"Lalu apa yang harus aku lakukan??" Tanya Aether pada Sky.
"Selama tiga bulan kau di non aktifkan sebagai malaikat pencabut nyawa. Dan sebagai ganti nya kau akan aku turun kan ke dunia sebagai manusia. Selama tiga bulan ini kau harus mengawasi langsung segala gejolak yang terjadi di sekitar dia. " Tunjuk Sky ke Andhine.
Andhine yang tidak paham dengan apa yang kedua makhluk ini bicarakan hanya bisa mengedipkan mata berkali-kali.
"Tunggu!! Apa maksudmu, aku akan menjadi manusia ? Begitu? Oh no! No!! Itu sama saja kau menambah masa kerja ku, Sky!!" Tolak Aether mentah-mentah.
"Aku tidak sedang meminta persetujuan mu, Aether! Ini adalah perintah! Kau mau atau pun tidak mau, tetap jalan kan perintah ku ini. Setelah tiga bulan berjalan, baru kau bisa putuskan dia akan masuk ke tubuh yang mana! Ingat!"jelas Sky panjang kali lebar.
Usai mengatakan hal itu, Sky pun menghilang, meninggalkan Andhine dan Aether di ruangan itu begitu saja.
"Jadi ini semua terjadi karena kesalahan teknis dari mu?!! " Cibir Andhine yang kini sedikit lebih berani bicara pada Aether setelah tahu kalau ini adalah murni kesalahan Aether.
Aether tidak merespon apa yang Andhine katakan. Dia malah menjentikkan jarinya dan Tek..... , mereka telah sampai kembali ke rumah Hannah.
Kemudian dia kembali menjentikan jarinya dan dalam sekejap mata Andhine kembali masuk ke dalam tubuh Hannah.
***
"Huh- huh- Huh... huf!! Mimpi apa barusan? Apa aku baru saja mimpi bertemu dengan malaikat maut??" Sorot mata Andhine terlihat panik saat dia terbangun pagi itu.
Dengan nafas yang masih tidak beraturan Andhine mencoba melihat ke kiri dan ke kanan untuk memastikan tempat dia berada saat ini benar adalah kamar Hannah.
Mata Andhine men-scan seluruh sudut kamar, dan puji Tuhan, ini memang benar adalah kamarnya Hannah.
Andhine merasa lega! Sangat lega! "Syukurlah!" Ucap Andhine penuh rasa syukur.
"Tunggu dulu! Tanggal!" Seru nya ingin memastikan kalau hari ini adalah hari setelah hari kemarin. Karena kalau sampai hari ini jaraknya terlalu jauh dengan hari kemarin maka fix, semua yang dialaminya nyata.
Andhine segera mengambil handphone nya, dan sekali lagi di bersyukur karena hari ini memang hari setelah kemarin.
Andhine menekuk kan lututnya dan membenamkan wajahnya sambil menarik dan menghela nafasnya berkali- kali. "Astaga! Mimpi apa itu tadi? Seram dan sedikit tidak masuk akal." Gumam Andhine pelan. Dia lupa kalau apa yang terjadi padanya saat ini juga adalah sesuatu yang tidak masuk akal.
Untuk sesaat suasana kamar Andhine terasa sangat damai hingga sebuah suara cempreng memecah kedamaian itu.
"Ya Tuhan Hannah?!! Kamu belum mandi juga!!? Kamu pikir jam berapa ini, Hannah!!! Ini udah jam enam tiga puluh!! Kamu itu niat sekolah gak sih?!! Cepat sana siap- siap ke sekolah!" Ibunya Hannah memukul betis Andhine dengan tangkai sapu yang dia bawa.
"A- au! Iya bu! Iya bu!" Teriak Andhine sambil menghindar ke setiap pukulan yang datang ke betis.
"Sana! Cepetan! Kamu mau nebeng sama bapak gak? Itu bapak udah mau pergi tapi kamu nya mandi aja belum! Tidur kok kayak kebo?! Dari sore hingga pagi tiduur mulu! Apa masih belum puas?" Celoteh ibu Hannah masih on meski Andhine sudah ngibrit ke arah kamar mandi yang ada di luar kamar Hannah.
"Mandinya jangan lama- lama Hannah! Itu bapak udah mau pergi!!" teriak ibu nya Hannah dari luar kamar mandi.
Andhine yang seumur hidup tidak pernah mengalami hal ini tentu saja merasa aneh. Tapi perasaan aneh yang dia rasakan saat ini bukanlah sebuah perasaan yang negative. Malah sebaliknya, Andhine yang dipukul pakai tangkai sapu oleh ibu nya Hannah lalu diteriaki dari luar kamar mandi, malah merasa bahagia. Dia bahkan sampai senyam senyum sendiri. Tanpa Andhine dia sadari dia merasa ada sesuatu yang hangat di dalam hatinya.
***
"Kamu itu kenapa sih Hannah? Apa kamu masih sakit??" Tangan ibunya Hannah langsung nemplok di kening Andhine tanpa permisi.
"Sini bu! Biar Eja yang rasakan kening kak Hannah." Kini adik laki- laki nya Hannah juga ikut- ikutan nemplokin tangannya ke kening Andhine.
Tapi setelah itu, bukannya nempelin tangannya ke keningnya sendiri untuk membandingkan panas badan Andhine dengan panas badannya, eh si bocah sableng malah nempelin tu tangan ke pantat. Dan dengan wajah serius dia berkata ... "kayak nya kak Hannah udah gak demam deh buk."
Wajah tu bocah waktu mengatakan hal itu benar- benar sangat serius! Sungguh berbanding terbalik dengan banyolan yang dia barusan lakukan.
"Pletak!!! kamu ini Ja! Senang banget godaain kakak kamu!" Sebuah jitakan dari bapak nya membuat tu bocah meringis kesakitan dan langsung duduk di kursi nya.
FYI aja ya? *For Your Informantion. Di keluarga Hannah ini hanya memiliki empat kursi saja di meja makan mereka. Dan setiap kursi itu beda- beda warna nya. Tapi jangan bayangkan kursi- kursi ini pelangi- pelangi karena memang memiliki nilai estetik ya?!! No!! big no!
Kursi ini pelangi- pelangi karena memang kursi ini adalah kursi plastik yang bapak nya Hannah minta di tempat dia bekerja. Sejatinya kursi ini memang hanya terletak di sana dan tidak terpakai di gudang. Alias barang-barang sisa. Jadi itu lah mengapa warna kursi-kursi tersebut pelangi - pelangi.
Lalu mengapa jumlah nya empat? Itu karena jumlah orang di rumah itu ya memang hanya ada empat orang! Hannah, ibu Hannah, bapak Hannah dan adik laki- laki Hannah. Pas Empat.
"Udah! Buruan kalian makan. Bapak harus pergi lebih awal ini! Kalau kalian mau nebeng buruan makannya." Perintah si Bapak.
Eja sambil mengusap- usap palanya melihat ke arah bapak nya. " Kamu kenapa lagi Ja??" Ujar bapak lalu melahap nasi goreng plus teri goreng buatan ibuk.
"Ini pala Eja bocor karna bapak jitak." Banyolnya tapi dengan raut wajah serius, membuat orang bingung si Eja ini sedang serius atau sedang bercanda sebenarnya saat ini??.
"Alah! Disentil diikit aja bocor! itu pala apa tempurung lapuk?" Lawakan sang bapak yang membuat wajah Eja masam sedangkan Ibuk dan Andhine spontan tertawa.
"Alah! Pala Eja aja dikatain tempurung lapuk!! kalau pala kak Hannah beeeuh! batu meteor! Di jaga- jaga! Di elus- elus! Awas, ntar jin nya keluar!! " Sarkas Eja lalu mengunyah nasi sebanyak empat puluh empat kali.
"Ya jelas! Palanya kakak mu itu sangat berharga! Harus di jaga dengan sebaik- baik nya- ." ujar si bapak.
"dan dalam tempo sesingkat- singkat nya, Jakarta tujuh belas Mei dua ribu dua empat. " sambung Eja cepat.
Bapak dan anak ini terus saja berguyon sepanjang sarapan pagi yang penuh kehangatan itu.
***
Pak! Kak UPe juga mau kursi warna warni gitu!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ds Phone
neraka memang miskin
2025-01-16
0
FiaNasa
bapak & anak banyolannya kocak 🤣🤣🤣
2024-08-26
0
Emak Aisyah
keluarga yang okellh
2024-05-21
1