...~•Happy Reading•~...
Mereka berbicara serius di mobil sambil memperhatikan Gretha yang sedang bicara dengan Andreas. Mereka berpikir, akan mudah mengajak Andreas setelah Benjamin pulang. Ternyata wajah Andreas masih tidak terbaca.
"Semoga berhasil. Gue udah keluarin banyak duit untuk party ini." Ancam pria itu sambil terus melihat ke arah Andreas dan Gretha.
"Kalau Gretha gak berhasil, gue yang akan seret dia ke party. Lagian tadi bilang gak boleh negur dia." Ucap wanita itu untuk menenangkan sang pria yang masih kesal. Dia melihat Andreas sedang berbicara serius, lalu meninggalkan Gretha begitu saja saat mobil jemputan mendekatinya.
...~°°°~...
Sebenarnya Andreas tidak berbohong, kalau sudah ada party. Mamahnya minta dia dan adiknya untuk makan malam di rumah, sebab minggu lalu mereka tidak bisa makan malam bersama. Di restoran ada yang mengadakan party, jadi semua orang ikut membantu di restoran.
Itu adalah kebiasaan keluarganya, minimal bisa makan malam bersama satu kali dalam seminggu. Sebab orang tuanya sibuk mengelola restoran dan kadang mereka makan malam sendiri-sendiri. Lebih banyak Andreas sering makan malam berdua dengan adiknya di rumah.
Oleh sebab itu, Mamanya sudah pesan agar sore hari mereka sudah di rumah. Mamanya akan masak untuk makan malam mereka sekeluarga.
Waktu makan malam tiba, mereka bersyukur bisa makan malam bersama lagi. "Mmmmm... Yuaaammi... " Ucap Andreas dan Yuliane bersamaan saat mereka berempat duduk di meja makan yang sudah dipenuhi dengan beraneka masakan.
"Selamat makan, Mah, Pah." Ucap Andreas dan Yuliane kembali bersamaan setelah berdoa.
Mereka makan dan menikmati masakan tanpa suara. "Thanks masakannya, Mah." Ucap Andreas, Yuliane dan Pak Bernad kepada Bu Marnise, setelah makan. Kemudian mereka berbincang-bincang sambil menikmati dessert.
"Ndre, ini masih sore. Gak keluar untuk malam minggu?" Tanya Mamahnya setelah selesai makan malan dan melihat Andre masih duduk di meja makan sambil menikmati dessert dengan santai.
"Gak, Mah. Mau istirahat aja." Jawab Andre sambil menyandarkan punggungnya.
"Kak Andre gak malam mingguan, karna gak punya pacar, Mah." Adiknya menimpali sambil duduk menjauh dari jangkauan tangan kakaknya.
"Eh, ini masih kecil sudah tau pacar. Dengar dari siapa?" Tanya Andre, tapi orang tuanya melihat Yuliane, heran. Sebab putrinya belum juga 10 tahun, sudah bicara tentang pacar.
"Dari teman-teman kakak. Mereka bilang mau jadi pacar kakak, tapi dicuekin." Yuliane jawab polos.
"Kau berteman dengan teman Kakak? Kau kenal mereka di mana?" Tanya Andre.
"Di restoran. Mereka suka datang makan dan ajak ngobrol."
"Ckckck... Stop ngobrol dengan mereka. Gak baik buat pertumbuhan otakmu. Belajar yang benar." Ucap Andre sambil maju dan mengacak rambut adiknya.
^^^Wajah tampan dan postur tubuh yang tinggi, membuat Andreas sangat dikenal dan terkenal sejak masih sekolah dasar hingga SMA. Terutama saat SMA, dia sangat populer dan jadi perbincangan. Dia juga jadi rebutan para siswi yang berharap bisa jadi pacarnya.^^^
^^^Situasi itu tidak menyenangkan bagi Andreas, sebab ada banyak teman pria yang tidak menyukainya, bahkan memusuhinya. Terutama mereka yang orang tuanya sama kaya atau lebih kaya dari orang tuanya. Ditambah lagi dengan anak-anak pejabat tinggi yang merasa kalah populer.^^^
^^^Mereka berusaha berbagai cara menarik perhatian teman-teman agar menjauh dari Andreas. Kadang juga menyebar isyu negatif bahwa Andreas penyuka sesama, karena tidak menunjukan rasa tertarik kepada lawan jenisnya.^^^
^^^Ada juga yang mengatakan Andreas kaku dan angkuh, sok kaya. Padahal ada teman-teman yang orang tuanya yang jauh lebih kaya masih mau ikut kumpul atau nongkrong dengan teman-temannya.^^^
^^^Kadang Andreas juga menjadi taruhan di antara kelompok-kelompok itu. Siapa yang bisa membawa Andreas ke tempat Party atau membuat Andreas adakan party, kelompok itu akan jadi pemenang taruhan sejumlah uang atau hadiah lainnya.^^^
^^^Andreas tidak terpengaruh dengan provokasi teman-temannya. Dia tetap seperti biasa, ke sekolah dan pulang sekolah di antar jemput oleh sopir keluarga. Dia tidak menanggapi sikap teman yang mau bersaing atau mengganggunya.^^^
"Pergunakan waktumu untuk bersenang-senang dengan teman-temanmu, Ndre. Keluar makan atau nonton, jangan terus di restoran." Papah Andreas berkata sambil melihat Andreas dengan sayang, sebab tahu putranya suka membantu di restoran.
"Kalau pergi bersenang-senang, nanti Kak Andre gak bisa gaya chef'chefan, dong, Pah." Yuliane berkata sambil meleletkan lidah ke arah kakaknya.
"Apa maksudmu, Yulia?" Tanya Mamanya.
"Nih, Mah. Lihat gaya Kakak." Ucap Yuliane setelah berdiri mengambil ponselnya, lalu menunjukan foto yang diposting oleh Andreas di akun sosial medianya.
"Itu bukan gaya Yulia, Kakak lagi promo restoran kita." Ucap Andreas dengan wajah galak.
"Mana, Yulia. Papah lihat." Ucap Papanya sambil mengulurkan tangan untuk mengambil ponsel.
"Oh, pantas belakangan ini lebih ramai dengan para wanita yang datang makan di restoran kita." Ucap Papah Andreas mulai mengerti.
"Promo gratis, Pah." Ucap Andreas santai.
"Kau sudah banyak membantu di restoran. S'kali-s'kali keluar dengan teman-temanmu, supaya nanti gak menyesal. Jangan menyia-nyiakan masa mudamu." Papah Andreas berkata sambil menyadarkan punggung, ikut duduk santai. Papahnya berharap, Andreas juga bisa lakukan sesuatu yang dia sukai seperti anak muda lainnya.
"Pernah ikut keluar dengan beberapa teman, Pah. Nongkrong, ngobrol, minum di cafe. Tapi ujung-ujungnya pada minum alkohol. Jadi ya, ngga pernah ikut mereka lagi." Andreas menceritakan pengalamannya.
"Kalian masih remaja, sudah minum alkohol?" Mamah Andreas terkejut mendengar ucapan putranya. Andreas mengangguk kuat, mengiyakan.
"Itu sangat berbahaya, Ndre. Jika mulai terbiasa minum alkohol, akan jadi jalan pembuka untuk minum yang lain." Mamahnya jadi khawatir. Papahnya melihat Andreas dengan serius dan bersyukur, putranya bisa rem lakukan sesuatu yang negatif.
"Kau masih mau kuliah di luar?" Tanya Mamahnya lagi dengan wajah serius.
"Masih, Mah. Ada apa?"
"Seriusin saja. Nanti Mamah bicara sama Opa, supaya bisa bicara dengan keluarga di sana." Ucap Mamahnya serius.
"Kok Mamah sekarang semangat buat Andre kuliah di luar? Kemarenan masih keberatan berpisah dengannya." Papah Andreas menatap istrinya, sebab sebelumnya berat hati mengijinkan putranya kuliah di Belanda.
"Lebih baik Andre menjauh dari teman-temannya yang begitu. Mamah jadi was-was dengan pergaulan mereka, jika kuliah di sini."
"Di mana-mana sama saja, Mah. Tergantung anak-anak kita. Sayang dengan hidup mereka atau tidak. Masih muda tidak pikirkan dampaknya untuk masa depan, nanti menyesal." Papah Andreas pergunakan kesempatan untuk menasehati kedua anaknya.
"Iya, tetap saja. Mama tetap was-was. Tidak semua teman baik, Pah. Mereka bisa jebak dan cekoki anak kita dengan sesuatu yang buruk. Mamah akan bicara dengan Opah, kalau Andre serius." Mamah Andreas hanya bilang sesuatu yang buruk, bukan narko^boi.
"Serius, kok, Mah, Pah. Bukan hindari kegiatan yang begituan, tapi memang suka dengan aktivitas di pentri dan dapur. Menantang untuk lebih kreatif." Ucap Andreas serius.
"Yaaa... Kak Andre ngga jadi bintang film, dong. Sayang Kak. Nanti Kakak makin terkenal loh." Yuliane berkata sambil menunjukan wajah kecewanya.
"Yulia tau dari mana?" Tanya Andreas terkejut.
"Dari teman-teman Kak Andre itu."
"Berhenti bicara dengan mereka." Ucap Andreas serius.
...~°°°~...
...~●○♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
𝐀⃝🥀𝐌𝐀𝐗
apaan sih maksa bner jdi org kalo ga suka, sok akrab Igi walau jdi tmen gni. dah lah ad mau ny aja kalian gtu, kyk ga tau aja ❣️
2024-10-07
0
𝓐𝔂⃝❥ᴄʜᷲᴏᷢᴄᷤᴏᷬʟᴀᴛᴇ🧸☘︎᭄
herann deh knp mereka kaya maksa yaa, emang ada apa di pesta 🤔❣️
2024-09-09
0
💜⃞⃟𝓛 ⏤͟͟͞R𝐙⃝🦜༄༅⃟𝐐ƙׁׅуα
coba saja kalo bisa ajak ndreas main,gk akan berhasil ❣️
2024-08-26
0