Bab 9

Matakuliah pagi itu membuat seluruh penghuni kelas kembali diselimuti tanda Tanya. Karena matakuliah termodinamika ini seharusnya diajar oleh Bu Rita, tapi yang masuk ke kelas adalah sesosok wanita paruh baya berumur 30 tahunan, berambut lurus panjang dan memakai kacamata tipis.

“Model shampoo dari mana nih?” Bisik Anastya yang disusul ketawa cekikikan Arman dan Ardy.

Setelah meletakkan buku-buku tebalnya, wanita itu menatap seisi kelas yang perhatiannya tengah terpaku padanya.

“Perkenalkan nama saya Prof.Dr.Sandra Enggar Wati, M.Sc. Saya dosen yang akan menggantikan Bu Rita untuk mengajar Termodinamika.” Ujar Sandra memperkenalkan diri. Seluruh kelas bergumam kecuali Shinta.

“Baiklah, langsung kita mulai saja ya kuliahnya” Ucap Sandra sambil membuka buku tebalnya.

Shinta menarik lengan baju Arman secara perlahan, Arman menoleh dan mendekatkan telinganya pada Shinta.

“Itu Kak Sandra, salah satu agen Paspampres juga” Bisik Shinta. Arman langsung terkejut mendengar itu.

“Ngapain dia? Ngawasin gue juga? Lo tahu sendiri kan gue paling benci….”

“Situasinya sedang tak aman” Sela Shinta. Arman terdiam, perasaannya mulai tak enak. Pikirannya menerka-nerka akan terjadi sesuatu hal yang buruk lagi padanya.

“Emangnya ada apaan sih?” Tanya Arman

“Nanti aku ceritakan, yang pasti percayakan semuanya pada kami” Jawab Shinta.

***

Kuliah pagi itu langsung dipegang oleh Bu Sandra, Shinta tak menyangka kalau disamping sebagai agen yang hebat, ternyata Sandra juga sangat mahir mengajar matakuliah yang menurutnya sangat sulit. Dan seusai kuliah, Sandra tiba-tiba memanggil Shinta.

“Kamu tolong bantu Ibu membawa buku-buku ini ya” Pinta Sandra.

Shinta pun bangkit dan bergegas membawakan buku-buku tebal milik Sandra. Dia masih tak habis pikir bagaimana Sandra mampu menguasai seluruh isi buku-buku ini.

“Kamu harus meningkatkan pengawalanmu, jangan biarkan Arman terlepas dari pengawasan. BIN memberikan informasi kalau kemungkinan besar para teroris itu akan melakukan aksinya di kampus ini. Aku akan membantumu dari jauh” Ujar Sandra.

Shinta hanya terdiam mendengarkan informasi itu dengan seksama.

***

Seusai matakuliah itu, Arman langsung menagih janjinya Shinta ketika dikelas tadi.

“Nah sekarang bisa lo ceritain apa yang sebenarnya terjadi” Ucap Arman tepat setelah Shinta duduk. Anastya dan Ardi saling berpandangan, tak mengerti apa maksud dari perkataan Arman. Shinta masih terdiam ragu untuk mengatakannya.

“Lo gak usah khawatir, Anastya dan Ardi juga perlu tahu hal ini. Keselamatan gue keselamatan mereka juga” Ujar Arman meyakinkan.

Kini pandangan mereka bertiga tertuju pada Shinta, menunggu penjelasan yang akan dia ucapkan.

“Kampus ini sedang dalam bahaya” Jawab Shinta singkat. Tapi cukup membuat Arman, Ardi dan Anastya kaget mendengarnya.

“Ini berarti bukan Cuma masalah gue doang? Kenapa ndak lo hubungi pihak kampus aja untuk berjaga-jaga.” Usul Arman. Ardi dan Anastya sependapat dengan itu.

“Ndak bisa, kami ndak mau membuat heboh seisi kampus. Informasi ini juga baru prediksi dari BIN saja. Biarlah kami yang meningkatkan penjagaan”

“Apa ada hubungannya dengan peristiwa setahun yang lalu?” Tanya Anastya.

Wajah Arman langsung berubah drastis, kembali terlintas di ingatannya tragedy yang menimpa dirinya setahun lalu. Ardi langsung mendelikkan matanya pada Anastya, memberi kode kalau dia tak boleh mengucapkan hal itu di depan Arman.

“Ehh, Sorry Man…gue ndak bermaksud ngingetin lo” Ujar Anastya menyadarinya.

“Gapapa, gue juga pengen tahu itu. gimana Shin?” Jawab Arman.

“Kemungkinan besar iya, terlebih lagi Zafran beserta timnya juga berhasil kabur dari penjara kemarin. Tapi kini mereka memiliki persenjataan yang lebih canggih, pasukan lebih banyak dan pastinya dengan rencana yang lebih matang” Ujar Shinta menjelaskan.

“Sialan” Umpat Arman. Rasa gelisah kembali menyelimuti hatinya, bahkan juga dirasakan oleh Ardi dan Anastya. Mereka berempat terdiam cukup lama,

“Tenang Man, gue yakin Shinta dan beserta Agen Paspampres yang lain akan lebih waspada. Mereka tak akan membiarkan lo dalam bahaya. Ya kan Shin?” Ujar Ardi mencoba menenangkan.

Shinta mengangguk mengiyakan. Kegelisahan Arman perlahan memudar, mengingat adanya satu agen lagi yang menyamar sebagai dosen dan juga kemampuan Shinta yang terbilang menakjubkan, Arman percaya mereka telah meningkatkan system pengamanannya. Tapi bukan berarti kegelisahannya pudar sama sekali.

“Ngomong-ngomong besok pagi kita jadi kan?” Ujar Arman memecah kesunyian.

Anastya dan Ardi terdiam sejenak, mengingat-ingat tentang kegiatan apa yang dimaksud oleh Arman.

“Jangan bilang kalian lupa” Ucap Arman mulai kesal.

“Ohhhh, ke pelatihan nembak ya? Waduh kayaknya gue ndak bisa nih Man, sepupu gue ada yang mau kerumah. Sorry banget ya..” Ujar Ardi menyesal

Arman terdiam kecewa, padahal satu-satunya yg dia harapkan adalah Ardi. Lalu Arman memandang ke Anastya.

“Gue bisa sih Man, tapi kan lo tahu sendiri kalau gue ndak terlalu suka kegiatan begituan.” Jawab Anastya seolah mengerti arti tatapan Arman.

Seketika Arman merasa bête dengan kedua temannya itu. Ini berarti tinggal dia dan Shinta saja.

Tapi seketika wajah Arman berubah drastis seperti melihat sesuatu, bergegas dia bangkit dari duduknya.

“Lo tunggu sini Shin, gue Cuma sebentar kok” Cegah Arman pada Shinta yang ikut berdiri juga. Shinta pun menurutinya.

Arman berjalan mendekati meja yang terdapat sesosok cewek tengah duduk sendiri.

“Itu kan Arinda. Yahhh…mulai lagi deh tuh anak” Gerutu Anastya.

Arman Nampak melakukan beberapa percakapan singkat, lalu dia pun kembali ke meja asalnya dengan wajah cengar-cengir.

“Udah beresss, lo berdua ndak ikut gapapa. Terserah” Ucap Arman dengan senyum yang tiada henti.

Ardi dan Anastya saling berpandangan, heran melihat tingkah Arman yang berubah drastis.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!