Bab 12

Hari ini adalah hari yang sangat dinantikan oleh Arman, karena hari ini dia akan berlatih menembak di tempat biasanya. Meskipun sudah menjadi rutinitas, tetapi ada yang membuat latihan kali ini begitu spesial bagi Arman. Jadwal latihannya saat hari libur kuliah, jadi Arman bisa dengan sepuasnya berlatih dari pagi hingga sore.

Shinta berkali-kali duduk, berdiri dan mondar-mandir di ruang tamu, hampir satu jam dia menunggu Arman yang tak kunjung keluar dari kamarnya. Katanya sih tadi mau siap-siap dulu, tapi nyatanya Shinta harus menunggunya hampir satu jam, entah persiapan apa saja yang sedang Arman lakukan.

Beberapa menit kemudian akhirnya terdengar langkah kaki menuruni tangga dengan tergesa-gesa.

“Tumben banget dandanmu lebih lama dari biasanya” Celetuk Shinta beranjak berdiri dari duduknya.

“Dan tumben banget lo hafal berapa lama gue dandan” Balas Arman tak mau kalah.

Hati Shinta agak diselimuti rasa sebal dengan sikap Arman yang sombong dan acuh, ingin rasanya dia mendaratkan sebuah pukulan di mulut putra presiden yang sombong itu. Tapi Shinta sudah terbiasa dengan segala sikap Arman, bahkan yang ini lebih mendingan daripada dulu saat pertama mereka kenal.

“Yaudah sorry deh kalau bikin lo nunggu.” Ujar Arman seketika menghilangkan kesebalan Shinta.

“Sorry? Dia barusan bilang sorry ke aku? Apa aku ndak salah denger? Dia ndak lagi kesambet kan?”Tanya Shinta dalam hatinya.

Ini pertama kalinya Shinta mendengar Arman berkata “Sorry” padanya, dia masih tak percaya dengan apa yang didengarnya barusan.

“Yaudah yuk berangkat, kita jemput Arinda dulu ya” Ujar Arman bergegas pergi.

Nama “Arinda” seketika membuat Shinta terbangun dari keheranannya, dia baru ingat kalau ternyata Arman mengajak Arinda latihan menembak kali ini, pantas saja dia dandan lebih lama tadi.

Shinta tak pernah memberi tahu Arman mengenai identitas Arinda yang sebenarnya, Shinta merasa itu tak perlu, nantinya Arman juga bakal tahu sendiri. Lagipula Shinta belum tahu pasti Arinda berasal dari institusi intelijen mana.

Mobil pun agak melambat, dari kejauhan Nampak seorang cewek tengah berdiri sendiri di pinggir jalanan yang sepi. Arman menyipitkan matanya dan mengenali sosok cewek itu.

“Shin, lo pindah duduk sini ya, biar gue yang dibelakang sama Arinda” Ujar Arman sambil menerobos menuju kursi belakang.

Shinta masih heran melihat tingkah Arman, sementara mobil pun semakin menepi dan mendekati tempat cewek itu berdiri.

“Buruan Shin” Paksa Arman, dan Shinta pun bergegas bangkit menerobos menuju kursi depan.

“Arinda…ayo masuk sini” Ajak Arman setelah membuka pintu mobilnya.

Cewek itu pun tersenyum manis lalu mengambil duduk yang telah Arman persiapkan.

“Sorry, lo udah lama nunggu ya?” Ujar Arman basa-basi.

“Ndak kok Man, aku juga barusan nyampek” Jawab Arinda dengan senyum manisnya yang semakin membuat Arman terpesona.

“Kenapa ndak gue jemput di rumahmu aja sih? Kan lebih gampang. Ntar pulangnya gue antar sampek rumah ya” Desak Arman.

“Eh jangan Man, ehmmmm….dirumahku lagi ada acara keluarga gitu, jadi mending jangan dulu deh ya” Cegah Arinda

Shinta yang mendengar alasan Arinda pun mengerti kalau sebenarnya dia sedang berbohong, Sebagai intelijen Arinda tak mau mengambil resiko yang membahayakan identitasnya.

Mobil pun melanjutkan perjalanannya menuju tempat pelatihan menembak, sementara Arman dan Arinda asyik ngobrol, Shinta sesekali mengawasi mereka berdua dari kaca mobil. Pada saat pelatihan menembak pun Shinta lebih banyak melihat keasyikan mereka berdua dari kejauhan.

Shinta merasa agak canggung kalau ikut nimbrung bersama mereka, dan di hatinya juga sedikit terbesit perasaan iri dan tidak senang. Dia sendiri juga tak tahu mengapa bisa muncul perasaan semacam itu dalam hatinya. Dan ternyata Robin menyadari hal itu,

“Kamu terlalu serius mengawasi mereka berdua Shin” Ujar Robin, Shinta yang sedang mengawasi sambil melamun pun terkejut.

“Itu udah jadi tugasku kan Kak” Jawab Shinta berusaha terlihat tenang.

“Apa kamu pernah merasakan cemburu sebelumnya?” Tanya Robin mencoba memancing.

Shinta agak kaget mendengar pertanyaan semacam itu, ditambah lagi dengan tatapan Robin yang cukup aneh.

“Cemburu? Maksud Kakak?”

“Ah sudahlah, nanti kamu juga akan mengerti” Jawab Robin, yang membuat Shinta semakin tak mengerti dengan  maksud perkataan Robin.

***

Keesokan harinya saat di kantin kampus tempat biasa mereka berempat nongkrong, entah apa yang terjadi dengan Arman, dia Nampak sedikit lebih periang dari biasanya. Hal ini membuat Anastya dan Ardi agak heran dengan tingkah Arman tersebut.

“Shin, si Arman lo apain? Senengnya udah kayak orang ketemu jodohnya aja” Tanya Ardi saat Arman pergi memesan makan.

“Entahlah, dia seperti itu semenjak usai latihan menembak kemarin” Jawab Shinta tak mengerti. Sebenarnya Shinta merasa tak ada yang aneh dengan sikap Arman tersebut, atau lebih tepatnya tak mau memperdulikannya.

“Dia kemarin latihan sama lo doang?” Tambah Anastya.

“Enggak…dia ngajak Arinda kemarin”

“Woooo…pantesan” Ujar Anastya dan Ardi secara bersamaan.

“Apanya yang pantesan?” Tanya Arman yang tiba-tiba udah berdiri di belakang mereka.

“Ndak papa, Cuma ada yang dapet gebetan baru tapi ndak mau bilang-bilang, ya kan An?” Sindir Ardi.

“Betul banget tuh” Ujar Anastya setuju.

Arman hanya tersenyum tak menanggapi, dia tahu siapa yang mereka maksud. Tapi karena Arman lagi ndak pengen memperpanjang pembicaraan mengenai hal itu, maka dia lebih banyak diam dan tersenyum aja.

***

“Man, boleh aku Tanya sesuatu?” Bisik Shinta saat di kelas.

Kebetulan sekali saat matakuliah elektronika dasar itu Shinta duduk di samping Arman, padahal biasanya dia lebih memilih duduk di belakangnya.

“Tanya apaan?”

Shinta terdiam sejenak, tak seharusnya dia menanyakan hal ndak penting ini pada Arman. Entah apa yang membuatnya terdorong untuk menanyakannya.

“Shin..” Bisik Arman, Shinta pun terbangun dari lamunannya.

“Ehmmm…kamu beneran suka sama Arinda?” Tanya Shinta agak ragu-ragu.

“Kenapa lo Tanya kayak gitu?”

“Ndak papa kok, mungkin karena lagi bosen aja jadi aku Tanya hal yang ndak penting kayak gitu” Ujar Shinta mengelak.

Arman semakin heran dengan sikap Shinta itu, dia yang awalnya ndak pernah membahas apapun mengenai diri Arman, kini sedikit-sedikit mulai berubah.

“Yaaa gimana ya…Arinda cantik sih, tapi aku rasa Cuma sebatas itu. Anggap aja sikapku ini seperti ketertarikan cowok pada cewek cantik, bukan ketertarikan hati sepenuhnya”

Shinta hanya manggut-manggut tak menjawab, jawaban Arman itu sudah membuatnya cukup puas dan cukup lega. Arman pun juga tak memiliki sepatah kata pun untuk diucapkan lagi, dia tak mau berfikiran terlalu jauh.

“Lo masih mencurigai dia?” Tanya Arman beberapa lama kemudian.

“Semua mahasiswa hingga dosen baru wajib untuk dicurigai. Ancaman *** masih belum sepenuhnya hilang, kami harus mewaspadai siapapun.” Jawab Shinta.

Arman tak berkomentar lagi, dia sudah hafal betul dengan sifat para agen Paspampres yang menurutnya kelewat waspada alias lebay itu. Selama dia tak menganggu kebebasannya, Arman dapat mengabaikan hal itu.

“Sebaiknya kamu jauhi Arinda” Ucap Shinta yang membuat Arman tercengang.

“Gue ndak ngerti deh sama pola pikir lo, kenapa juga gue harus jauhin dia?” Bisik Arman.

Kalau tidak sedang ada perkuliahan, mungkin Arman akan langsung berdiri dan membentak Shinta mengenai ucapannya itu.

“Dia seorang agen intelijen Man” Jawab Shinta.

“Ha? Intelijen? Lo ndak lagi mengada-ada kan? Masa sih?”

“Tapi aku belum tahu dia berasal dari Institusi mana. Untuk sementara bisa diasumsikan dia tak berbahaya, tetapi tetap saja kami tak mau ambil resiko dan harus tetap waspada”

Arman hanya menghela nafas panjang, dia sebenarrnya tak menerima alasan semacam itu. Hanya karena belum terlalu kenal bukan berarti kita bisa seenaknya menilainya. Shinta juga hanya diam tak berkata-kata lagi, sebenarnya dia juga tak menyangka akan mengatakan hal semacam itu.

Benarkah aku melakukan hal itu untuk melindungi Arman? Renungnya.

Meskipun Shinta adalah seorang tentara terbaik Kopassus yang direkrut oleh Paspampres, tetapi hatinya tetaplah seorang remaja seumuran Arman. Perasaan iri saat melihat kedekatan Arman dan Arinda kini perlahan-lahan mulai membesar. Yang awalnya Shinta hanya focus dan memperdulikan tugasnya saja sebagai pengawal, tapi kini kepeduliannya perlahan tumbuh.

Terpopuler

Comments

Zhie Zakina

Zhie Zakina

keren ceritanya, sepertinya author bnyk bgt baca reperensi tentang dunia militer...jgn" author dr militer ni... hehehe

2020-02-22

1

noragami

noragami

bagus banget cerita ini...

2020-01-14

1

LEVIATHAN♛

LEVIATHAN♛

eh, kalo asli nya... cewek bisa masuk kopasus nggak sih 🤔

2019-12-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!