Bab 2

Sebuah peluru karet melesat sejauh 500 meter dan menghantam lingkaran target. Arman kembali menghembuskan napas setelah melepaskan tembakan terbaiknya. Entah kenapa secara spontan tubuh Arman berhenti bernapas saat detik-detik terakhir menarik pelatuknya.

“Jangan tahan napasmu nak Arman, itu bisa mengurangi konsentrasimu” Ujar Pak Rahmat, pria 40 tahun yang menjadi instruktur menembak terbaik di tampat pelatihan itu.

“Aku justru tak bisa fokus kalau tak menahan napas Pak”

Pak rahmat hanya tersenyum sambil menggeleng, dia memakai teropongnya untuk melihat akurasi tembakan barusan.

“Cukup bagus, Cuma meleset beberapa milimeter dari target, setidaknya itu lebih mendingan dari pada punya Anastya dan Ardi tadi” Ujar Pak Rahmat bangga.

“Wahhh, lo hebat ya Man. Gue jadi ikutan bangga” Ujar Anastya seraya akan memeluk Arman.

Tapi dengan cepat Arman berkelit dan malah mengenai Ardi.

“Iiiihhhh” Anastya langsung mengibas-ngibaskan tangannya setelah tahu bukan Arman yang dipeluknya.

“Makanya jadi cewek jangan genit-genit, jadi meluk gue kan lo” ejek Ardi sambil tersenyum senang.

Arman tertawa terbahak-bahak melihat tingkah kedua teman baiknya itu, Pak Rahmat Cuma menggeleng sambil tersenyum melihat ketiga murid kesayangannya itu.

Dari kejauhan terlihat seorang pemuda berpakaian rapi dan berjas hitam berjalan dengan agak terburu-buru menghampiri tempat Arman latihan. Dia adalah Robin, anggota Paspampres yang mengawal Arman setelah tragedi penculikan setahun yang lalu.

“Itu siapa?” Tanya Ardi sambil menunjuk seorang cewek yang berjalan di samping Robin. Arman hanya menggeleng penuh tanda Tanya.

“Kayaknya boleh juga tuh cewek” Celetuk Ardi tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun.

“Biasa aja deh kayaknya” Tandas Arman sok cuek.

“Dasar Cowok, matanya jelalatan kalau lihat cewek” Gerutu Anastya

Akhirnya mereka berdua semakin mendekat, perhatian Arman sedikit-sedikit mulai melirik pada cewek itu, dan dalam hatinya sedikit mengakui kalau ternyata cewek itu cukup manis.

“Itu siapa Kak?” Tanya Ardi tak sabar. Arman juga ingin menanyakan hal itu tapi ternyata keduluan sama Ardi.

“Perkenalkan ini agen Shinta, dia yang akan mengawal Arman kapanpun dan dimanapun, termasuk di dalam kampus.”

“Buat apa Kak? Bagiku Kak Robin aja udah cukup. Kenapa ditambah satu lagi?” Potong Arman. Dalam hatinya merasa kebebasannya akan terancam jika agen-agen berpakaian terlalu rapi seperti Robin selalu berada di sekelilingnya.

“Lo ngomong apaan sih? Dia kan lumayan cantik, masa lo tolak sih?” Bisik Ardi pada Arman.

“Kak Robin aja udah bikin gue malu di depan teman-teman, masa kemana-mana mesti sama dia? Ini malah mau ditambahin satu agen lagi, lo pikir gue ndak risih apa?” Jawab Arman ikut berbisik.

Tanpa sengaja Arman melihat Shinta menatapnya dengan tatapan menyelidik, sepertinya dia mengerti pembicaraan Arman dengan Ardi barusan.

“Ini perintah dari Pak presiden, beliau sendiri yang memilihnya. Dan dia ndak akan berpakaian rapi sepertiku, tapi dia akan menyamar sebagai mahasiswi dengan pakaian seperti biasa. Jadi ndak perlu malu jika dia berada di dekatmu” Ujar Robin menjelaskan.

Arman sudah tak punya alasan lagi untuk menyingkirkan agen cewek itu.

“Yaudah deh” Ujarnya menerima

“Ingat baik-baik pesanku tadi, dan ingat apa yang pak presiden katakan padamu. Aku serahkan dia padamu” Ujar Robin seraya menepuk pundak Shinta dan pergi, Shinta hanya mengangguk mengerti.

Sementara Ardi dan Anastya sibuk berkenalan dengannya, Arman menyambar sebuah senapan laras panjang di meja dan mengisi magasennya dengan beberapa butir peluru karet.

“Lo pasti agen terbaik di kesatuanmu kan? Sampek-sampek ayahku memilih lo untuk menjaga gue” Ujar Arman sambil berjalan mendekati Shinta, kedua tangannya membawa senapan yang dia ambil tadi.

Dalam jarak 2 meter Arman melemparkan senapan itu pada Shinta, dan secara spontan Shinta berhasil menangkapnya. Ini membuat Arman sedikit terkejut,

“Gila nih cewek, bisa langsung nangkep senapannya, pakek tangan kiri lagi. Senapan itu kan lumayan berat” Gumam Arman dalam hati. Arman berusaha menepis kekagumannya itu.

“Gue mau tes lo dulu. Tunjukkan kemampuan  menembakmu. Kalau lo…”

Belum sempat Arman menyelesaikan ucapannya, Shinta sudah mengangkatnya dan membidikkan senapan itu, lalu dua detik kemudian sebuah peluru karet melesat mendarat tepat di titik target. Pak Rahmat langsung meneropongnya,

“Akurat sekali, tak meleset sedikitpun” Ujar Pak Rahmat.

Kekaguman Arman bertambah dua kali lipat, termasuk juga Anastya dan Ardi yang berhasil terbengong-bengong dibuatnya.

“Lumayan” Ucap Arman agak menahan rasa kagumnya.

“Pulang yukk, udah sore nih” Ajak Arman seraya berjalan meninggalkan kedua temannya. Shinta dengan cepat menyusul Arman, dia benar-benar mengikuti kamanapun Arman pergi.

“Kemampuan menembaknya hebat banget” Bisik Ardi yang tiba-tiba saja sudah menyusul Arman.

“Lebih tepatnya mengerikan” Balas Arman.

“Maksud lo?”

“Senapan yang kuberikan tadi hanya memakai teropong biasa, bukan teropong pembesar. Dan dia bisa mengenai target sejauh itu dengan tepat dan dalam hitungan detik. Dia juga tak perlu berganti posisi tadi, dia sepertinya sudah terlatih banget” Bisik Arman, dan Ardi pun hanya bisa terbengong tanpa bisa mengungkapkan kekagumannnya.

***

“Kok Lo diem-dieman sih? Ajak ngomong kek” Bisik Ardi yang duduk di jok belakang Arman.

“Gue harus ngomong apaan?”

“Ya ajak kenalan aja, lo kan belum kenalan sama dia. Lo berdua jadi kayak orang marahan tau ndak, deket tapi diem-dieman” Jawab Ardi masih berbisik.

“Lo berdua lagi bisik-bisik apaan sih? Dari tadi ndak kelar-kelar” Tanya Anastya penasaran.

“Udah lo diem aja” Sahut Ardi.

Beberapa saat kemudia Arman mengulurkan tangannya pada Shinta. Dan Shinta pun menoleh, tak bereaksi dengan tatapan bingung.

“Gue Arman, kita belum sempat kenalan tadi” Ujar Arman sambil berusaha sedikit tersenyum.

“Aku Shinta, Iya gapapa kok” Sahut Shinta seraya menjabat tangan Arman.

Walau agak sedikit canggung, tapi pada akhirnya Arman dan Shinta terlibat dalam perbincangan yang cukup seru. Shinta bercerita banyak tentang pengalamannya saat di pendidikan Kopassus, sedangkan Arman sangat tertarik sekali dengan hal-hal yang berbau militer, sebenarnya mereka berdua cukup cocok.

“Ngomong-ngomong lo kok pakai sarung tangan terus sih? Emangnya harus banget ya agen kayak gitu?” Tanya Arman yang penasaran.

Shinta nampaknya agak terkejut mendengar pertanyaan itu

“Maaf, kalau hal itu aku gak bisa jelasin. Emang dari dulu udah kebiasaan gini kok”  Jawabnya sedikit bingung.

Arman terdiam sambil memandang lebih tajam tangan Shinta yang terbungkus sarung tangan itu. Shinta menjadi agak risih, kalau bukan anak presiden dia mungkin udah menghajar Arman habis-habisan. Obrolan mereka pun terhenti, suasana menjadi canggung kembali.

“Ke Time Zone yukk” Ajak Anastya tiba-tiba.

“Ngapain??” Arman dan Ardi serentak menjawab

“Gali kuburan, ya main game lahhh” Tukas Anastya

“Iya tapi sekarang jam 5 sore An, udah waktunya jam pulang kantor, pasti macet banget kesananya” Cegah Arman.

“Yaaahh Man, lo kan anak presiden, apa gak bisa gitu nyuruh polisi bersihin jalan?” Ujar Anastya setengah memohon.

“Udah deh, gak usah mulai bawa-bawa jabatan ayah gue” Gerutu Arman. Dia memang amat sangat tak suka apabila segala sesuatunya dihubung-hubungkan dengan jabatan ayahnya.

“Ayolah, Man…besok kan hari sabtu, mumpung kuliah libur. Lo pulang kerumah juga ngapain? Palingan tidur dan main game, mendingan main ke Time Zone”

Hati Arman mulai goyah, sebagian dari hatinya membenarkan ucapan Anastya barusan.

“Tolong usahain dong” Ucap Arman pada Shinta.

Shinta hanya mengangguk dan mengeluarkan seperti HT mini dari sakunya.

“Paket 1 menuju Time Zone, minta untuk bersihkan jalan” Ujar Shinta lewat HT nya

“Paket 1?” Tanya Arman

“Kode kami untuk putra presiden” Jawab Shinta

“Sekalian saja Paket Hemat…” Ejek Arman sinis.

Terpopuler

Comments

Zhie Zakina

Zhie Zakina

wihhhh mantep ni ceritanya...

2020-02-22

0

tiffani

tiffani

seru2 thor biasay kn klo d film2 gt yg jd pengawaly kn cwo nih tp dsni thor bikin jd cwe keren thor👍👍

2020-01-27

0

Ibrahim Dasy

Ibrahim Dasy

kereen

2020-01-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!