...~•Happy Reading•~...
Ophelia dijemput sopir mobil online yang dipesannya tepat waktu. Kemudian mereka menuju Stasiun Kereta Api. Beberapa waktu kemudian dia sudah berada dalam kereta api menuju Surabaya.
^^^Ophelia sengaja naik kereta api agar bisa santai sambil memikirkan apa yang akan dilakukan untuk masa depannya. Kota pertama yang ada di pikirannya adalah Surabaya, karena pernah ke tempat tersebut. Dia akan menenangkan diri di sana sebelum menentukan apa yang akan dilakukan untuk masa depannya.^^^
Dia terbangun saat sinar mentari menyinari wajahnya. Dia melihat keluar jendela. Matahari sudah bersinar terang menyinari hamparan sawah dengan padi yang mulai menguning. Dia bersyukur masih hidup, dalam kondisi baik dan berpikiran baik.
Dia mengambil botol air mineral dari dalam tas, lalu minum perlahan. Ketika melihat roti yang ada dalam tasnya, air matanya menetes mengingat Ayahnya.
...~°°°~...
Di tempat lain; Di rumah keluarga Pak Johan, rumah yang ditinggalkan Ophelia mulai terjadi kesibukan. Istrinya sudah bangun dan sibuk di dapur dengan hati riang, karena tadi malam saat bangun untuk minum, dia melihat Ophelia meninggalkan rumah sambil menarik koper. Hal itu membuat hatinya bersorak gembira, sebab dia yakin Ophelia telah pergi meninggalkan rumah.
^^^Istri Pak Johan yang sudah tahu Ophelia sering berangkat diam-diam setelah Subuh, ikut bangun dan ke dapur untuk mengambil minum. Jadi jika Ophelia ke dapur dan bertemu dengannya, dia akan berpura-pura sedang mengambil minuman.^^^
^^^Tapi Ophelia tidak pernah ke dapur untuk membuat atau mengambil minuman. Dia hanya sampai di ruang makan meletakan roti dalam tempat roti, lalu keluar dari rumah.^^^
^^^Namun hari ini, sangat berbeda. Dia yang terbangun dini hari untuk minum, melihat Ophelia keluar dari rumah sambil membawa koper yang cukup berat. Dia jadi berpikir, Ophelia sudah pergi dari rumah. Pemikiran itu membuat hatinya senang. 'Akhirnya, kau pergi juga.' Istri Pak Johan membatin, lalu kembali tidur sambil tersenyum.^^^
Pak Johan yang sudah bangun dan siap ke kantor, segera ke ruang makan untuk sarapan. "Gak ada roti?" Tanya Pak Johan kepada istrinya yang sudah duduk dengan nasi goreng dan minuman di atas meja makan.
"Kan, kemarin sudah dihabisin. Makan saja ini. Aku sudah bangun pagi untuk bikin sarapanmu." Istrinya berkata sambil menahan emosi, sebab Pak Johan tidak tersentuh dengan nasi goreng buatannya.
^^^Istrinya tidak tahu, Pak Johan tidak bisa makan nasi dalam bentuk apa pun sebelum jam 10 pagi. Oleh sebab itu, Ophelia setiap hari membeli roti untuk sarapannya.^^^
^^^Satu hari sebelumnya, Ophelia masih beli roti dan letakan di tempat roti untuk sarapan Ayahnya. Tapi kemarin sore, roti yang dia beli tidak letakan di tempat roti, karena Ayahnya keburu pulang. Setelah itu, dia tidak keluar dari kamar. Jadi roti itu dibawa untuk sarapan di jalan.^^^
"Kalau begitu, aku minum saja. Perutku gak enak kalau makan berat di pagi hari." Pak Johan mengambil cangkir lalu minum minuman yang sudah disediakan.
"Kau tidak bisa makan nasi goreng ini sedikit, saja?" Istrinya bertanya dengan suara pelan menahan emosi. Dia berharap suaminya bisa mencicipi masakannya.
"Mau sedikit, atau banyak, sama saja. Aku akan bolak balik kamar mandi. Jadi gak bisa tenang kerja. Apa kau pernah lihat aku sarapan nasi di akhir pekan?"
"Tidak pernah."
"Libur di rumah saja gak makan, apa lagi ke kantor. Aku kira, selama ini kau sudah tahu, makanya setiap pagi ada roti untuk sarapanku." Pak Johan heran dengan istrinya yang berlaku seolah tidak tahu kebiasaannya.
"Aku lupa." Istrinya berkata cepat, agar Pak Johan tidak curiga bahwa roti itu disiapkan oleh Ophelia untuknya.
"Beli saja roti buat sarapanku. Supaya kau gak usah bangun pagi-pagi untuk bikin sarapan." Pak Johan berkata serius, lalu menghabiskan minumannya.
Ketika keluar dari ruang makan, tanpa sadar kakinya melangkah ke kamar Ophelia dan mengetuk pintu sambil memanggil namanya. "Ophel, Ophelia. Nanti pulang jangan malam. Ayah mau bicara denganmu." Pak Johan berkata dengan suara keras, setelah mengetuk pintu beberapa kali.
^^^Pak Johan tetap berkata walau tidak ada sahutan dari dalam kamar, karena mengira Ophelia masih ada di dalam dan tidak mau bicara dengannya.^^^
^^^Pak Johan lakukan itu, sebab hatinya tiba-tiba merasa kosong. Ada perasaan bersalah yang mengganggunya, sebab sudah cukup lama belum mendengar suara Ophelia atau melihatnya. Suatu kondisi yang baru disadarinya. Mereka belum bertemu dan Ophelia tidak menghubunginya setelah kejadian malam itu.^^^
^^^Melihat sikap suaminya, istrinya meradang tapi berusaha tenang agar suaminya tidak curiga. Dia mengingatkan diri sendiri bahwa sudah tidak akan ada lagi pembicaraan antara Ayah dan anak. Dia yakin Ophelia sudah pergi.^^^
Setelah Pak Johan berangkat ke kantor, istrinya segera masuk ke kamar anak-anaknya. "Ayoo, bangun. Cepaaattt....!" Dia menggoyang tubuh kedua anaknya yang tidur seperti batang pohon.
"Ada apa sih, Mi. Ini masih pagi. Ayam aja masih tidur." Gina menggosok matanya sambil melihat jam di ponselnya.
"Ayam sudah bangun dan sudah dibawa ke pasar. Cepat bangun. Bantu Mami bersihin rumah ini." Dia terus menggoyang tubuh kedua anaknya.
^^^Dia katakan itu, sebab selama kejadian Ophelia ditampar Ayahnya, tidak ada orang yang datang untuk membersihkan rumah.^^^
^^^Ophelia tidak lakukan apa pun di rumah, bahkan untuk makan pun, tidak. Sehingga rumah sangat berantakan. Padahal mereka sudah biarkan begitu saja semua yang ada dalam rumah, sebab tahu ada yang datang untuk bersihkan.^^^
^^^Hanya pakaian kotor yang mereka cuci, sebab Ophelia tidak mencuci pakaian Ayahnya lagi. Dibiarkan begitu saja, dengan pakaian mereka. Sedangkan pakaiannya dibawa ke laundry. Itu terlihat saat pulang kerja dia menjinjing kantong laundry. Hal itu membuat mereka panas hati.^^^
"Mengapa kita yang bersihin rumah? Biarkan aja orang suruhannya itu. Lagian kami baru aja mani pedi." Kakak Gina berkata sambil mengeluarkan kaki dan tangannya dari balik selimut.
"Dia sudah tidak ada di sini. Ayoo, cepat bangun."
"Mami tau dari mana?" Tanya kedua anaknya bersamaan.
"Tadi malam Mami lihat dia bawa koper...." Mami Gina menceritakan apa yang dilihatnya, saat Ophelia keluar dari rumah.
"Benarkah, Mi?"
"Iya. Cepat bangun."
"Asyiiikk... Aku akan pindah ke kamarnya."
"Kau adik. Tinggal di sini."
"Gak usah ribut. Tunggu dan lihat momennya. Jangan ceroboh." Mami Gina mengingatkan kedua anaknya yang mulai memperebutkan kamar Ophelia.
"Ayahnya sudah tahu kalau dia sudah pergi, Mi?" Tanya anaknya yang tua yang sudah bangun dan duduk.
"Belum. Tadi ke kamar untuk ..." Mami Gina cerita yang dilakukan suaminya di depan kamar Ophelia.
"Wah, untung dia sudah pergi sebelum Ayahnya bicara dengan dia. Bisa, bisa mereka berdamai dan dia tidak jadi pergi dari rumah ini." Kakak Gina berkata dengan nada, lega.
"Iya, ya. Kalau terjadi begitu, kita harus berusaha lagi untuk menjebak dia." Gina berkata sambil melihat Maminya.
"Makanya cepat bangun dan jangan lakukan sesuatu yang bikin Ayahnya curiga dan mencari dia. Sementara ini harus sabar dan lihat perkembangan. Jangan sampai dia ditelpon dan kembali ke sini."
"Mami benar. Aku gak mikir. Benda ini bisa memulangkan dia ke sini." Kakak Gina berkata sambil mengangkat ponselnya.
...~°°°~...
...~●●♡○●~...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 173 Episodes
Comments
ㅤㅤㅤ ㅤ🍃⃝⃟𝟰ˢ𝐀⃝🥀✰͜͡v᭄ʰᶦᵃᵗ
seneng ya kalian kalau ophelia pergi dari sana ❣️
2024-11-11
0
🍌 ᷢ ͩ༄༅⃟𝐐 🍃⃝⃟𝟰ˢ🫦🍁Henny❣️
semarah marah"a ayah kandung tetap anak yg di pikirkan❣️
2024-11-04
0
🍾⃝ͩᴢᷞᴜᷰɴᷡɪᷧᴀ❤️⃟Wᵃf●⑅⃝ᷟ◌ͩ❀∂я
anak dan ibu yang nggak punya perasaan tuh bapaknya knp nggak sadar sih gemes dah ❣️
2024-09-16
0