Bab 3

Suasana masih terlihat sepi di sekitar kompleks perumahan di pinggiran kota. Tak ada orang di sekitar situ kecuali bapak-bapak yang tengah menyapu jalan. Sesekali pandangannya melirik sebuah rumah yang diyakini kosong dan telah lama ditinggal pemiliknya.

Tiba-tiba dua orang pemuda keluar dari rumah tersebut dengan langkahnya agak terburu-buru. Mereka melihat ke sekeliling, memastikan bahwa memang tak ada orang di sekitar situ, dan salah seorang dari mereka melihat tukang sapu itu.

“Pak, bisa kemari sebentar?” Panggil salah seorang pemuda.

Tukang sapu itu pun seraya meletakkan sapunya dan berjalan mendekati mereka.

“Ada yang bisa saya bantu Tuan?” Ucap bapak-bapak itu.

Pemuda itu merogoh sakunya dan mengeluarkan beberapa lembar uang. Sedangkan pemuda yang disampingnya sibuk memperhatikan sekeliling.

“Tolong belikan nasi bungkus untuk 7 orang ya Pak. Nanti kembaliannya buat bapak aja” Ujarnya seraya memberikan beberapa lembar uang.

“Baik Tuan”

Dan kedua pemuda itupun bergegas masuk. Bapak-bapak itu kemudian merogoh sakunya dan mengeluarkan sebuah alat communicator kecil.

“Disini Kijang 1, melaporkan situasi. Target confirm sejumlah 7 orang, segera laksanakan operasi.” Ujarnya

“Roger” Jawab suara dari seberang

Beberapa saat kemudian terdengar banyak derap kaki di sekitar rumah tersebut. Beberapa regu Densus 88 Anti Teror bergerak cepat, mengepung rumah itu dari segala penjuru. AKBP Jono memimpin penyerbuan itu, mengambil posisi siap siaga untuk menerobos masuk. Sementara regu lainnya berusaha masuk dari sisi lainnya.

Tiba-tiba terdengar serentetatn tembakan dari samping rumah, disusul dengan digotongnya seorang anak buahnya yang berlumuran darah.

Mereka tahu kita datang! Batin AKBP Jono.

“Masuk Sekarang!” Perintah AKBP Jono.

Seorang petugas bergerak maju dengan membawa sebuah alat pendobrak. Dengan sekali hentakan, pintu kayu itu pun terbuka. Seketika peluru pun menghujani mereka dari dalam rumah, tapi petugas-petugas pembawa perisai cepat membentuk barikade pertahananan untuk menghalau tembakan-tembakan itu. Pasukan yang masuk dari samping rumah dan belakang rumah nampaknya juga mendapat perlakuan yang sama, disambut oleh tembakan-tembakan yang sengit.

Flashbang pun digunakan untuk melumpuhkan para teroris tersebut. Nampaknya itu cukup berhasil, tembakan-tembakan dari mereka berhenti seketika. Barikade perisai mulai dibuka, pasukan bertopeng gas mulai menyerbu masuk.

“Polisi! Jangan bergerak”

Tiga orang tergeletak lumpuh di lantai akibat terkena ledakan flashbang. Polisi dengan mudah meringkus mereka, pasukan dari samping dan belakang rumah nampaknya juga berhasil masuk dan meringkus beberapa teroris.

“Hanya 6 orang Pak, sepertinya ada yang berhasil kabur” Lapor salah seorang petugas.

“Kurang ajar, cepat kejar dia. Jangan sampai lolos” Perintah AKBP Jono.

“Disini Merpati 1 melapor, kami menemukan teroris itu. Dia berlari menuju ke barat” Terdengar laporan dari HT AKBP Jono

“Lumpuhkan dia” Jawab AKBP Jono.

“Roger that”

Kemudian terdengar suara tembakan menggema di langit, sniper yang mengawasi dari helikopter berhasil melumpuhkan teroris itu.

***

Dua puluh menit kemudian…

Dia ruang tengah telah berjejer 6 orang teroris dengan tangan dan kaki terikat. Pandangan mereka tertunduk saat AKBP Jono menatap tajam mereka. Nampak di tiap jendela, pintu dan sudut rumah itu dijaga ketat oleh pasukan Densus 88 bersenjata lengkap. Di luar rumah itu polisi juga membentuk barikade pengamanan, disertai dengan anggota Densus 88 juga. Pengamanan yang begitu ketat menunjukkan bahwa mereka adalah teroris paling dicari di seluruh negeri.

“Siapa yang mendanai kalian?” Tanya AKBP Jono dengan suara melengking tinggi.

Suasana kembali hening, tak ada satupun dari mereka berenam yang buka mulut.

“JAWAAABBB!”

Mereka masih tetap tertunduk diam. Seraya AKBP Jono menarik krah baju salah seorang dari mereka,

“Apa kalian mau kusiksa dulu hah?” Ujar AKBP Jono geram, kesabarannya sudah mulai habis.

“Saya…saya, tidak tahu Pak” Ujar teroris itu terbata-bata, nafasnya serasa terjerat, lehernya serasa seperti dicekik karena kuatnya cengkeraman di krah bajunya. Sementara AKBP Jono tak memperdulikan hal itu, cengkeramannya justru semakin kuat.

“Maaf Pak, kami menemukan sesuatu di ruang bawah tanah” Sela salah seorang anak buahnya.

AKBP Jono pun melepaskan begitu saja cengkeramannya, membuat teroris itu langsung jatuh tersungkur dengan nafas terngah-engah. AKBP Jono seraya mengikuti anah buahnya dan mereka memasuki sebuah ruangan bawah tanah.

“Apa-apaan ini?” Ucap AKBP Jono terkejut, dia tak percaya dengan apa yang dilihatnya di

ruangan ini.

“Ada beberapa peti berisi MP5 dan M16 di sana, dan di lemari itu ada beberapa pucuk pistol dan granat. Semuanya keluaran terbaru dari Amerika. Dan anda tak akan percaya dengan ini…” Seraya petugas itu menunjukkan sebuah peti yang lebih besar.

“Rudal Javelin?” Ujar AKBP Jono dengan mata yang tak berkedip sedikitpun.

“Bahkan Tank pun tak mampu menghentikan senjata ini. Oh iya, dan satu lagi Pak…”

Petugas itu mengambil sebuah kotak yang lebih kecil dan membukanya. Kali ini AKBP Jono tak kalah terkejutnya.

“Ini???”

“Iya Pak, bahan peledak C4 generasi terbaru. Bahkan Amerika belum secara resmi menggunakannya dalam militer, karena daya ledaknya yang belum bisa terprediksi”

Bagaimana bisa mereka mendapatkan persenjataan secanggih ini? Apakah Amerika terlibat mendanai mereka?

“Kita harus secepatnya memberi tahu markas pusat. Aku rasa pihak asing sudah ikut campur dalam masalah ini.” Gumam AKBP Jono

“Cepat bawa mereka berenam ke markas untuk diinterogasi. Korek keterangan sebanyak mungkin. Kita tak bisa menganggap remeh urusan ini” Perintahnya

“Siap Pak”

***

“Halo..”

“Markas Anton sudah digrebek Pak, Seluruh asset kita disita”

“Bagaimana mungkin? Markas itu kan tersembunyi di pinggiran kota dan terletak diantara banyak perumahan serupa. Tidak mungkin bisa ditemukan begitu saja, karena itu aset-aset persenjataan kita tempatkan disana”

“Sepertinya ada intel disana Pak”

“Baiklah, tetap berhati-hati, jangan sampai terlacak oleh mereka lagi”

“Siaapppp, lalu aset-aset kita bagaimana Pak?”

“Tenang saja, aku akan bicara dengan Direktur. Agen kita juga sudah mulai diterjunkan.”

“Lalu soal Zafran bagaimana Pak?”

“Belum saatnya dia untuk digunakan”

Terpopuler

Comments

Zhie Zakina

Zhie Zakina

klo d bikin film bagus ni...

2020-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!