Bab 19

☘️ Orang yang berkata jujur akan mendapatkan 3 hal. Yaitu; KEPERCAYAAN, CINTA dan RASA HORMAT. ☘️

{Ali Bin Abi Thalib}

🍂

2 Tahun Sesudahnya...

Dimas menyelesaikan semua tugasnya di negara tirai bambu..

Bagaikan terbang di langit dan mengepakan sayap, Indah dan menyenangkan, Dan secara bersamaan itu pula sayap terluka lalu jatuh dari ketinggian. menghantam bebatuan.

Selama itu pula Arum diam dalam ketidakpastian, dengan harapan.

"Dimas?!!"

Dimas tersenyum simpul pada padanya.

"Ada apa dia datang? apa dia akan menawarkan lagi padaku, terbang tinggi dengan khayalanku lalu meninggalkanku di ketinggian.” benak Arum, heran.

Arum mengajak Dimas ke taman belakang rumah untuk berbicara di temani Rani. Rani tidak berhenti tersenyum melihat Arum juga Dimas. Sahabatnya itu terus saja mengawasi jalannya pendekatan antara Dimas dan juga Arum dari teras.

Arum berjalan menuju meja taman tidak jauh dari teras, dan disusul oleh Pria yang memakai kemeja marun. Aroma daun basah menyerebak ke hidung ini. Tadi, memang sempat hujan.

"Kenapa kamu datang kemari?!" tanya Arum, dingin.

"Karena aku mencintai Jogja." jawabnya sembari menyunggingkan senyum.

Arum tersenyum sinis. "Kamu mencari istri orang Jogja hanya karena mencintai Jogja. Maaf. Kalau begitu, bukan aku orangnya."

"Tidak kamu adalah Jogjaku." sahut Dimas, terdengar tidak main-main.

Arum semakin tidak paham dengan kata-kata Dimas.

"Setiap mengingat Jogja, aku selalu ingat kamu." ungkapnya, menatap gadis yang sudah diberinya waktu penantian yang cukup panjang.

Arum menggelengkan kepala. "Aku tidak mau lagi kamu permainkan untuk yang kedua kalinya. Hanya karena orangtuaku menerima lamaranmu, bukan berarti aku menerimamu."

"Tapi kata Rani..." ucapan Dimas mengambang, ketika tiba-tiba Arum menyela ucapannya.

"Itu, kalau lelaki itu bukan kamu.!" sela Arum cepat. Mungkin ia teringat dengan masa lalu singkat yang pernah keduanya lalui. Masa lalu yang di akhiri dengan sangat menyakitkan.

"Rum, Aku tahu aku sudah melakukan sesuatu yang sangat menyakitimu dulu." ujar Dimas bersungguh-sungguh.

Arum memejamkan matanya sekilas, perasaannya semakin tidak sinkron, "Kenapa kamu kembali? bukankah kamu tidak pernah mencintai aku?"

"Rum, aku harus menjelaskan sesuatu padamu," ujar Dimas dengan suara melunak.

"Apa?" tanya Arum tegas.

"Sebenarnya apa yang aku lakukan selama ini karena aku mencintaimu," ungkapnya, dengan suara lembut.

Arum mengernyitkan kening.

"Rum, Aku mengakhiri ta'aruf kita dan mengatakan kalau aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu hanya untuk membuat mu lepas dariku tanpa ada beban. Dan agar kamu dengan mudah memilih laki-laki lain tanpa harus mempertimbangkan aku. Kamu tetap mengatakan akan menungguku saat aku pergi. Kepergian ku tidak sebentar, Aku takut kamu akan terbebani dengan menungguku. Sementara aku tidak bisa berbuat apa-apa."

Dimas pun menghela napas, lalu melanjutkan kembali perkataannya. "Jika seorang lelaki Sholeh mencintai seorang wanita, pilihannya adalah menikahinya atau melepaskan dia untuk di jemput lelaki lain. Rum, aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa menikahi kamu saat itu. Oleh sebab itu, memutuskan melepaskanmu. itu tidak mudah untukku. Tapi aku harus membuat keputusan untuk menjaga hati kita berdua tetap bersih karena-Nya Aku takut jika kita tetap bersama tanpa ada ikatan yang halal seperti sebelum aku pergi , akan banyak mudharat (Tidak bermanfaat ) dan fitnah. Aku hanya ingin menjalani yang baik dengan nya dengan yang baik pula. Oleh sebab itu, aku pun berusaha untuk menjaga jarak kita agar semua tidak berlebihan."

PLAAAAAK..!!!!

Arum melayangkan tamparan tempat di pipi kanannya. Tak lama setelah dia selesai bicara. Dimas tampak terkejut. Sekilas Arum melihat Rani pun terperangah di teras sana melihatnya melakukan hal itu pada Dimas.

Dimas menatap Arum seraya hendak menyerukan sesuatu, tapi ia urungkan. mungkin ia urungkan karena melihat kedua mataku basah. Arum tertunduk di bangku taman belakang rumah. Melelehkan sesuatu yang hangat dari ujung matanya. air matanya mengalir deras di pipi. Dimas berjongkok di hadapan Arum.

"Rum, maafkan Aku. aku sudah menyakitimu selama ini," kata Dimas menatap dengan rasa bersalah.

"Tidak! kamu menyiksa Aku selama ini," tangisnya semakin kencang, Arum menutup wajah yang sudah basah dengan telapak tangan.

"Rum, aku lakukan ini semua untuk kebersihan hati kita berdua, bukan maksudku untuk menyakitimu," ungkapan Dimas, berharap agar gadis yang kini memakai hijab pink muda mau mendengar penjelasannya.

"Iya, Tapi selama 2 tahun ini aku tersiksa karena pesan terakhirmu itu, Dimas." hardik Arum.

"Pesanmu sangat menyakitiku." imbuhnya, dengan terisak.

Lantas hening. Arum berusaha menghentikan tangis. Dimas tidak mengangkat kepalanya sedikit pun padanya. Keduanya tenggelam dalam bisu. Rani pun tidak berani masuk diantara mereka berdua. Kali ini memang harus keduanyaa yang menyelesaikan urusan ini.

Dimas bangkit berdiri dengan masih kepala tertunduk. "Maafkan aku, Rum jika memang aku tidak bisa mendapat kesempatan kedua darimu aku ikhlas, tidak selamanya niat baik ditunjukkan dengan cara yang tepat, iya aku tahu aku salah,"

Arum masih saja tetap diam, tidak tahu apa yang mesti ia katakan. "Beri aku waktu Dimas."

Dimas pun sepertinya memahami perasaan Arum saat ini mungkin Arum terkejut dengan tiba-tiba kedatangannya.

Kemudian Dimas pun pamit undur diri dengan raut wajah putus asa.

"Maafkan aku Rum."

🍂

Di rumah Rani

"Sabar Dim, dia masih memerlukan waktu untuk menenangkan hati atas kecewanya terhadapmu." suara Bagas mencoba menyemangati Dimas.

"Aku tahu ini tidak mudah baginya." balas Dimas

"Lalu Apakah kamu akan menyerah Dimas?" Rani bertanya

"Tidak!" sahut Dimas yakin.

"Syukurlah," ucap Rani.

Dengan kemantapan hati, Dimas berkata, "Aku akan lebih sering datang ke rumahnya dan perlahan-lahan menghilangkan rasa kecewanya padaku,"

"Sebenarnya apa yang kamu katakan pada kedua orang tua Arum. kenapa mereka bisa menerimamu lagi?" tanya Bagas.

"Aku hanya menjelaskan apa yang sudah aku lalui di sana, Tidak kurang dan tidak berlebihan." ungkap Dimas, jujur.

"Wah ternyata kamu pandai mencari simpati." Bagas meledek Dimas.

"Itu bukan simpati itu kenyataannya." jawab Dimas santai.

"Sudah-sudah kenapa kalian selalu berdebat." Rani selalu menjadi penengah ketika dua pria ini mulai berdebat.

"Yang, jangan marah kau terlihat sangat cantik Aku jadi ingin menciummu." Bagas mencolek pipi Rani.

"Suamimu sudah tidak waras, tidak terlihat dia itu dosen," suara Dimas meremehkan.

"Apa barusan tadi kamu bilang, sah-sah saja dia kan istriku, salah sendiri kenapa kamu jomblo," sahut Bagas, nyeleneh.

Dimas sepertinya sudah terpancing emosi, "Kenapa kamu selalu menyebutku dengan sebutan itu 'jomblo'?"

"Yah memang kamu jomblo kan?" lagi dan lagi ledekan Bagas membuat Dimas geram.

"Haha kamu sombong sekali." Dimas terkekeh.

"Apa sih yang kalian bicarakan tidak berfaedah." Rani pun pergi ke ruang tengah untuk mengambil air minum. sungguh jika sudah melihat dua pria itu berdebat menguras emosinya. kekanakan.

🍂

Satu minggu berlalu, Alfin baru saja keluar dari kantor kepala sekolah melihat Arum sedang melamun di bangku kantin sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 14:00 siang tapi dia belum juga pulang.

Alfin pun menghampiri Arum. "Assalamualaikum Rum."

Arum tidak menjawab dan masih larut dalam lamunannya.

"Rum." suara Alfin lebih terdengar keras.

Dan menyentakan lamunan Arum. "Iya, Dimas."

"Aku Alfin, bukan Dimas!" jawab Alfin.

"Siapa yang menyebut Dimas?" tanya Arum memastikan.

"Ya kamu! siapa lagi disini selain kamu, Aku dan Ibu kantin yang sedang membersihkan kantin." Jawab Alfin.

"Siapa Dimas apa dia pacarmu?" tanya Alfin yang tidak tahu siapa Dimas. Arum maupun Alif tidak pernah bercerita kepada Alfin mengenai Dimas.

"Mungkin, Pak Alfin salah dengar?" Jawab Arum salah tingkah.

"Aku tidak mungkin salah dengar. pendengaranku masih normal, dan apa tadi 'Pak?" Kata Alfin sembari duduk dibangku depan Arum yang tersekat meja panjang.

"Inikan masih di sekolah Pak?" tutur Arum menundukkan kepala dengan tatapan Alfin.

"Baiklah. tapi jawab pertanyaanku, siapa Dimas?"

"Dia..," belum sempat Arum menjelaskan tiba-tiba ada suara laki-laki yang menyela ucapannya.

"Aku calon suaminya." jawab seseorang dari arah belakang Alfin.

Arum dan Alfin pun menoleh ke sumber suara. "Dimas!" seru Arum lirih.

"Oh selamat, kupikir aku masih punya kesempatan untuk mendekati Arum." ujar Alfin, berharap ada kesempatan.

Dimas berjalan menghampiri Alfin dan Arum.

"Dimas," Dimas mengulurkan tangannya di hadapan Alfin.

"Alfin." Alfin pun menjabat tangan Dimas.

Arum bingung, kenapa bisa Dimas ada di sekolah dan mau apa dia.

"Tadi sewaktu aku datang kerumahmu, Ibu memintaku menjemputmu, karena motormu sedang berada di bengkel kan?" Dimas memahami akan kebingungan Arum.

"Baiklah Alfin, Aku permisi dulu. Assalamualaikum. Ayo Dek Arum." Dimas pamit dan mengajak Arum ke arah parkiran mobil.

Sesampainya di parkiran dan berdiri di dekat mobil Dimas. Arum bertanya dengan nada dingin. "Apa yang Kamu lakukan?"

"Aku hanya menjelaskan siapa diriku padanya." jawab Dimas santai.

"Lalu?" tanya Arum.

"Rum, Aku ingin menikahimu dan menjadikamu istriku satu-satunya dihidupku." ungkap Dimas, dengan suara tegas.

"Aku belum memutuskannya aku ingin menikah denganmu atau tidak.” jawab Arum, menundukkan wajahnya.

#

Bersambung

Terpopuler

Comments

ik@

ik@

perlu waktu untuk arum menata kepingan hatinya yg sempet terkoyak .... sabra ya Dimas kl Allah ridho pasti kalian berjodoh

2021-02-18

0

ENDAH_SULIS

ENDAH_SULIS

aq jg kl jd Arum ttp kesel a lama...sp yg mau coba udah d ta'aruf trs dtgl trs kasih pesan blg gak cinta LG tgl 2thn tanpa ada alasan dan lejelasan...
kl aq jadi Arum udah ta maki*😭😂soalnya aq BKN orang Sholeh jg dr sudut pandang ku jd emosi 😁

2020-12-14

1

🐾♎🕸️ Alaska 12🕸️⚖️🐾

🐾♎🕸️ Alaska 12🕸️⚖️🐾

Ayo Arum jangan kesel nya lama2 nanti Dimas nya pergi lagi menyesal seumur hidup loh

2020-11-14

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 01
2 Bab 02
3 Bab 03
4 Bab 04
5 Bab 05
6 Bab 06
7 Bab 07
8 Bab 08
9 Bab 09
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26 Bab 26 •Menerimamu•
27 Bab 27 •Akad•
28 Bab 28 •Bersamamu•
29 Bab 29 Pertengkaran
30 Bab 30 Kecemburuan Dimas
31 Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32 Bab 32 Resepsi
33 Bab 33 Acara
34 Bab 34 Acara malam
35 Bab 35 Rahasia
36 Bab 36 Kesempatan
37 Bab 37 perasaan
38 Bab 38 Rumah sakit
39 Bab 39 Syukuran
40 Bab 40 Kelahiranmu
41 Bab 41 Medina
42 Bab 42 Sebuah kenangan
43 Bab 43 Lombok
44 Bab 44 Suku Sasak Lombok
45 Bab 45 Keindahan Lombok
46 Bab 46 Positif
47 Bab 47 kejahilan Dimas
48 Bab 48 Tersenyum
49 Bab 49 Jalan Allah
50 Bab 50 Salah tingkah
51 Bab 51 Kejujuran
52 Bab 52 Uwais al-Qarni
53 Bab 53 Poligami
54 Bab 54 Saifullah Almaslul
55 Bab 55 Bubur sumsum
56 Bab 56 Bubur sumsum 2
57 Bab 57 Musibah
58 Bab 58 Ujian hidup
59 Bab 59 Rencana Pindah
60 Bab 60 Balas dendam
61 Bab 61 Melepas Rindu
62 Bab 62 Gelisah
63 Bab 63 Hati Nurani
64 Bab 64 Ikhlas
65 Bab 65 Makna Ikhlas
66 Bab 66 New Normal
67 Bab 67 Merajut asa
68 Bab 68 Gus Miftah
69 Bab 69 Panggilan Hati
70 Bab 70 Olahraga
71 Bab 71 Berbagi
72 Bab 72 Daster
73 Bab 73 Cemburu
74 Bab 74 Bucin
75 Bab 75 Lamaran
76 Bab 76 Malioboro
77 Bab 77 Cukur Kumis
78 Bab 78 Bocor Alus
79 Bab 79 Gusar
80 Bab 80 Akrofobia
81 Bab 81 Menikah Denganku
82 Bab 82 Menjadi yang kedua
83 Bab 83 Gawat
84 Bab 84 Lupakan
85 Bab 85 Meminta Restu
86 Bab 86 Sujud Syukur
87 Bab 87 Overdosis
88 Bab 88 Awan Mendung
89 Bab 89 Sunan Kalijaga
90 Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91 Bab 91 Semur Jengkol
92 Bab 92 Panas Dingin
93 Bab 93 Fitness
94 Bab 94 Berpuasa
95 Bab 95 Putu sama Klepon
96 Bab 96 Teka Teki
97 Bab 97 Dagang Warteg
98 Bab 98 Walimatul haml
99 Bab 99 Maulid Nabi
100 Bab 100 Jagung Bakar
101 Bab 101 USG
102 Bab 102 Mengenang Tragedi
103 Bab 103 Banci
104 Bab 104 Melewati masa kritis
105 Bab 105 Khusus
106 Bab 106 Heppy Ending
107 Renungan Hari Jum'at
108 Renungan jiwa dihari Jum'at
109 Sholawat Gus Dur
Episodes

Updated 109 Episodes

1
Bab 01
2
Bab 02
3
Bab 03
4
Bab 04
5
Bab 05
6
Bab 06
7
Bab 07
8
Bab 08
9
Bab 09
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25 •Mengungkap Ancaman•
26
Bab 26 •Menerimamu•
27
Bab 27 •Akad•
28
Bab 28 •Bersamamu•
29
Bab 29 Pertengkaran
30
Bab 30 Kecemburuan Dimas
31
Bab 31 Masih Kecemburuan Dimas
32
Bab 32 Resepsi
33
Bab 33 Acara
34
Bab 34 Acara malam
35
Bab 35 Rahasia
36
Bab 36 Kesempatan
37
Bab 37 perasaan
38
Bab 38 Rumah sakit
39
Bab 39 Syukuran
40
Bab 40 Kelahiranmu
41
Bab 41 Medina
42
Bab 42 Sebuah kenangan
43
Bab 43 Lombok
44
Bab 44 Suku Sasak Lombok
45
Bab 45 Keindahan Lombok
46
Bab 46 Positif
47
Bab 47 kejahilan Dimas
48
Bab 48 Tersenyum
49
Bab 49 Jalan Allah
50
Bab 50 Salah tingkah
51
Bab 51 Kejujuran
52
Bab 52 Uwais al-Qarni
53
Bab 53 Poligami
54
Bab 54 Saifullah Almaslul
55
Bab 55 Bubur sumsum
56
Bab 56 Bubur sumsum 2
57
Bab 57 Musibah
58
Bab 58 Ujian hidup
59
Bab 59 Rencana Pindah
60
Bab 60 Balas dendam
61
Bab 61 Melepas Rindu
62
Bab 62 Gelisah
63
Bab 63 Hati Nurani
64
Bab 64 Ikhlas
65
Bab 65 Makna Ikhlas
66
Bab 66 New Normal
67
Bab 67 Merajut asa
68
Bab 68 Gus Miftah
69
Bab 69 Panggilan Hati
70
Bab 70 Olahraga
71
Bab 71 Berbagi
72
Bab 72 Daster
73
Bab 73 Cemburu
74
Bab 74 Bucin
75
Bab 75 Lamaran
76
Bab 76 Malioboro
77
Bab 77 Cukur Kumis
78
Bab 78 Bocor Alus
79
Bab 79 Gusar
80
Bab 80 Akrofobia
81
Bab 81 Menikah Denganku
82
Bab 82 Menjadi yang kedua
83
Bab 83 Gawat
84
Bab 84 Lupakan
85
Bab 85 Meminta Restu
86
Bab 86 Sujud Syukur
87
Bab 87 Overdosis
88
Bab 88 Awan Mendung
89
Bab 89 Sunan Kalijaga
90
Bab 90 Sunan Kalijaga ²
91
Bab 91 Semur Jengkol
92
Bab 92 Panas Dingin
93
Bab 93 Fitness
94
Bab 94 Berpuasa
95
Bab 95 Putu sama Klepon
96
Bab 96 Teka Teki
97
Bab 97 Dagang Warteg
98
Bab 98 Walimatul haml
99
Bab 99 Maulid Nabi
100
Bab 100 Jagung Bakar
101
Bab 101 USG
102
Bab 102 Mengenang Tragedi
103
Bab 103 Banci
104
Bab 104 Melewati masa kritis
105
Bab 105 Khusus
106
Bab 106 Heppy Ending
107
Renungan Hari Jum'at
108
Renungan jiwa dihari Jum'at
109
Sholawat Gus Dur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!