☘️ sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah dicukupkan pahala mereka tanpa batas.☘️
{Qs. Az-zumar. 10}
🍂
“Aliiiiif..!!” teriak seseorang dari dapur.
Alif yang sedang membuat layangan pun terkesiap karena teriakkan itu.
“Nggeh Mbak, wenten nopo toh? (iya mba, ada apa?). Jawab Alif saat sudah sampai di dapu, Dan melihat keadaan dapur yang berantakan.
"Iku wedus mu ngobrak-ngabrik dapur. (Itu kambing kamu ngobrak-ngabrik dapur.") Jawab Arum sembari mengambil sapu berniat mengusir kambing dari dapur.
"Lah kok iso ucul kados niku toh Mbak? (Lah kok bisa lepas gitu toh Mba?")
"Mbuh, Mbak mboten ngertos, mpun mrono digowo lungo! (Mbak nggak ngerti, sudah bawa pergi sana!). Jawab Arum yang masih saja memegangi sapu.
"Arep gowo teng pundi iki mbak?" (Mau di kemana ini Mbak?). tanya Alif meledek sang kakak yang setengah ketakutan. Karena pernah di sruduk kambing sewaktu kecil.
"Reng kamarmu!" (Ke kamarmu!) Jawab Arum bersungut-sungut.
Seketika Arum...
"Kembang-kembangku, tanduranku.! ('Bunga-bungaku, tanamanku.!") Arum melesat berlari kearah luar rumah dan kesamping.
"Selamat, selamat." Arum menghela nafas kelegaan sambil tangannya menepuk pelan dadanya.
"Masya allah! Apa sih kamu Nduk? lari-lari di dalam rumah." Tanya Ibu heran atas kelakuan anak-anaknya yang kadang suka jahil.
"Itu loh Bu si Alif, dititipin kambing sama Pak Diman. Ndak di kasihkan ke Bapak. Malah dia buat layangan." Jawab Arum berjalan ke arah ibunya yang sedang duduk di teras rumah.
"He he he... kan aku lupa Mbak." suara Alif dari belakang membawa kambing sambil cengengesan.
Meskipun sudah kelas satu SMA, tapi Alif masih saja suka bermain layangan. bahkan kadang anak-anak di sekitar rumah mereka pun ingin di buatkan Alif.
Pernah suatu hari, Arum yang sedang mengangkat jemuran di sore hari melihat keatas langit, awan putih yang berarak-arakan.
*maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan.* {Qs. Ar-Rahman:13}
Burung terbang di langit yang hampir membentuk huruf V. Tiba-tiba dari segerombolan burung itu. Ada sebuah benda asing. Bukan kawanan burung itu. akan tetapi lebih aneh.
Arum melihat dengan seksama ternyata layangan yang terbang tinggi melebihi burung itu terbang. Sebuah layanan yang berbentuk Mba Kuntilanak.
Heran sekaligus takjub dengan ide-ide kreatif anak-anak ini. Bisa-bisanya mereka mempunyai ide seperti itu.
"Arum kedalam dulu Bu?" pamit Arum. Ibu pun menganggukinya.
🍂
Sebulan...
Dua bulan...
Tiga bulan...
Iya, sudah tiga bulan, Dimas pergi dari Indonesia. Tidak pernah Dimas mengabari Arum yang telah menunggu kabar darinya. Entah Arum mesti mencari kabarnya darimana. Rani pun tidak bisa berbuat banyak. Semua kegelisahan ini menyiksa Arum.
Beberapa minggu sebelum Dimas akan berangkat, Arum sulit menghubunginya. Arum tidak memiliki kepastian yang jelas langsung darinya.
Namun, entah mengapa, di akhir sujud Istikharah, Arum selalu merasa muncul keyakinan untuk menantinya. Karenanya, Arum memutuskan untuk tetap menantinya. Walaupun beberapa orang menganggap Arum gila mau menanti seseorang yang tidak memberikan kepastian.
Allah adalah kepastian.!
Akhirnya, Dimas berangkat ke China tanpa banyak kata. Hanya sebuah pesan mengucapkan permintaan maaf dan doa kepada Arum. Arum menitikkan air mata tanpa ia sadari. Inilah pertama kali Arum dibuat menangis oleh seorang lelaki.
Hingga suatu hari ada sebuah pesan masuk dari Dimas.
*Assalamualaikum Wr Wb
Apa kabar, Arum? semoga Allah selalu menjaga dan melindungimu.
Aku mohon maaf baru memberi kabar padamu sekarang, Bukan hal yang mudah menulis pesan ini. Namun aku tidak bisa lagi menundanya.
Maaf aku mengatakan ini melalui pesan ini. bukan melalui telepon atau langsung menemuimu. Karena kondisi pula yang tidak memungkinkan. Arum, aku tidak bisa melanjutkan ta'aruf kita berdua.
Mungkin, kamu merasa aku mempermainkan mu. aku menjaga jarak darimu. itu semua karena aku sedang memikirkan apa yang terbaik untuk kita berdua. Dan inilah yang terbaik untuk kita.
Sejak awal kita berkenalan, aku berusaha menumbuhkan perasaan yang seharusnya tumbuh untukmu. Tapi ternyata aku tidak bisa. Aku berusaha meyakinkan diri untuk maju kejenjang yang lebih serius. Tapi keyakinan itu tidak pernah hadir.
Aku belum siap untuk menikah denganmu.
Maaf, Aku sudah membuatmu bingung dan menunggu selama ini.
Akan lebih baik kamu berhenti menunggu dan meengharapkan aku. Carilah Lelaki yang lebih baik dan siap untuk menikahimu. Namun jika Allah memang menjodohkan kita aku tidak bisa mengelak.
Tapi bukan untuk saat ini. sekali lagi, maafkan aku Rum.
Wassalam. *
><><><><><><><><><><><><><>
Arum seperti di sambar petir di siang bolong membaca pesan yang Dimas di kirimkan padanya.
Tubuhnya seketika lemas, Arum tidak tahu mesti membalas apa. Arum menangis sejadi-jadinya.
Arum merasa ini bagaikan mimpi buruk dan mimpi indah dalam satu waktu. Tidak ini rentetan mimpi indah lalu Arum terbangun dan saat terbangun mengetahui bahwa kenyataan tidak seindah mimpi.
Arum menunjukan pesan itu pada Rani dan kembali menangis di pundaknya.
"Maafkan aku Rum, aku tidak tahu semua ini akan jadi seperti ini." ujarnya sembari memeluk Arum dan mengelus kepalanya.
"Ran, aku tidak pernah meminta dia untuk datang, Dia yang datang sendiri dalam kehidupanku. Dia membuat aku perlahan membuka hati dan mencintainya. sekarang dia meninggalkan aku begitu saja."
"Semua ini pasti ada hikmahnya, Rum" ucap Rani yang mencoba menenangkan Arum
"Jangan sedih jika Allah tidak menyatukan dengan orang yang kamu cintai. Insyaallah, Allah akan menghadirkan seseorang yang seribu kali lebih mencintaimu dan lebih baik darinya "
"Dalam pandanganku, dia sudah yang terbaik Ran"
"Itukan di pandangan kamu, bukan pandangan Allah."
Rani melepaskan pelukannya, dia menyeka air mata Arum dengan ibu jarinya dan tersenyum.
"Kenapa kamu tangisi kepergian orang yang tidak pandai menjaga hati dan persaanmu? Teruskan hidup dan dekatkanlah dirimu dengan Allah. Tanpa kamu tau mungkin di luar sana ada yang menantimu."
Entahlah, saat itu tidak ada satu pun nasihat Rani yang masuk ke dalam hati Arum. Hatinya seakan mati rasa. Arum seperti orang linglung untuk beberapa waktu. Hingga pada suatu malam, Arum bersujud pada Allah berpasrah diri atas segala takdir pada-Nya.
"Ya Allah ku pasrahkan takdir baik dan takdir buruk ku pada-Mu, Aku tidak akan menangisinya lagi, aku ikhlas"
Arum mencoba menjalani hidup lagi, seolah tidak pernah ada sosok Dimas dalam hidupnya. Namun tidak semudah itu. Arum tinggal di kota Jogja, kota yang sangat di cintainya. Terkadang Arum bergumam.
"Dim, kenapa kamu bisa mencintai Jogja, tapi tidak bisa mencintai ku?"
Arum berdiri dan mematung melihat
'Tugu Putih' atau nama lainnya adalah 'Tugu pal Putih. Tempat ini tidak pernah sepi apalagi di malam hari. Tempat yang dia selalu datangi saat bertandang di kota Jogja.
Terkadang Arum membenci tempat ini, karena menyisakan kenangan dengannya dalam waktu singkat. Tapi entah kenapa Arum ingin ke tempat ini berdiri mematung seperti orang linglung.
"Aku merindukannya." gumamnya dalam hati
Arum datang bersama Rani
Awalanya Arum hanya iseng jalan-jalan sore bersama Rani. Karena tidak ada kegiatan mengajar di sekolah maupun di tempat les private.
Hari minggu, tempat ini tidak pernah sepi pengunjung di hari libur maupun di hari sibuk.
#
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
gulaJawa🐏
komen lagi
assalamu'alaikum Bu guru Arum,
menjalani ta'aruf dengan seseorang bukan berarti bisa langsung lanjut ke jenjang pernikahan ya,,
2022-03-18
0
gulaJawa🐏
assalamu'alaikum
aku pembaca dari tahun 2022
terimakasih atas karya mu thor
ini bagus tapi ada beberapa kritik dari aku
tema yg othor ambil bagus, tentang ta'aruf cinta, but alurnya lumayan muter2 yah😅
itu menurut aku ya thor
mungkin itu bisa jadi pertimbangan buat karya baru nya tbor, lebih perhatikan lagi dengan alur, penyampaian othor, agar pembaca lebih enjoy lagi saat baca karya othor
udah itu aja
selalu semangat buat authornya
dan jangan pandang sebelah mata komen2 negatif atau kome2 kritikan👍
salam dari zhee🤗
2022-03-18
1
Nur Yani
aku nangis trs baca novel ini. krn ingat masa lalu. 6 thn br bs membuka tapi ttp namanya sllu di sebut
2021-12-25
0