Kelima ciwi- ciwi itu berkumpul di mejanya Karina. Mereka mengerumuni Karina.
"Karina, coba deh hubungi buk Ernita trus tanyaain kenapa skors Hannah dicabut. Soalnya gue itu ya gak suka anak miskin kayak dia sekolah di tempat kita. Kayak gimana gitu? Lo kayak sedang sekelas dengan pembantu! Gak level banget!" Omongan Tyas memang selalu pedas seperti biasanya. Mulutnya memang suka ngomong sesuka dengkulnya. Dan sangat jarang menggunakan otaknya. Hmm- mungkin itu semua karena otaknya memang tidak ada.
"Gue setuju ama Tyas! Udah sejak kelas satu gue gak suka ama tu anak. Apaan coba? Cuma karena dia pintar gitu lantas automatically dia bisa gabung sama kita, yang jelas- jelas beda level!! Kayak kuman yang nempelin ke kulit tau gak sih? jijik banget." tambah Manda, yang omongan sudah pasti sama sebelas dua belas dengan Tyas. Maklum wong mereka kan satu circle.
"Actually ya! Sebenanya tu cara paling mudah buat tu anak miskin untuk cabut dari sekolah ini ya kita minta ama bokap- bokap kita aja untuk ngeluarin dia. Bereskan?" celetuk Sarah.
"Bokapnya Karina itu gak mau! even bokap- bokap kita setuju tapi kalau kata bokapnya Karina no, ya hasilnya tetap no!" Tukas Manda dengan muka bete nya, mematahkan ide cemerlang dari Sarah.
Wajah kelima ciwi- ciwi itu pun langsung menekuk dan tidak enak di pandang. Sudah lah mereka harus mengembalikan uang teman- teman mereka, orang yang mereka tidak sukai ternyata masih akan terus bersama mereka di kelas ini.
"Trus gebetan lo di XII IPA 2 gimana? masih nanya- nanya soal Hannah setelah video kemarin nyebar di tik tok?" tanya Karina pada Tiwi.
"Dia malah makin nanyain Hannah! malah jadi makin kepo dia tentang Hannah." Jawab Tiwi ketus.
"Lo yakin dia udah lihat tu tik tok?" Tanya Manda.
"Udah! dia udah lihat.Tapi dia kayak- kayak gak percaya gitu kalau Hannah bisa kayak gitu. Ck! Udah ah! Gak usah ngomongin tu anak lagi! Bete gue! Apa coba yang dia lihat dari si Hannah! rangking? Hannah kan rangkingnya di bawah gue! Tampang? Di mana- mana lebih cantik kan gue kali! terawat!!" Celetuk Tiwi membanggakan dirinya.
"Ya iya lah! Wong Lo keluar masuk salon kerjanya. Lah dia? keluar masuk gubuk derita." Sambung sarah yang langsung mengundang tawa teman- temannya yang lain.
"Tapi gue pikir- pikir aneh juga gak sih gaes???! Coba deh kalian renungkan dalam - dalam di dalam kepala kalian masing- masing, yang naksir si Hannah itu bukan hanya si Betrand anak XII IPA 2 aja kan? Ada Devan anak XII IPA 4. Trus ada Dilan, anak XII IPS .Hmm tunggu masih ada lagi. Ada Baim, anak XII IPA 1. Belum lagi senior- senior kita dulu yang naksir juga ama tu anak! Apa jangan- jangan dia main dukun atau susuk atau pelet? Soalnya banyak banget cowok- cowok di sekolah kita yang naksir ama dia." Manda mulai mengaitkan rasa irinya pada Hannah ke hal- hal mistis.
"Eh! bisa juga loh! Pembantu gue di rumah bilang, di kampung dia banyak banget yang pakai gituan untuk narik perhatian orang kaya. Gak nutup kemungkin emang!" timpal Tyas.
"CK! Kalian itu ngomong apaan sih! Gak ada hal- hal yang kayak gitu! Jangan ngadi- ngadi!" Karina segera membubarkan omongan yang mulai menyerempet hal mistis ini. Bukan apa- apa! Karina memang gak percaya dengan hal- hal yang begituan.
"BukKKk!!!" suara buku yang di hempaskan dengan sangat kuat ke atas meja membuat Karina and the gengs auto terdiam dan reflek serentak menoleh ke belakang.
"Napa kalian lihat- lihat?" Bentak Alan dengan tampang dingin, jutek dan satu alis yang terangkat yang membuat aura badboy nya makin kerasa.
Tu ciwi- ciwi langsung pada bubar tanpa membalas perkataan Alan.
"Lo apaan sih Lan?" sentak Karina pada Alan yang merupakan sepupunya.
"Gue? Gak ada! Gue cuma nepis debu yang ada di meja gue!" Jawab Alan sekenanya membuat Karina semakin kesal.
Karina dan Alan memang sedari dulu tidak pernah akur. Walaupun papinya Karina dan daddynya Alan adalah saudara kembar tapi sebagai sepupu Karina dan Alan persis seperti Tom and Gery.
"Ish! Napa juga sih nih anak pindah ke Jakarta! Dah bagus tinggal di Italia, temenan sama mario bros!" Celetuk Karina kesal.
***
Bel tanda pulang sekolah pun berbunyi. Siswa- siswa berbondong- bondong keluar dari kelas mereka.
Di depan pagar sekolah terlihat Hannah sedang berdiri sambil sesekali melihat ke dalam sekolah.
"Tuh anak pasti pulang lewat sini kan? Secara ini adalah gerbang keluar sekolah." gumam Andhine yang ternyata sengaja menunggu Alan di sana.
Andhine ingin memastikan sesuatu pada Alan. Jadi sedari tadi dia menunggu tu kabel Lan di depan gerbang. Sedangkan Alan yang baru sampai di motor sport, ternyata melihat Hannah yang sedang berdiri sendiri di samping gerbang keluar sekolah.
"Ngapain tu bocah di sana?" batin Alan yang sama sekali tidak terpikirkan kalau Hannah sedang menunggunya. Alan kini malah balik memperhatikan Hannah sambil duduk di atas motor sport miliknya itu tanpa tahu kalau dirinya sedang ditunggu.
"Hei? Kamu ngapain di sini?" tanya Dikta yang kebetulan lewat dengan mobilnya.
"Gue?" Tanya Andhine sambil menunjuk hidungnya.
"Iya kamu." Jawab Dikta lembut.
"Lagi nungguin seseorang." Jawab Andhine singkat, padat dan jelas.
"Nungguin siapa?" Dikta malah makin kepo siapa yang Hannah tunggu. Secara tadi Dikta mendengar ada banyak sekali nama cowok yang naksir Hannah dari gengsnya Karina sebutkan. Dikta pikir, mungkin Hannah sedang menunggu salah seorang dari mereka.
"Kayaknya gak urusan lo deh?" Ujar Hannah selanjutnya karena mulai risih ditanya- tanya oleh Dikta.
"Hmm ya urusan aku lah. Kamu kan teman sekelas aku." jawab Dikta ngeyel karena di jutekin oleh Hannah.
"Tittttttt..Tit!!"
"Tit!! Titt Tittttt"
Suara klason mobil dan honda saling bersahutan di belakang mobil Dikta membuat Dikta terpaksa melimpir ke samping mencari parkiran.
"Ngapain malah parkir tuh anak?" batin Andhien saat melihat mobil Dikta bukannya pergi eh malah parkir.
"Oh come on! seriusly?" Seru Andhine bete. Bagaimana Andhine tidak bete? Kehadiran Dikta tadi saja sudah cukup mengganggu eh nih bocah pakai acara turun dari mobil kemudian berjalan ke arahnya! Untuk apa coba!
Saat Dikta akan menyebrangi jalan menuju ke tempat Andhine berdiri, sebuah sepeda motor sport All New MT 25 berhenti di depan Hannah.
Cowok yang mengendarai sepeda motor sport All New MT 25 itu membuka sedikit kaca helm nya, dan sesaat kemudian Dikta melihat Hannah naik ke atas motor sport itu.
"Siapa tuh cowok?" batin Dikta yang merasa penasaran.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ds Phone
apa kah lan
2025-01-16
0
Emak Aisyah
obrolan tak berfaedah
2024-05-21
1
❤️ stella taher ❤️
lanjut kak upe,, gasskeun lah,,
2024-05-17
1