Saat pulang kuliah…
Semenjak pembicaraan mereka berdua di kelas tadi, Arman dan Shinta lebih sering saling mendiamkan satu sama lain saat di dalam mobil. Robin juga tak mau ikut campur dalam situasi itu, hanya sesekali melirik mereka berdua melalui kaca mobil.
“Aku minta maaf soal tadi” Kata Shinta memecah kesunyian.
“Tentang apa?”
“Aku tak bermaksud melarangmu mendekati Arinda. Aku juga ndak tahu kenapa bisa bilang begitu…” Ucap Shinta terhenti.
“Hmmmm…yaudahlah gapapa, bagaimanapun juga lo kan pengawal gue, kalau lo berasumsi kayak gitu yaa…gue akan lebih berhati-hati sama Arinda” Ujar Arman.
Untuk kedua kalinya Shinta agak terkejut dengan ucapan Arman, biasanya dia akan terus mendebat lawannya bahkan mencaci-makinya kalau tak sesuai dengan keinginannya. Tapi ucapan Arman barusan malah lebih memilih mengalah, sejak kapan dia mulai berubah?
“Nahhhh, kayak gitu kan enak lihatnya. Sepi banget dari tadi, kayak kuburan baru aja” Celetuk Robin.
“Mulai lagi deh, fokus mengemudi Kak” Tegur Arman. Sementara Shinta hanya tersenyum tipis tanpa mau menanggapi.
“Ngomong-ngomong, lebih seru latihan nembak sama lo kok Shin” Ujar Arman tiba-tiba.
Shinta langsung menoleh pada Arman, dia tak tahu harus menanggapi seperti apa ucapan Arman barusan. Benar-benar cowok yang penuh dengan kejutan, pikirnya.
***
Esok paginya adalah matakuliah termodinamika, Shinta masih merasa kagum dengan kemampuan Sandra yang tak hanya ahli sebagai agen Paspampres saja, tetapi juga sangat lihai mengajar matakuliah yang terkenal cukup sulit itu.
Awalnya Shinta mengira kalau Sandra menyamar tak benar-benar menghayati perannya, sama seperti dirinya. Tapi tak hanya mampu menghayati perannya, Sandra benar-benar menjadi dosen yang tahu cara mengajar dan menguasai materi.
“Ada penyusup di kampus ini, sepertinya sesuatu akan terjadi disini” Ujar Shinta lirih saat membawakan kertas-kertas tugas seusai kuliah.
“Dari mana kamu tahu?” Tanya Sandra yang berjalan di depan Shinta.
“Dari seorang intelijen yang dapat dipercaya” Jawab Shinta.
“Siapa? Dari mana?”
“Aku tidak bisa memberi tahu itu, tapi dia bisa dipercaya” Ujar Shinta meyakinkan.
Sandra menghentikan langkahnya.
“Kita sudah merapatkan tentang hal itu kan? Tapi nyatanya sudah hampir satu bulan belum terbukti kebenarannya, dan masih belum diketahui siapa penyusup tersebut.” Ujar Sandra lalu melanjutkan langkahnya.
“Tapi kita perlu meningkatkan lagi penjagaan” Kata Shinta.
“Kita sudah melakukan yang terbaik, kamu kira untuk apa aku dikirim turun ke lapangan?” Ujar Sandra sambil terus berjalan kedepan.
“Tapi…”
Sandra seraya mengambil kertas-kertas tugas yang dibawa oleh Shinta.
“Yang terpenting adalah kamu tetap Bersama Arman ya…” Pesan Sandra, lalu dia masuk ke ruang dosen, dan Shinta masih berdiri diam di tempatnya.
“Sudah kubilang Cuma kamu yang dapat dipercaya, mereka tak akan mengindahkan peringatanmu.”
Shinta seraya berbalik dan melihat Arinda tengah berdiri di belakangnya.
“Sampai kapan kamu akan mengawasiku?” Tanya Shinta.
Arinda tak langsung menjawab, dia merogoh sakunya dan mengeluarkan benda kecil mirip Flashdisk.
“Disini berisi beberapa info mengenai kasus-kasus yang terjadi akhir-akhir ini. Mulai dari ditemukannya gudang senjata milik *** hingga kaburnya Zafran dari penjara. Mungkin kamu bisa membantu kami untuk menganalisanya” Ujar Arinda sambil memberikan flashdisk tersebut.
“Menurutmu kasus-kasus itu saling berkaitan?” Tanya Shinta seraya menerimanya
“Kami yakin seperti itu, mereka tengah merencanakan sesuatu yang besar. Mereka terlalu rapi untuk diselidiki, tapi melalui kasus-kasus ini kita bisa menganalisa siapa sebenarnya mereka dan apa tujuannya” Jawab Arinda.
Tiba-tiba mata tajam Shinta melihat Arman dari kejauhan, cepat-cepat dia beranjak dan meninggalkan Arinda begitu saja. Flashdisk yang ada ditangannya ia genggam erat-erat dan perlahan memasukannya ke dalam sakunya. Tapi selama sepersekian detik tadi Arman sempat melihat Shinta dan Arinda.
Sedang apa mereka? Batin Arman.
***
“Selamat malam , Pak.”
“Malam, bagaimana, Zafran?”
“Mereka sudah siap”
“Bagus, cepat bereskan. Tapi ingat, apapun yang terjadi jangan sekali-kali membuka mulut. Kalian sudah tahu resikonya kan?”
“Siapa, Pak. Mereka lebih memilih mati daripada harus tertangkap. Ini akan berjalan sesuai rencana”
“Bagus, terus awasi mereka dan atur sesuai rencana”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments