☘️ Orang yang berkata jujur akan mendapatkan 3 hal. Yaitu; KEPERCAYAAN, CINTA dan RASA HORMAT. ☘️
{Ali Bin Abi Thalib}
🍂
2 Tahun Sesudahnya...
Dimas menyelesaikan semua tugasnya di negara tirai bambu..
Bagaikan terbang di langit dan mengepakan sayap, Indah dan menyenangkan, Dan secara bersamaan itu pula sayap terluka lalu jatuh dari ketinggian. menghantam bebatuan.
Selama itu pula Arum diam dalam ketidakpastian, dengan harapan.
"Dimas?!!"
Dimas tersenyum simpul pada padanya.
"Ada apa dia datang? apa dia akan menawarkan lagi padaku, terbang tinggi dengan khayalanku lalu meninggalkanku di ketinggian.” benak Arum, heran.
Arum mengajak Dimas ke taman belakang rumah untuk berbicara di temani Rani. Rani tidak berhenti tersenyum melihat Arum juga Dimas. Sahabatnya itu terus saja mengawasi jalannya pendekatan antara Dimas dan juga Arum dari teras.
Arum berjalan menuju meja taman tidak jauh dari teras, dan disusul oleh Pria yang memakai kemeja marun. Aroma daun basah menyerebak ke hidung ini. Tadi, memang sempat hujan.
"Kenapa kamu datang kemari?!" tanya Arum, dingin.
"Karena aku mencintai Jogja." jawabnya sembari menyunggingkan senyum.
Arum tersenyum sinis. "Kamu mencari istri orang Jogja hanya karena mencintai Jogja. Maaf. Kalau begitu, bukan aku orangnya."
"Tidak kamu adalah Jogjaku." sahut Dimas, terdengar tidak main-main.
Arum semakin tidak paham dengan kata-kata Dimas.
"Setiap mengingat Jogja, aku selalu ingat kamu." ungkapnya, menatap gadis yang sudah diberinya waktu penantian yang cukup panjang.
Arum menggelengkan kepala. "Aku tidak mau lagi kamu permainkan untuk yang kedua kalinya. Hanya karena orangtuaku menerima lamaranmu, bukan berarti aku menerimamu."
"Tapi kata Rani..." ucapan Dimas mengambang, ketika tiba-tiba Arum menyela ucapannya.
"Itu, kalau lelaki itu bukan kamu.!" sela Arum cepat. Mungkin ia teringat dengan masa lalu singkat yang pernah keduanya lalui. Masa lalu yang di akhiri dengan sangat menyakitkan.
"Rum, Aku tahu aku sudah melakukan sesuatu yang sangat menyakitimu dulu." ujar Dimas bersungguh-sungguh.
Arum memejamkan matanya sekilas, perasaannya semakin tidak sinkron, "Kenapa kamu kembali? bukankah kamu tidak pernah mencintai aku?"
"Rum, aku harus menjelaskan sesuatu padamu," ujar Dimas dengan suara melunak.
"Apa?" tanya Arum tegas.
"Sebenarnya apa yang aku lakukan selama ini karena aku mencintaimu," ungkapnya, dengan suara lembut.
Arum mengernyitkan kening.
"Rum, Aku mengakhiri ta'aruf kita dan mengatakan kalau aku tidak memiliki perasaan apa-apa padamu hanya untuk membuat mu lepas dariku tanpa ada beban. Dan agar kamu dengan mudah memilih laki-laki lain tanpa harus mempertimbangkan aku. Kamu tetap mengatakan akan menungguku saat aku pergi. Kepergian ku tidak sebentar, Aku takut kamu akan terbebani dengan menungguku. Sementara aku tidak bisa berbuat apa-apa."
Dimas pun menghela napas, lalu melanjutkan kembali perkataannya. "Jika seorang lelaki Sholeh mencintai seorang wanita, pilihannya adalah menikahinya atau melepaskan dia untuk di jemput lelaki lain. Rum, aku mencintaimu, tapi aku tidak bisa menikahi kamu saat itu. Oleh sebab itu, memutuskan melepaskanmu. itu tidak mudah untukku. Tapi aku harus membuat keputusan untuk menjaga hati kita berdua tetap bersih karena-Nya Aku takut jika kita tetap bersama tanpa ada ikatan yang halal seperti sebelum aku pergi , akan banyak mudharat (Tidak bermanfaat ) dan fitnah. Aku hanya ingin menjalani yang baik dengan nya dengan yang baik pula. Oleh sebab itu, aku pun berusaha untuk menjaga jarak kita agar semua tidak berlebihan."
PLAAAAAK..!!!!
Arum melayangkan tamparan tempat di pipi kanannya. Tak lama setelah dia selesai bicara. Dimas tampak terkejut. Sekilas Arum melihat Rani pun terperangah di teras sana melihatnya melakukan hal itu pada Dimas.
Dimas menatap Arum seraya hendak menyerukan sesuatu, tapi ia urungkan. mungkin ia urungkan karena melihat kedua mataku basah. Arum tertunduk di bangku taman belakang rumah. Melelehkan sesuatu yang hangat dari ujung matanya. air matanya mengalir deras di pipi. Dimas berjongkok di hadapan Arum.
"Rum, maafkan Aku. aku sudah menyakitimu selama ini," kata Dimas menatap dengan rasa bersalah.
"Tidak! kamu menyiksa Aku selama ini," tangisnya semakin kencang, Arum menutup wajah yang sudah basah dengan telapak tangan.
"Rum, aku lakukan ini semua untuk kebersihan hati kita berdua, bukan maksudku untuk menyakitimu," ungkapan Dimas, berharap agar gadis yang kini memakai hijab pink muda mau mendengar penjelasannya.
"Iya, Tapi selama 2 tahun ini aku tersiksa karena pesan terakhirmu itu, Dimas." hardik Arum.
"Pesanmu sangat menyakitiku." imbuhnya, dengan terisak.
Lantas hening. Arum berusaha menghentikan tangis. Dimas tidak mengangkat kepalanya sedikit pun padanya. Keduanya tenggelam dalam bisu. Rani pun tidak berani masuk diantara mereka berdua. Kali ini memang harus keduanyaa yang menyelesaikan urusan ini.
Dimas bangkit berdiri dengan masih kepala tertunduk. "Maafkan aku, Rum jika memang aku tidak bisa mendapat kesempatan kedua darimu aku ikhlas, tidak selamanya niat baik ditunjukkan dengan cara yang tepat, iya aku tahu aku salah,"
Arum masih saja tetap diam, tidak tahu apa yang mesti ia katakan. "Beri aku waktu Dimas."
Dimas pun sepertinya memahami perasaan Arum saat ini mungkin Arum terkejut dengan tiba-tiba kedatangannya.
Kemudian Dimas pun pamit undur diri dengan raut wajah putus asa.
"Maafkan aku Rum."
🍂
Di rumah Rani
"Sabar Dim, dia masih memerlukan waktu untuk menenangkan hati atas kecewanya terhadapmu." suara Bagas mencoba menyemangati Dimas.
"Aku tahu ini tidak mudah baginya." balas Dimas
"Lalu Apakah kamu akan menyerah Dimas?" Rani bertanya
"Tidak!" sahut Dimas yakin.
"Syukurlah," ucap Rani.
Dengan kemantapan hati, Dimas berkata, "Aku akan lebih sering datang ke rumahnya dan perlahan-lahan menghilangkan rasa kecewanya padaku,"
"Sebenarnya apa yang kamu katakan pada kedua orang tua Arum. kenapa mereka bisa menerimamu lagi?" tanya Bagas.
"Aku hanya menjelaskan apa yang sudah aku lalui di sana, Tidak kurang dan tidak berlebihan." ungkap Dimas, jujur.
"Wah ternyata kamu pandai mencari simpati." Bagas meledek Dimas.
"Itu bukan simpati itu kenyataannya." jawab Dimas santai.
"Sudah-sudah kenapa kalian selalu berdebat." Rani selalu menjadi penengah ketika dua pria ini mulai berdebat.
"Yang, jangan marah kau terlihat sangat cantik Aku jadi ingin menciummu." Bagas mencolek pipi Rani.
"Suamimu sudah tidak waras, tidak terlihat dia itu dosen," suara Dimas meremehkan.
"Apa barusan tadi kamu bilang, sah-sah saja dia kan istriku, salah sendiri kenapa kamu jomblo," sahut Bagas, nyeleneh.
Dimas sepertinya sudah terpancing emosi, "Kenapa kamu selalu menyebutku dengan sebutan itu 'jomblo'?"
"Yah memang kamu jomblo kan?" lagi dan lagi ledekan Bagas membuat Dimas geram.
"Haha kamu sombong sekali." Dimas terkekeh.
"Apa sih yang kalian bicarakan tidak berfaedah." Rani pun pergi ke ruang tengah untuk mengambil air minum. sungguh jika sudah melihat dua pria itu berdebat menguras emosinya. kekanakan.
🍂
Satu minggu berlalu, Alfin baru saja keluar dari kantor kepala sekolah melihat Arum sedang melamun di bangku kantin sekolah. Jam sudah menunjukkan pukul 14:00 siang tapi dia belum juga pulang.
Alfin pun menghampiri Arum. "Assalamualaikum Rum."
Arum tidak menjawab dan masih larut dalam lamunannya.
"Rum." suara Alfin lebih terdengar keras.
Dan menyentakan lamunan Arum. "Iya, Dimas."
"Aku Alfin, bukan Dimas!" jawab Alfin.
"Siapa yang menyebut Dimas?" tanya Arum memastikan.
"Ya kamu! siapa lagi disini selain kamu, Aku dan Ibu kantin yang sedang membersihkan kantin." Jawab Alfin.
"Siapa Dimas apa dia pacarmu?" tanya Alfin yang tidak tahu siapa Dimas. Arum maupun Alif tidak pernah bercerita kepada Alfin mengenai Dimas.
"Mungkin, Pak Alfin salah dengar?" Jawab Arum salah tingkah.
"Aku tidak mungkin salah dengar. pendengaranku masih normal, dan apa tadi 'Pak?" Kata Alfin sembari duduk dibangku depan Arum yang tersekat meja panjang.
"Inikan masih di sekolah Pak?" tutur Arum menundukkan kepala dengan tatapan Alfin.
"Baiklah. tapi jawab pertanyaanku, siapa Dimas?"
"Dia..," belum sempat Arum menjelaskan tiba-tiba ada suara laki-laki yang menyela ucapannya.
"Aku calon suaminya." jawab seseorang dari arah belakang Alfin.
Arum dan Alfin pun menoleh ke sumber suara. "Dimas!" seru Arum lirih.
"Oh selamat, kupikir aku masih punya kesempatan untuk mendekati Arum." ujar Alfin, berharap ada kesempatan.
Dimas berjalan menghampiri Alfin dan Arum.
"Dimas," Dimas mengulurkan tangannya di hadapan Alfin.
"Alfin." Alfin pun menjabat tangan Dimas.
Arum bingung, kenapa bisa Dimas ada di sekolah dan mau apa dia.
"Tadi sewaktu aku datang kerumahmu, Ibu memintaku menjemputmu, karena motormu sedang berada di bengkel kan?" Dimas memahami akan kebingungan Arum.
"Baiklah Alfin, Aku permisi dulu. Assalamualaikum. Ayo Dek Arum." Dimas pamit dan mengajak Arum ke arah parkiran mobil.
Sesampainya di parkiran dan berdiri di dekat mobil Dimas. Arum bertanya dengan nada dingin. "Apa yang Kamu lakukan?"
"Aku hanya menjelaskan siapa diriku padanya." jawab Dimas santai.
"Lalu?" tanya Arum.
"Rum, Aku ingin menikahimu dan menjadikamu istriku satu-satunya dihidupku." ungkap Dimas, dengan suara tegas.
"Aku belum memutuskannya aku ingin menikah denganmu atau tidak.” jawab Arum, menundukkan wajahnya.
#
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 109 Episodes
Comments
ik@
perlu waktu untuk arum menata kepingan hatinya yg sempet terkoyak .... sabra ya Dimas kl Allah ridho pasti kalian berjodoh
2021-02-18
0
ENDAH_SULIS
aq jg kl jd Arum ttp kesel a lama...sp yg mau coba udah d ta'aruf trs dtgl trs kasih pesan blg gak cinta LG tgl 2thn tanpa ada alasan dan lejelasan...
kl aq jadi Arum udah ta maki*😭😂soalnya aq BKN orang Sholeh jg dr sudut pandang ku jd emosi 😁
2020-12-14
1
🐾♎🕸️ Alaska 12🕸️⚖️🐾
Ayo Arum jangan kesel nya lama2 nanti Dimas nya pergi lagi menyesal seumur hidup loh
2020-11-14
1