Malam itu para anggota Paspampres tengah melakukan breafing untuk beberapa informasi terbaru.
“Ndak…dia ndak ada di dalam database intelijen maupun warga sipil, kamu salah eja namanya
mungkin?” Tanya Rendy sambil terus mengutak-atik laptopnya.
Sebelum brifing Shinta meminta tolong pada Rendy untuk melacak latar belakang Arinda, karena hanya dia yang memiliki akses ke database BIN (Badan Intelijen Negara).
“Masa sih? Beneran kok namanya Arinda, di absen pun namanya juga seperti itu.” Jawab Shinta yakin.
“Kecuali dia memang benar-benar berasal dari Institusi paling rahasia dan lebih tertutup.” Ujar Rendy
“Maksudmu Di luar BIN? Bukannya badan intelijen kita Cuma BIN aja?”
“Aku juga tak terlalu yakin, ada sebuah rumor yang mengatakan bahwa intelejen sekelas CIA dan KGB sudah lama mengawasi Negara kita. Kemungkinan dia juga ada kaitannya dengan kedua organisasi besar itu” Jawab Rendy sambil membenarkan duduknya, karena beberapa saat kemudian brifing segera dimulai.
“Haruskah aku laporkan hal ini?” Bisik Shinta.
“Tidak perlu…sebaiknya kau selidiki sendiri saja” Balas Rendy.
Shinta mengangguk tanda sependapat.
“Tapi kamu harus hati-hati, kita ndak tahu apa tujuan dia dan berada di pihak mana.” Tambah Rendy.
“Oke Siap” Sahut Shinta.
Malam itu nampaknya ada hal penting yang ingin disampaikan oleh Kolonel Ivan Rusdian, Komandan Paspampres. Dan juga brifing ini dihadiri oleh semua unit level 1 seperi Bagas sebagai pimpinan unit, Shinta, Rendy, Robin, Bima, Dimas, dan juga Sandra.
Diantara mereka yang paling senior adalah Sandra (30 tahun), yang sebelumnya berada di unit level 3. Atas permintaan presiden juga Sandra menemani Shinta, tapi hal ini tanpa sepengetahuan Arman.
“Mohon maaf saya sedikit terlambat, akan saya jelaskan situasinya secara ringkas. Minggu lalu beberapa tahanan militer berhasil lolos dari penjara, dan saya rasa kalian sangat mengenal mereka” Ujar Kolonel Ivan lalu menampilkan sebuah foto melalui slide nya.
“Tidak Mungkin” Gumam Bagas tak percaya. Seluruh ruangan ini Nampak syok seperti melihat hantu saat foto ditampilkan, kecuali Shinta.
“Negara kita benar-benar dalam bahaya, setelah kejadian setahun yang lalu, Zafran beserta keempat anggotanya merupakan pemberontak nomer satu di negeri ini.
Bukti-bukti menunjukkan bahwa yang membantu mereka adalah sisa-sisa anggota Zafran yang masih buron.” Kolonel Ivan berhenti sejenak.
“Mereka itu siapa?” Bisik Shinta pada Rendy.
“Para Mantan anggota Kopassus yang melakukan pemberontakan setahun yang lalu, dan juga yang menculik putra presiden” Jawab Rendy. Shinta agak tercengang mendengarnya, sekarang Shinta baru mengerti mengapa saat itu putra presiden bisa diculik dengan mudahnya. Lawan mereka cukup berat, yaitu mantan anggota Kopassus.
“Dan masalah yang lebih besar adalah mereka ternyata memiliki persenjataan yang cukup canggih. Kami belum tahu pasti bagaimana mereka mendapatkannya.
Ada kemungkinan mereka menyusupkannya melalui jalur udara. Tapi yang pasti, mereka akan mencoba melakukan kudeta kembali, dan pastinya dengan rencana yang lebih rapi serta persenjataan yang lebih canggih.
Saya nyatakan semua penjagaan paket dalam status siaga penuh. Kita akan terhubung langsung dengan BIN sehingga lebih mudah untuk memantau keadaan. Ada pertanyaan?” Ujar Kolonel Ivan.
Bagas memgangkat tanganyya.
“Ya, Bagas?”
“Seberapa canggih peralatan mereka Kolonel?” Tanya Bagas.
“Cukup Canggih. Beberapa minggu yang lalu Densus 88 berhasil menggerebek sebuah rumah yang dicurigai sebagai markas teroris, dan ternyata itu adalah sebuah gudang senjata milik mereka, disana ditemukan beberapa peti berisi MP5 dan M16 varian terbaru, bahan peledak C4 generasi terbaru, RPG hingga rudal Javelin.
Saat pembebasan Zafran pun mereka menyerang menggunakan RPG, helicopter sejenis apache dan peralatan serbu terbaru. BIN meyakini bahwa kedua peristiwa ini didalangi oleh pelaku yang sama.
Karena semua peralatan itu adalah keluaran terbaru milik Amerika” Jawab Kolonel Ivan.
Kolonel berhenti sejenak untuk menunggu pendapat Bagas. Tapi nampaknya Bagas cukup puas dengan penjelasan itu.
“Untuk itu unit level 1 pengawalan putra presiden, selain Shinta beberapa anggota yang lain juga akan diterjunkan ke lapangan. Sandra akan mendapat akses ke dalam kampus, lalu Robin akan ditemani Bima dan Dimas.” Tambah Kolonel.
“Arman pasti akan mengeluh habis-habisan” Gumam Shinta.
Semenjak malam itu, terjadi sedikit perubahan mengenai formasi penjagaan Paspampres. Agen lapangan yang awalnya Cuma satu ditambah menjadi 3-4 agen. Kolonel Ivan juga menempatkan orang-orang tertentu yang mendapat akses masuk ke sekolah dan kampus, mereka menyamar dan mengawasi dari jauh.
***
“Gimana tugasmu menjaga Arman?” Tanya Rendy saat dalam perjalanan mengantar Shinta pulang.
“Maksudnya?” Tanya Shinta.
Rendy menghela nafas panjang, meskipun Shinta adalah seorang agen tapi tetap saja dia adalah gadis berusia 21 tahun, masih harus dijelaskan lebih detail.
“Yaaaa…hubungan kalian gimana? Kalian seumuran masa tetep diem-dieman aja…ya kalau sama Robin sih wajar karena terpaut umur.” Ujar Rendy menjelaskan.
“Ohhh..” Ujar Shinta lirih. Lalu dia terdiam, dia merasa bingung mau menjawab apa. Lebih tepatnya dia bingung mau berkata jujur atau tidak.
“Heyyy…kok ngelamun sih?”
Shinta terbangun dari lamunannya, tak terasa dia sudah terdiam beberapa menit.
“Hemmmm…aku sudah akrab sih dengan dia, sama teman-temannya juga.” Jawab Shinta. Rendy tetap melirik ke arah Shinta. Dia merasakan ada yang aneh dengannya, Shinta menjadi tak fokus saat ditanya tentang Arman.
“Shin…” Panggil Rendy.
“Heh? Iya ada apa?”
“Yah ngelamun lagi deh, udah nyampek ini” Ujar Rendy. Shinta menoleh dan ternyata mereka sudah sampai di depan gerbang. Shinta langsung bergegas turun dari mobil.
“Makasih ya Rendy”
“Hey Shin, inget tetap waspada dan jangan terlalu sering melamun” Ujar Rendy sambil tersenyum.
Shinta tersenyum malu mendengar sindiran itu, dan kemudian masuk kedalam rumah
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments