“Sekarang gimana?” Tanya Arman seusai panggilan mereka berakhir.
Arinda diam sejenak, dia bukannya tak punya rencana, tetapi dia agak ragu apakah rencananya akan berjalan lancar.
“Andaikan Shinta disini sekarang” Ucap Arman pelan.
Meski Arman tak suka dikawal-kawal, tapi sejujurnya dia senang bersama dengan Shinta
selama ini.
“Tenang saja, aku akan mengeluarkanmu dari sini. Meskipun kalau menurutmu aku tak sehebat Shinta.” Ujar Arinda. Arman hanya tersenyum mendengar pernyataan itu.
“Tapi sebenarnya, aku masih penasaran dengan asal-usulmu” Kata Arman.
Arinda tak tahan lagi menyimpan rahasianya, toh cepat atau lambat Arman pasti juga akan tahu setelah kejadian ini.
“Kamu pernah dengar tentang GRU?” Ujar Arinda mengawali penjelasannya, Arman pun
hanya menggeleng.
“GRU adalah organisasi intelijen Rusia. Memang tak setenar KGB, tapi kalau urusan intelijen, spionase dan sabotase kami ahlinya.”
“Terus lo kan orang Indonesia, kenapa bisa jadi anggotanya?” Tanya Arman.
“Kamu pikir kami hanya beranggotakan orang-orang rusia saja? GRU juga merekrut warga Negara dimana mereka melakukan misi, tergantung kebutuhan lah” Jawab Arinda.
“Ohhh, gitu…terus misi kalian apa dong?”
“Aku tak bisa menjelaskannya, tapi yang pasti ini menyangkut keamanan internasional” Kata Arinda.
Arman agak kecewa dengan jawaban Arinda barusan, rasa penasaran itu memang menyiksa.
“Kita tak punya banyak waktu, kita harus segera keluar dari sini” Ujar Arinda mengalihkan pembicaraan.
“Caranya??”
“Kita harus menyamar”
“Hah? Menyamar? Pakai seragam mereka?” Jawab Arman agak kaget.
Arinda mengangguk mengiyakan. Tapi Arman tak protes, menurutnya itu adalah ide yang tak terlalu buruk.
“Ayo” Ajak Arinda bergegas melaksanakan strateginya.
Dengan mengendap-endap mereka berdua keluar ruangan, mereka harus mencari maksimal 2 prajurit musuh untuk dilucuti seragam beserta peralatannya.
“Itu tiket kita, kamu ingat cara pakainya kan? Seusai yang kuajarkan tadi” Ujar Arinda.
Arman yang berjalan dibelakang Arinda Cuma mengangguk, dalam hatinya sebenarnya masih agak takut melakukan hal semacam ini. Dengan taser ditangan masing-masing, mereka berjalan perlahan mendekati 2 orang penjaga yang tengah asik berbincang.
Dalam sekejap Arinda berhasil melumpuhkan salah satunya, Arman meskipun agak ketakutan ternyata dia berhasil juga melumpuhkan prajurit satunya. Sekarang tinggal melucuti seragamnya.
“Keren juga” Ujar Arman beberapa saat setelah memakai seragam musuh.
“Udah ayo buruan, ingat pesanku tadi. Berikan hormat saat berpapasan dengan pangkat yang lebih tinggi, dan anggukkan kepala saja saat pangkatnya sama. Dan berjalanlah senatural mungkin, jangan terburu-buru” Ujar Arinda mengingatkan.
Maka berangkatlah mereka berdua hingga lantai dasar, sejauh ini sesuai dengan rencana, tak ada yang mencurigai mereka. Tapi Arman dan Arinda tetap berjalan sewajarnya saja, kalau begini terus mereka yakin akan bisa keluar dengan mudah.
***
Sandra berjalan perlahan menyusuri koridor demi koridor, matanya dengan tajam mengawasi setiap jengkal tempat dan ruangan yang dia lewati, apalagi kalau bukan untuk menemukan tanda-tanda keberadaan Arman.
“Cepetan!!” Bentak Wiwin sambil mendorong Sandra.
Sandra terpaksa mempercepat langkahnya, ingin sekali dia melumpuhkan Wiwin tetapi dua orang lainnya pasti akan mempersulitnya, ditambah lagi Sandra tak membawa senjata apapun.
Akhirnya Sandra hanya bisa mengawasi sekitar untuk mencari keberadaan Arman, tapi ternyata nihil.
Kemana dia? Apakah dia berhasil lolos?Tanya Sandra dalam hatinya
Dia harus berfikir cara lain, tanpa membahayakan dirinya dan mahasiswanya tentunya.
***
“Kurang sedikit lagi, kita pakai humvee itu” Bisik Arinda, Arman hanya mengangguk paham.
Sejauh ini rencana mereka berjalan dengan mulus, dengan begini mereka bisa keluar tanpa dicurigai.
Tapi tiba-tiba Arinda menghentikan langkahnya, Arman yang berjalan beberapa langkah didepannya juga ikut berhenti.
“Ada apa lagi? Buruan….senapan ini berat tauk” Tanya Arman.
“Lihat, mereka sedang mencari sesuatu” Jawab Arinda.
Tak jauh dari mereka terlihat beberapa orang musuh tengah memasang beberapa peledak di salah satu sisi bangunan rektorat. Salah seorang seperti mengenakan semacam alat deteksi logam.
Duaarrrr….
Ledakan cukup besar terjadi, tapi tak cukup mampu merobohkan dinding itu. mereka memasang kembali peledak yang lebih besar dan lebih banyak
“Sial, mereka pasti menemukannya” Gumam Arinda.
“Menemukan apaan? Kamu ngomong apasih?” Tanya Arman tak mengerti.
“Hei kalian berdua, sedang apa kalian?” Bentak salah seorang musuh yang tiba-tiba menghampiri mereka.
Dilihat dari pangkatnya dia lebih tinggi dari Arman dan Arinda, secara serentak mereka memberi hormat.
“Maaf Pak, kami ingin mengambil beberapa peralatan di Humvee.” Jawab Arman sekenanya.
Prajurit itu mengernyitkan dahinya, mencoba menyelidiki kalau-kalau ada yang tak beres.
“Ya sudah cepat sana” Jawabnya.
Mereka berdua memberi hormat lagi dan bergegas menuju humvee.
“Hampir saja ketahuan” Bisik Arman
Tapi perhatian Arinda terus tertuju pada kegiatan beberapa musuh yang tengah sibuk merobohkan dinding itu. Dia sangat yakin, mereka pasti sudah menemukan apa yang selama ini dia cari-cari.
***
Kapten Hasim tengah mengamati denah dari Institut Teknologi Kertajaya, dia masih berusaha untuk menemukan celah agar bisa masuk. Lalu tiba-tiba HP di sakunya berbunyi. Ternyata itu dari komandannya di Kopassus.
“Siap Pak” Ujar Kapten Hasim.
“Laporkan perkembangannya” Jawab suara dari seberang
“Saat ini kami belum melakukan pergerakan apa-apa, masih menunggu perintah dari pimpinan operasi gabungan dan menganalisa celah agar kami bisa menerobos masuk” Lapor Kapten Hasim.
“Operasi gabungan? Jangan perdulikan itu, secepatnya kerahku pasukanmu untuk menerobos masuk. Kita harus segera menumpas mereka dan menyelamatkan putra presiden” Kata suara tersebut.
“Tapi Pak, kita tak bisa masuk lewat darat dan udara. Menurut Densus 88, Mereka memiliki Javeline Missile” Kata Kapten Hasim
“Tidak mungkin, intel kita tak menyebutkan demikian. Dia pasti hanya menakut-nakutimu, cepat laksanakan operasi pembebasan, gunakan 3 helicopter Blackhawk untuk menerobos masuk. Ingat, ini perintah dari jajaran TNI”
“Baik Pak…”
“Bagus…akan menjadi sebuah kebanggan kalau kita berhasil menyelamatkan putra presiden”
“Siap Pak”
Telepon pun ditutup, tapi Kapten Hasim masih terdiam sambil memandangi Hp-nya. Hatinya bingung harus menjalankan perintahnya siapa. Kalau benar AKBP Jono hanya menakut-nakutinya mengenai Javelin Missile, maka operasi penyelamatan ini akan menjadi prestasinya yang gemilang. Akan tetapi jika benar mereka memilikinya, maka pasukannya tak akan ada yang selamat dari missile maut itu. Tapi perintah adalah perintah, Kapten Hasim pun mengambil keputusan.
***
“Rin…lo ngapain sih? Ayo buruan” Teriak Arman pelan dari dalam humvee, Arinda pun terbangun dari lamunannya.
“Ehh…iya ayo” Ujar Arinda bergegas masuk.
“Lo bisa nyetir?” Tanya Arman.
“Ya bisa lah….tapi sebelumnya kita harus mengontak markas dulu, supaya mereka tahu rencana kita dan tak melakukan pergerakan dulu”
Arinda seraya mengambil telefon satelit yang dia bawa dari laboratorium tadi. Setelah beberapa saat menyambungkan,
“Ya…ada apa?” Ucap suara dari seberang.
“Lapor Pak, kami tengah menyamar sebagai musuh dan kami berencana keluar dari sini menggunakan humvee” Ujar Arinda setelah tersambung.
“Situasinya disini sedang tak bagus, kalian tunggu hingga aman dulu saja”
“Maaf Pak, memangnya ada apa ya?” Tanya Arinda.
“Kopassus mengerahkan 3 unit pasukan yang diterjunkan langsung ke lokasi, mereka juga akan menggunakan Tank dan panser sebagai pengalih perhatian” Ucap suara dari seberang yang terdengar sangat jelas.
“Apa? Mustahil Pak, tolong hentikan mereka. Mereka memiliki Javeline Missile, pasukan mereka tak akan selamat. Meskipun menggunakan tank dan panser itu belum cukup.” Jawab Arinda tegas.
“Sudah terlambat, Kopassus sudah mulai bergerak. Sebaiknya kalian….”
Arinda seraya menutup telefonnya tanpa mendengar perintah selanjutnya.
“Sial, kita harus cegah mereka” Ujar Arinda seraya menyalakan mesin.
“Ada apaan sih?” Tanya Arman yang sedari tadi tak tahu apa yang terjadi.
“Kopassus mencoba menerobos masuk, mereka tak akan selamat jika menghadapi Javelin Missile” Jawab Arinda seraya menancap gasnya.
“Lalu?”
“Kita harus cegah mereka….kamu bisa menggunakan senjata mesin di atas?” Ujar Arinda sambil terus memacu humvee itu.
“Gue belum pernah pakek sih, tapi biar gue coba dulu” Jawab Arman bergegas menuju bagian belakang dan meraih senjata yang dimaksud.
[ceklakkkk]
“Tuh bisa ngokangnya, tinggal tekan pelatuknya aja ditengah” Ujar Arinda.
“Oke siapppp”
Humvee terus melesat cepat, Arman sudah bersiap dengan senjata mesin berkaliber cukup besar. Tapi terlihat dari kejauhan sebuah kepulan asap hitam di luar gerbang. Sebuah tank dan dua buah panser terbakar hebat dan hancur, mereka terlambat.
“Awaaaasss…” Teriak Arman.
Arinda pun spontan membelok dengan tajam,
Bruaakkk…Duaarrrr
Sebuah helicopter blackhawk terhantam missile dan jatuh, kalau saja Arinda tak bertindak cepat mungkin mereka berdua sudah tertimpa helicopter itu.
Kini tinggal dua helicopter yang tersisa, salah satunya melancarkan tembakan beruntun dan helicopter kedua bergegas menurunkan beberapa pasukan. Terlihat salah seorang musuh berhasil menguncinya dengan missile.
“Tembak mereka Man” Teriak Arinda.
Tembakan demi tembakan senjata mesin itu mulai terdengar menggema. Tangan Arman seperti agak mati rasa terkena hentakan senjata berkaliber sebesar ini. Tapi secara perlahan dia bisa mengendalikan senjata itu.
“Saat ini kita sedang melihat sesuatu hal yang sangat menakjubkan pemirsa. Arman Winarno sang putra presiden tengah melakukan aksi menggunakan senjata mesin. Benar-benar sesuatu hal yang tak pernah kita duga” Ujar awak media yang tengah meliput peristiwa itu.
Tembakan terus dilancarkan oleh Arman, membuat belasan musuh jatuh tersungkur dengan tubuh tertembus puluhan peluru. Serangan missile itu berhasil digagalkan.
[wusss….duarrrr]
Entah dari mana datangnya tiba-tiba dua buah missile melesat dan menghantam kedua helicopter secara bersamaan. Helicopter Blackhawk andalan Amerika, yang terkenal cukup canggih itu pun tak sanggup bertahan lama. Keduanya jatuh tersungkur dengan ledakan yang cukup besar, tak ada yang selamat.
“Terus tembak Man” Teriak Arinda yang terus melesat melewati barisan musuh.
Spontan Arman menyalakkan kembali senjata caliber maut itu. Dia berhasil lagi merobohkan belasan musuh. Tapi kini mereka berdua harus menghadapi serentetan tembakan SMB (Senapan Mesin Berat) dan senapan serbu lainnya.
“Mereka menembaki kita Rin, selanjutnya apa?” Tanya Arman agak panik.
“Pegangan yang kuat, akan kutabrak pagar itu agar kita bisa keluar” Jawab Arinda sambil menancap gasnya.
“Tunggu dulu…jangan. Pagar besi itu kuat sekali, hanya tank yang mampu menjebolnya. Cari jalan lain” Cegah Arman.
“Sial….”
Arinda kembali membelok tajam, melewati puluhan musuh yang menyambut dengan ribuan tembakan.
“Ndak ada jalan lain, kita terkepung” Ucap Arinda.
“Mereka akan menembak kita” teriak Arman panik
“Udah dari tadi kali Man” Ujar Arinda kesal.
“Bukan begitu, maksudku…….”
[Duarrr….]
Tiba-tiba humvee pun terbalik, sebuah roket menghantam tepat di bagian belakang. Untungnya humvee terpental dan masuk ke dalam kolam. Tapi tanda-tanda keberadaan Arinda dan Arman masih belum jelas.
***
[plakk…plakkk...plaakkk]
“Bodoh!!!” Bentak pemuda itu, disertai dengan suara tamparan keras yang menggema.
Pemuda itu tampak murka setelah mendengar laporan mengenai humvee yang dikendarai oleh Arman meledak terkena roket dan jatuh ke kolam. Mereka hanya terdiam menunduk, sambil memegangi pipinya yang terkena tamparan cukup keras. Sandra mencoba menguping pembicaraan mereka.
“Maafkan kami Komandan, kami akan mencari keberadaan mereka berdua. Saya yakin mereka masih hidup” Ujar salah seorang tentara musuh.
“Semoga saja seperti itu, tapi kalau sampai ada apa-apa dengan putra presiden….kepala kalian taruhannya. Cepat cari!!!” Perintah pemuda itu.
“Siap Komandan”
Ketiganya beranjak pergi. Bersamaan dengan itu datanglah seorang lagi yang nampaknya agak terburu-buru.
“Ada apa?” Tanya pemuda itu.
“Lapor Komandan, kami telah menemukan pintu masuk bunker itu. Tapi…”
“Tapi Kenapa?”
“Kita butuh dua C4 untuk menghancurkan pintunya.” Jawab bawahannya
“Ya gunakan saja C4, tunggu apa lagi?”
“Tapi ledakannya bisa meratakan seluruh bangunan Rektorat itu Komandan”
“Aku tidak peduli itu bisa meratakan bangunan rektorat ataupun meratakan seluruh kampus ini, aku Cuma ingin isi dari bunker itu. Cepat kerjakan” Perintah pemuda itu.
“Baik Komandan”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments
Zhie Zakina
cerita nya hampir sama kayak film White house down...klo ga salah judul...cm d film yg beraksi presiden Amerika...maaf y klo salah comen koreksi aj...hehe
2020-02-22
0
LEVIATHAN♛
duh, itu yang disensor apaan sih :(
btw semangat thor! cerita nya seru.
kalo sempet, mampir di lapak ku juga ya thor :3 judul nya Unusual Highschool days
2019-12-16
0