Bab 18

☘️Teman sejati dialah yang selalu memberi nasehat ketika melihat kesalahanmu dan dia yang mau membelamu disaat kamu tidak ada. ☘️

{Ali Bin Abi Thalib}

🍂🍂🍂🍂

Disebuah rumah yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil, Dua orang laki-laki sedang berbincang-bincang di ruang tamu.

Seorang wanita keluar dari dapur dan membawa nampan berisikan teh hangat dan aneka camilan.

"Ran, Terimakasih Karena Kamu dan Bagas sudah menjemputku di bandara." ucap Dimas.

Rani hanya tersenyum dan mengangguk.

"Dim, Apakah kamu nggak merasa bersalah sedikitpun padanya?" tanya Bagas kemudian matanya menatap istrinya yang sedang menaruh minuman di atas meja.

Dimas hanya diam didalam benaknya ia bukan hanya merasa bersalah tapi juga merasa akan mendapatkan penolakan yang menyakitkan.

"Dim, Saat ini sudah ada yang lelaki yang dekat dengannya." ucap Rani ikut menimpali.

"Aku pasrahkan kepada Allah, Ran. Jika memang Dia bukan jodohku aku ikhlas. aku juga menyadari kesalahanku." jawab Dimas lesu.

"Tetapi Arum pernah berkata padaku, bahwa dia belum melupakanmu, Tapi jangan berharap lebih padanya. Apalagi setelah kamu mengiriminya pesan yang sangat menyakiti perasaannya." ujar Rani sinis.

"Kalau aku jadi dia aku tidak akan mau menerimamu lagi." Bagas ikut menimpali dengan nada meremehkan.

Rani pun menyikut lengan suaminya. Rani dan Bagas menikah satu tahun yang lalu. dan kini Rani sedang mengandung 7 bulan anak kedua setelah sempat keguguran.

"Bukan, seperti itu Yang. Maksudku mana ada di jaman sekarang yang rela masih menunggu tanpa kepastian. Sedangkan yang pasti-pasti aja, mencari yang lain." sambung Bagas.

"Aku akan mengatur pertemuan kamu dan Arum." Rani memberikan perkataan yang membuat Dimas merasa lega atas sahabat yang satu ini, Meskipun sempat kecewa padanya tapi Rani masih mau membantu untuk dekat lagi dengan Jogjanya.

"Hanya pertemuan, selebihnya Kamu usaha sendiri!" Rani seketika melunturkan senyum di wajah Dimas.

"Tuh denger harus ada pengorbanan dong, iya ndak Yang." jawab Bagas sambil mencolek dagu Rani. Rani pun tersipu malu.

"Nggak lihat sama yang masih jomblo?" Dimas salah tingkah.

"Iiiih salah mu sendiri, udah di ngasih harapan di tinggal pergi gitu aja. Aku mah emoh," Bagas terus saja menyudutkan Dimas.

"Sudah, sudah. Dim sebenarnya apa sih yang terjadi selama kamu di sana? udah nggak ngasih kabar, udah gitu ngirim pesannya ke Arum begitu menyakitkan." tanya Rani

"Iya Dim biar kita nggak salah paham lagi sama kamu? kamu sih pergi tanpa memberi penjelasan?" imbuh Bagas.

Akhirnya karena Bagas dan Rani terus menyudutkannya, Dimas pun menceritakan semua yang terjadi di negri tirai bambu, termasuk meninggalnya sang Mama satu tahun lalu.

Dan Dimas pun tak lupa menceritakan saat dirinya berhijrah di tanah Mesir.

"Kenapa waktu itu kamu tidak langsung ke Indonesia saja?" tanya Bagas cerewet.

"Aku ingin kembali tapi menjadi Dimas yang baru yang lebih baik lagi, kalaupun Arum bukanlah jodohku, mungkin Allah sudah mempersiapkan jodoh yang terbaik untuknya." jawab Dimas.

Setelah berbincang-bincang cukup lama,

Terdengar azdan dhuhur, mereka bertiga pun melaksanakan sholat dengan di imami Bagas.

🍂

Rumah Arum

Sehabis sholat ashar, Seperti biasa Arum akan pergi mengajar les private di pendopo balaidesa setempat.

"Bu Arum berangkat dulu, Assalamualaikum." salam Arum lalu mencium tangan ibunya.

"Waalaikumsalam, wangsule saderenge Maghrib. (Pulangnya sebelum Maghrib). ucap Ibu.

"Nggeh Bu. ('iya Bu.") jawab Arum lalu berjalan keluar rumah.

Di tempat les privat Arum mulai memberikan pelajaran bagi anak-anak yang mengikuti pelajarannya. Anak-anak pun mendengarkan penuturan yang Arum ajarkan.

Jauh dari Arum mengajar anak-anak ada seorang lelaki yang terus mengamatinya, bahkan sebelum Arum datang pun ia sudah menunggunya.

"Rum Aku ingin menemuimu, tapi apakah kau membenciku." gumamnya.

Arum pun tidak sengaja menengok ke arah kiri, di depan luar pagar ia melihat seorang lelaki berdiri seperti sedang memperhatikannya. Arum pun menoleh kepada anak-anak, ketika ada anak yang yang memanggilnya untuk menanyakan soal.

Ketika Arum sudah menjelaskan kepada anak itu. Arum kembali menengok ke arah kiri lagi. tetapi lelaki yang tadi seperti sedang memperhatikan Arum sudah tidak ada.

"Kenapa aku selalu seperti melihat bayangannya?" batin Arum

Pukul 17: 00 Arum pulang.

"Assalamualaikum." Salam Arum Saat memasuki rumah.

"Mbak udah pulang toh?" tanya Alif.

"His.., kamu itu kebiasaan yo, ndak jawab salam dulu," jawab Arum.

"Waalaikumsalam. hehehe," jawab Alif cengengesan

"Ibu teng pundi Lif? (Ibu di mana Lif?)

"Iku loh Ibu teng dapur taksih masak. (Itu loh Ibu di dapur lagi masak).

"Oke." jawab Arum lalu masuk ke kamar menaruh tasnya terlebih dahulu.

Setelah Arum keluar kamar, bukannya ke dapur. Arum malah ke halaman rumahnya mengambil selang dan menyalakan air lalu menyirami tanamannya.

"Halo kembang-kembangku piye kabare? (Halo bunga-bungaku gimana kabarnya?") Arum seperti biasa menyapa bunga-bunganya. aneh memang.

"Masya Allah toh Mba, Mba iki kebiasaan aneh kok ndak diilangne. (Masya Allah Mbak, Mbak ini kebiasaan aneh kok enggak dihilangkan.") Alif meledek.

Arum hanya tersenyum, tanpa menjawab ledekan Alif.

"Mbak sebenarnya aku melihat Mas Dimas di balaidesa sedang melihat mba sedang mengajar, dia sudah kembali." batin Alif memandangi Arum.

"Kamu kenapa Lif, kok bengong?" tanya Arum penasaran melihat adiknya melamun.

"Ndak papa Mba." Alif pun masuk kedalam rumah. Arum pun mematikan kran dan menyusul Alif kedalam kemudian Arum menuju kedapur membantu Ibunya memasak.

🍂

Di suatu hari. Pagi di hari minggu.

"Assalamualaikum." salam seorang wanita.

"Waalaikumsalam Rani." jawab salam Ibu. Ibu pun mempersilahkan Rani masuk.

"Kamu datang sama siapa?" tanya ibu yang celingak-celinguk tapi tidak ada orang yang mengantar Rani. hanya ada tetangga yang lewat.

"Sama Mas Bagas Bu, tapi Mas Bagas pergi, ada jadwal mengajar di hari minggu. maaf ya Bu tadi Mas Bagas ndak sempat pamit." balas Rani

"Ndak papa, ya udah kamu di sini aja sambil nunggu Bagas jemput kamu." kemudian Ibu pun mengajak Rani berjalan ke arah pintu belakang rumah dengan menggandeng lengan Rani. Mengingat kondisi Rani yang sedang hamil.

"Arum sedang ada di belakang rumah, biasa dia sedang menanam bunga." jelas Ibu.

Rani pun terkekeh dengan kebiasaan yang tidak pernah berubah dari Arum. sejak pertama kali mengenalnya sampai saat ini kebiasaan orang itu tidak pernah berubah.

"Assalamualaikum Rum." salam Reni saat tiba di taman belakang.

"Waalaikumsalam, Rani kamu datang sama siapa." tanya Arum

"Sama Mas Bagas, tapi dia sedang mengajarkan mata kuliah di hari minggu." kata Rani, Bagas adalah dosen jadi kapan pun waktu bisa saja pas di hari minggu.

"Ibu tinggal dulu ke dapur ya mau buat minum." Arum dan Rani pun mengangguk.

"Rum, ini ada yang mau melamar kamu," seru Rani heboh.

Arum tidak menanggapinya dengan serius. Arum malah sibuk menaruh tanah ke dalam pot.

"Siapa lagi? sudah berapa orang yang mau kamu coba jodohkan denganku, tapi gagal. sudahlah Ran.!"

"Rum, yang ini kamu pasti tidak akan menolaknya." Rani begitu antusias.

"Oh yaaaa?" Arum meledeknya.

Rani tidak tahan dengan sikap acuhnya. Dia menarik Arum.

"Kamu pasti cocok dengan yang satu ini dan akan sulit menolaknya.” seru Rani antusias.

Wajah Arum masih tidak berekpresi.

"Percayalah.!" kata Rani lagi, berharap Arum mempercayainya.

Arum hanya terkekeh. "Oke, bawa dia ke rumah ini. Temui kedua orang tuaku. Kalau mereka suka aku akan menikah dengan dia."

"Serius.?" sahut Rani.

Dengan santai, Arum mengangkat kedua bahunya. Arum tidak mau ambil pusing dengan masalah perjodohan ini. Baginya kini, pandangan orangtuanya untuk jodohnya, Arum sudah sangat cukup untuk menjadi landasannya menerima lelaki itu.

Akan tetapi, saat ini Arum menyangsikan kembali usaha Rani dengan calon terbarunya. Arum tidak terlalu peduli.

#

Keesokan harinya yang dijanjikan Rani datang. Laki-laki yang hendak di jodohkan dengan sahabatnya, Datang dan menemui kedua orangtua Arum. Ia sama sekali tidak menemuinya. Arum pura-pura sibuk dengan data-data siswa di sekolah.

"Arum.!" panggil Rani masuk ke kemar Arum.

"Kenapa tidak keluar dan menemui calon suamimu?" seru Rani.

"Calon suami? Kamu pasti bercanda. Calon suami siapa?" Arum masih enggan untuk menanggapi ucapan Rani.

"Kamu bilang kamu akan menikah dengan lelaki yang disetujui orangtuamu kan? Dia diruang tamu. Orangtuamu menyetujui lelaki ini." kata Rani, mengingatkan kembali ucapannya tempo lalu.

Arum spontan, "Apa? Emang siapa sih?"

"Lihat deh ke luar." sahut Rani.

Arum jadi penasaran siapa gerangan lelaki yang disetujui orangtuanya untuk menikahinya. Selama ini, orang tuanya tidak dengan mudah meloloskan lelaki yang berani melamar, ada saja yang kurang dari mereka. apa kali ini mereka sudah menyerah dan pasrah pada siapa pun yang datang melamarnya karena faktor umur, sehingga dengan mudah menerimanya.

Arum bergegas ke ruang tamu dan menemukan seseorang yang tidak asing lagi di hadapannya dengan penampilan yang sedikit berbeda.

"Dimas.?!!!"

#

Bersambung

Terpopuler

Comments

Jumadin Adin

Jumadin Adin

masa langsung di terima dimasnya

2021-11-16

0

chonurv

chonurv

bung : Pangestu, mbak Arum. Amargi mbak Arum Maringi tuyo mbendinten, Kula sekalian rencang-rencang esaged sehat lan seger

2020-12-23

0

Sunarti

Sunarti

ooh akhirnya Dimas melamar arum

2020-11-10

3

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26 Bab 26 •Menerimamu•
27 Bab 27 •Akad•
28 Bab 28 •Bersamamu•
29 Bab 29 Pertengkaran
30 Bab 30 Kecemburuan Dimas
31 Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32 Bab 32 Resepsi
33 Bab 33 Acara
34 Bab 34 Acara malam
35 Bab 35 Rahasia
36 Bab 36 Kesempatan
37 Bab 37 perasaan
38 Bab 38 Rumah sakit
39 Bab 39 Syukuran
40 Bab 40 Kelahiranmu
41 Bab 41 Medina
42 Bab 42 Sebuah kenangan
43 Bab 43 Lombok
44 Bab 44 Suku Sasak Lombok
45 Bab 45 Keindahan Lombok
46 Bab 46 Positif
47 Bab 47 kejahilan Dimas
48 Bab 48 Tersenyum
49 Bab 49 Jalan Allah
50 Bab 50 Salah tingkah
51 Bab 51 Kejujuran
52 Bab 52 Uwais al-Qarni
53 Bab 53 Poligami
54 Bab 54 Saifullah Almaslul
55 Bab 55 Bubur sumsum
56 Bab 56 Bubur sumsum 2
57 Bab 57 Musibah
58 Bab 58 Ujian hidup
59 Bab 59 Rencana Pindah
60 Bab 60 Balas dendam
61 Bab 61 Melepas Rindu
62 Bab 62 Gelisah
63 Bab 63 Hati Nurani
64 Bab 64 Ikhlas
65 Bab 65 Makna Ikhlas
66 Bab 66 New Normal
67 Bab 67 Merajut asa
68 Bab 68 Gus Miftah
69 Bab 69 Panggilan Hati
70 Bab 70 Olahraga
71 Bab 71 Berbagi
72 Bab 72 Daster
73 Bab 73 Cemburu
74 Bab 74 Bucin
75 Bab 75 Lamaran
76 Bab 76 Malioboro
77 Bab 77 Cukur Kumis
78 Bab 78 Bocor Alus
79 Bab 79 Gusar
80 Bab 80 Akrofobia
81 Bab 81 Menikah Denganku
82 Bab 82 Menjadi yang kedua
83 Bab 83 Gawat
84 Bab 84 Lupakan
85 Bab 85 Meminta Restu
86 Bab 86 Sujud Syukur
87 Bab 87 Overdosis
88 Bab 88 Awan Mendung
89 Bab 89 Sunan Kalijaga
90 Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91 Bab 91 Semur Jengkol
92 Bab 92 Panas Dingin
93 Bab 93 Fitness
94 Bab 94 Berpuasa
95 Bab 95 Putu sama Klepon
96 Bab 96 Teka Teki
97 Bab 97 Dagang Warteg
98 Bab 98 Walimatul haml
99 Bab 99 Maulid Nabi
100 Bab 100 Jagung Bakar
101 Bab 101 USG
102 Bab 102 Mengenang Tragedi
103 Bab 103 Banci
104 Bab 104 Melewati masa kritis
105 Bab 105 Khusus
106 Bab 106 Heppy Ending
107 Renungan Hari Jum'at
108 Renungan jiwa dihari Jum'at
109 Sholawat Gus Dur
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26
Bab 26 •Menerimamu•
27
Bab 27 •Akad•
28
Bab 28 •Bersamamu•
29
Bab 29 Pertengkaran
30
Bab 30 Kecemburuan Dimas
31
Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32
Bab 32 Resepsi
33
Bab 33 Acara
34
Bab 34 Acara malam
35
Bab 35 Rahasia
36
Bab 36 Kesempatan
37
Bab 37 perasaan
38
Bab 38 Rumah sakit
39
Bab 39 Syukuran
40
Bab 40 Kelahiranmu
41
Bab 41 Medina
42
Bab 42 Sebuah kenangan
43
Bab 43 Lombok
44
Bab 44 Suku Sasak Lombok
45
Bab 45 Keindahan Lombok
46
Bab 46 Positif
47
Bab 47 kejahilan Dimas
48
Bab 48 Tersenyum
49
Bab 49 Jalan Allah
50
Bab 50 Salah tingkah
51
Bab 51 Kejujuran
52
Bab 52 Uwais al-Qarni
53
Bab 53 Poligami
54
Bab 54 Saifullah Almaslul
55
Bab 55 Bubur sumsum
56
Bab 56 Bubur sumsum 2
57
Bab 57 Musibah
58
Bab 58 Ujian hidup
59
Bab 59 Rencana Pindah
60
Bab 60 Balas dendam
61
Bab 61 Melepas Rindu
62
Bab 62 Gelisah
63
Bab 63 Hati Nurani
64
Bab 64 Ikhlas
65
Bab 65 Makna Ikhlas
66
Bab 66 New Normal
67
Bab 67 Merajut asa
68
Bab 68 Gus Miftah
69
Bab 69 Panggilan Hati
70
Bab 70 Olahraga
71
Bab 71 Berbagi
72
Bab 72 Daster
73
Bab 73 Cemburu
74
Bab 74 Bucin
75
Bab 75 Lamaran
76
Bab 76 Malioboro
77
Bab 77 Cukur Kumis
78
Bab 78 Bocor Alus
79
Bab 79 Gusar
80
Bab 80 Akrofobia
81
Bab 81 Menikah Denganku
82
Bab 82 Menjadi yang kedua
83
Bab 83 Gawat
84
Bab 84 Lupakan
85
Bab 85 Meminta Restu
86
Bab 86 Sujud Syukur
87
Bab 87 Overdosis
88
Bab 88 Awan Mendung
89
Bab 89 Sunan Kalijaga
90
Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91
Bab 91 Semur Jengkol
92
Bab 92 Panas Dingin
93
Bab 93 Fitness
94
Bab 94 Berpuasa
95
Bab 95 Putu sama Klepon
96
Bab 96 Teka Teki
97
Bab 97 Dagang Warteg
98
Bab 98 Walimatul haml
99
Bab 99 Maulid Nabi
100
Bab 100 Jagung Bakar
101
Bab 101 USG
102
Bab 102 Mengenang Tragedi
103
Bab 103 Banci
104
Bab 104 Melewati masa kritis
105
Bab 105 Khusus
106
Bab 106 Heppy Ending
107
Renungan Hari Jum'at
108
Renungan jiwa dihari Jum'at
109
Sholawat Gus Dur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!