa dekat dengan Arum.

Tetap saja perasaan Arum tidak juga ada rasa untuk lelaki itu. Arum memahami kesalahannya yang tidak juga bisa membuka lagi hati untuk yang lain.

Masih tetap bodoh menunggunya,.

"Rum yuk, kita ke kedai es krim." Alfin membuyarkan lamunannya yang sedang duduk di bangku sebelah lapangan basket sekolah.

"Baiklah," mungkin dengan menerima ajakannya Arum bisa sedikit membuka hati.

"Tapi tidak berdua." sambungnya lagi

"Oke." jawab Alfin tersenyum. "Kita ajak adikmu saja?"

Arum pun menelpon Alif, setelah bercakap-cakap sejenak dengan adiknya di sambungan telepon.

"Baiklah sepulang sekolah dia mau." sesudah Arum menutup telepon dan menaruh ponsel di saku rok panjang yang ia pakai.

"Arum masih belum adakah perasaan mu untukku?" Arum pun berdiri dan hendak berjalan, namun suara Alfin menghentikan langkahnya mendapatkan pertanyaan dari Alfin.

Arum menoleh kehadapan lelaki itu dan tersenyum, senyum yang manis. "Maaf Pak, kita sedang berada di sekolah."

Alfin kembali mengingat saat hampir saja dirinya terserempet mobil dan Arum lah orang yang telah menolongnya. Dan usahanya untuk bisa dekat dengan Arum. Saat itu...

flashback

Suatu hari di sore hari, seorang lelaki turun dari mobilnya hendak ke ATM yang berada di sebrang jalan. Dari arah berlawanan ad sebuah motor yang melaju kencang tanpa bisa ia hindari akhirnya lelaki itu pun terserempet dan jatuh tersungkur.

Sontak orang-orang yang melihat pun mengerumuni dan berniat menolong lelaki itu.

Arum yang baru selasai membeli soto pun kaget dan menjatukan soto yang baru di belinya.

Arum melihat kecelakaan tak jauh dari tempatnya berdiri mengenali orang yang menjadi korban kecelakaan.

Arum berlari, menghampiri dan langsung memanggil taksi. "Pak tolong angkat dia ke taksi, dia temen saya Pak." begitu Arum meminta tolong kepada orang-orang yang berkerumun.

Sesampainya di rumah sakit, Arum masih menunggu dokter yang menangani lelaki itu.

"Bagaiman Dok?" tanya Arum setelah melihat dokter keluar dari kamar pasien.

"Dia baik-baik saja, hanya mengalami beberapa lecet di tubuhnya." jawab dokter

"Lalu kenapa dia tak sadarkan diri?," tanya Arum lagi dengan nada khawatir.

"Dia cuma syok, dan sebentar lagi siuman. baiklah saya tinggal dulu" jawab dokter

"Terimakasih dok," jawab Arum

Dokter itu pun berlalu meninggalkan Arum. kemudian Arum masuk menghampiri lelaki itu. Di tatapnya wajah yang terlihat sendu dan menenangkan.

"Gimana wajah saya tampankan?" suara lemah yang terdengar dari mulut lelaki itu pun sontak membuat Arum terkejut.

"Syukurlah Bapak sudah sadar."

"Jangan panggil saya Bapak, saya bukan Bapak kamu.! jawab lelaki itu datar

"Lah masih sakit aja, sikapnya masih begitu dingin." babin Arum

Seolah tahu bahwa Arum sedang membicarakan dirinya di hatinya. lelaki itu pun kembali bicara. "kenapa lagi batin yah?"

Tidak ada jawaban dari Arum yang yang terkejut lelaki itu tahu bahwa dirinya sedang membatin.

"Terimakasih, karena kamu sudah menolong saya." lelaki itu kembali bersuara.

"Sama-sama Pak." jawab Arum.

"Sudah saya bilang jangan panggil saya Bapak."

"Tapi Pak?"

"Di luar sekolah kamu boleh memanggilku selain dari sebutan itu."

Arum nampak berpikir, "lalu Aku harus memanggilnya dengan sebutan apa tidak mungkin kan aku menyebut namanya aja." batin arum."

"A'a.?" sebut Arum takut salah.

"Saya bukan orang Sunda." jawab lelaki itu

memangnya hanya orang sunda yang boleh menggunakan kata itu." gumam Arum

"Lagi lagi kamu membicarakan saya dihati kamu."

kok dia bisa tau, jangan-jangan dia bisa membaca hati seseorang." batin Arum

"Lalu saya harus panggil Bapak apa?" tanya Arum.

"Mas.!" tegas lelaki itu

"Mas!.." ulang Arum yang bingung dengan panggilan itu

"iya, saya kan orang Jawa." jawab lelaki itu enteng.

"untung dia kepala sekolah, kalau bukan karena segi kemanusiaan. aku sudah dari tadi pulang ke rumah." gumam Arum

Alfin Ismail Marzuki 30 tahun lelaki blasteran Arab, kepala sekolah tempat Arum mengajar. Sikapnya dingin, cuek dan tetap cool. ketampanannya seperti artis turki. Sedikit berewok, warna kulit eksotis tidak putih seperti kebanyakan orang Arab. Kecerdasan yang dia miliki itulah kenapa di usia yang masih muda ia di angkat menjadi kepala sekolah.

"Maaf P..Pak.. ehh M..Mas, saya tidak tahu cara menghubungi keluarga Anda?" suara Arum sedikit tergagap.

"Tidak apa, saya sudah merasa baikan. dan jangan terlalu formal dengan menyebut saya 'Anda'." jawab Alfin datar

"Lalu bagaimana jika saya pulang, siapa yang menjaga Mas Alfin disini?" tanya Arum yang melihat keadaan hari sudah mulai petang.

"Saya bisa menjaga diri saya. jika kamu akan pulang, maka pulanglah." jawab Alfin yang berusaha susah payah untuk duduk.

Arum yang merasa kasihan pun tidak tega untuk membiarkan Alfin sendiri. "Pak..ehh Mas Alfin ndak menghubungi keluarganya."

"Ponsel saya tertinggal di dalam mobil." Arum pun kembali bingung.

"Ya udah Mas Alfin pakai ponsel ku aja, ingat kan nomor keluarga Mas Alfin?" Alfin hanya menggeleng tanda ia tidak ingat nomer-nomer ponsel keluarganya hanya nomer ponsel dirinya saja.

"hadeech piye iki? 'hadeech gimana ini?" gumam Arum.

Tak lama terdengar dering ponsel Arum. Arum pun mengambil benda pintar itu dari dalam tasnya. Tertera nama Pak Rahman penjaga sekolah.

"Assalamualaikum." sapa Arum setelah menggeser tombol hijau

"Waalaikumsalam Mba. Ini paketan buku dari pusat sudah datang Mba Arum, saya sudah coba menghubungi Pak Alfin tapi tidak di jawab." jawab Pak Rahman

"iya, tolong taruh saja di ruangan Pak Alfin nanti besok biar saya yang cek." jawab Arum yang melospeker volume suara. dan petunjuk dari Alfin yang sudah mendengar.

"Pak Alfin juga barusan dapat musibah beliau kecelakaan dan deliau bersama saya." sambung Arum.

"Inalillahi wa innailaihi rojiun." *ini adalah jawaban ketika seseorang yang mengalami sebuah musibah ataupun kematian.

"jawab Pak Rahman kaget. "Lalu bagaimana dengan kondisinya Mba Arum." sambung Pak Rahman.

"Alhamdulillah Pak Alfin baik-baik saja. Pak apakah Pak Rahman tahu alamat ataupun nomer telepon dari keluarga Pak Alfin. Ponsel beliau tertinggal dimobil." jawab Arum yang sekaligus bertanya.

"Iya, saya tahu nanti akan saya hubungi." Pak Rahman pun mengakhiri percakapan setelah menjawab salam dan menanyakan alamat rumah sakit.

"Nanti akan saya traktir sebagai tanda terimakasih." suara Alfin memecah kecanggungan di antara mereka, karena dalam ruangan itu hanya mereka berdua setelah suster yang mengecek kondisi Alfin keluar.

"Tidak perlu Pak.., Ehh Mas saya ikhlas sebagai sesama manusia kan harus saling tolong menolong." jawab Arum canggung, yang tengah duduk di sofa dalam ruangan agak jauh dari Alfin beristirahat.

"Saya akan tetap mentraktir kamu, saya janji setelah saya pulih." tegas Alfin yang seolah tidak ingin di bantah.

Setelah keluarga Alfin, tepatnya Ibunya Alfin datang Arum pun pamit setelah memberi salam. dan tak lupa Ibunya Alfin mengucapkan kata Terimakasih.

🍂

Bersambung

Terpopuler

Comments

ik@

ik@

memang sudah untuk membuka hati ya Arum... apa lg untuk menerima cinta yg baru

2021-02-18

0

Jepri Sal

Jepri Sal

disini aku baru mulai paham alur ceritanya thor,awalnya aku sedikit bingung bacanya hehehe
sorry aku agak lambat paham ceritanya tpi aku suka kok
semangat buat author ea jangan berhenti berkarya apalagi ada bahasa jawanya suka banget aku

2020-11-13

3

Sunarti

Sunarti

epetbterus pak alfin

2020-11-10

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26 Bab 26 •Menerimamu•
27 Bab 27 •Akad•
28 Bab 28 •Bersamamu•
29 Bab 29 Pertengkaran
30 Bab 30 Kecemburuan Dimas
31 Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32 Bab 32 Resepsi
33 Bab 33 Acara
34 Bab 34 Acara malam
35 Bab 35 Rahasia
36 Bab 36 Kesempatan
37 Bab 37 perasaan
38 Bab 38 Rumah sakit
39 Bab 39 Syukuran
40 Bab 40 Kelahiranmu
41 Bab 41 Medina
42 Bab 42 Sebuah kenangan
43 Bab 43 Lombok
44 Bab 44 Suku Sasak Lombok
45 Bab 45 Keindahan Lombok
46 Bab 46 Positif
47 Bab 47 kejahilan Dimas
48 Bab 48 Tersenyum
49 Bab 49 Jalan Allah
50 Bab 50 Salah tingkah
51 Bab 51 Kejujuran
52 Bab 52 Uwais al-Qarni
53 Bab 53 Poligami
54 Bab 54 Saifullah Almaslul
55 Bab 55 Bubur sumsum
56 Bab 56 Bubur sumsum 2
57 Bab 57 Musibah
58 Bab 58 Ujian hidup
59 Bab 59 Rencana Pindah
60 Bab 60 Balas dendam
61 Bab 61 Melepas Rindu
62 Bab 62 Gelisah
63 Bab 63 Hati Nurani
64 Bab 64 Ikhlas
65 Bab 65 Makna Ikhlas
66 Bab 66 New Normal
67 Bab 67 Merajut asa
68 Bab 68 Gus Miftah
69 Bab 69 Panggilan Hati
70 Bab 70 Olahraga
71 Bab 71 Berbagi
72 Bab 72 Daster
73 Bab 73 Cemburu
74 Bab 74 Bucin
75 Bab 75 Lamaran
76 Bab 76 Malioboro
77 Bab 77 Cukur Kumis
78 Bab 78 Bocor Alus
79 Bab 79 Gusar
80 Bab 80 Akrofobia
81 Bab 81 Menikah Denganku
82 Bab 82 Menjadi yang kedua
83 Bab 83 Gawat
84 Bab 84 Lupakan
85 Bab 85 Meminta Restu
86 Bab 86 Sujud Syukur
87 Bab 87 Overdosis
88 Bab 88 Awan Mendung
89 Bab 89 Sunan Kalijaga
90 Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91 Bab 91 Semur Jengkol
92 Bab 92 Panas Dingin
93 Bab 93 Fitness
94 Bab 94 Berpuasa
95 Bab 95 Putu sama Klepon
96 Bab 96 Teka Teki
97 Bab 97 Dagang Warteg
98 Bab 98 Walimatul haml
99 Bab 99 Maulid Nabi
100 Bab 100 Jagung Bakar
101 Bab 101 USG
102 Bab 102 Mengenang Tragedi
103 Bab 103 Banci
104 Bab 104 Melewati masa kritis
105 Bab 105 Khusus
106 Bab 106 Heppy Ending
107 Renungan Hari Jum'at
108 Renungan jiwa dihari Jum'at
109 Sholawat Gus Dur
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26
Bab 26 •Menerimamu•
27
Bab 27 •Akad•
28
Bab 28 •Bersamamu•
29
Bab 29 Pertengkaran
30
Bab 30 Kecemburuan Dimas
31
Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32
Bab 32 Resepsi
33
Bab 33 Acara
34
Bab 34 Acara malam
35
Bab 35 Rahasia
36
Bab 36 Kesempatan
37
Bab 37 perasaan
38
Bab 38 Rumah sakit
39
Bab 39 Syukuran
40
Bab 40 Kelahiranmu
41
Bab 41 Medina
42
Bab 42 Sebuah kenangan
43
Bab 43 Lombok
44
Bab 44 Suku Sasak Lombok
45
Bab 45 Keindahan Lombok
46
Bab 46 Positif
47
Bab 47 kejahilan Dimas
48
Bab 48 Tersenyum
49
Bab 49 Jalan Allah
50
Bab 50 Salah tingkah
51
Bab 51 Kejujuran
52
Bab 52 Uwais al-Qarni
53
Bab 53 Poligami
54
Bab 54 Saifullah Almaslul
55
Bab 55 Bubur sumsum
56
Bab 56 Bubur sumsum 2
57
Bab 57 Musibah
58
Bab 58 Ujian hidup
59
Bab 59 Rencana Pindah
60
Bab 60 Balas dendam
61
Bab 61 Melepas Rindu
62
Bab 62 Gelisah
63
Bab 63 Hati Nurani
64
Bab 64 Ikhlas
65
Bab 65 Makna Ikhlas
66
Bab 66 New Normal
67
Bab 67 Merajut asa
68
Bab 68 Gus Miftah
69
Bab 69 Panggilan Hati
70
Bab 70 Olahraga
71
Bab 71 Berbagi
72
Bab 72 Daster
73
Bab 73 Cemburu
74
Bab 74 Bucin
75
Bab 75 Lamaran
76
Bab 76 Malioboro
77
Bab 77 Cukur Kumis
78
Bab 78 Bocor Alus
79
Bab 79 Gusar
80
Bab 80 Akrofobia
81
Bab 81 Menikah Denganku
82
Bab 82 Menjadi yang kedua
83
Bab 83 Gawat
84
Bab 84 Lupakan
85
Bab 85 Meminta Restu
86
Bab 86 Sujud Syukur
87
Bab 87 Overdosis
88
Bab 88 Awan Mendung
89
Bab 89 Sunan Kalijaga
90
Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91
Bab 91 Semur Jengkol
92
Bab 92 Panas Dingin
93
Bab 93 Fitness
94
Bab 94 Berpuasa
95
Bab 95 Putu sama Klepon
96
Bab 96 Teka Teki
97
Bab 97 Dagang Warteg
98
Bab 98 Walimatul haml
99
Bab 99 Maulid Nabi
100
Bab 100 Jagung Bakar
101
Bab 101 USG
102
Bab 102 Mengenang Tragedi
103
Bab 103 Banci
104
Bab 104 Melewati masa kritis
105
Bab 105 Khusus
106
Bab 106 Heppy Ending
107
Renungan Hari Jum'at
108
Renungan jiwa dihari Jum'at
109
Sholawat Gus Dur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!