#Hari ketiga
"Oke! Finally, gue disini." Gumam ku pelan sambil menatap gerbang yang tinggi menjulang itu.
Jujur, dalam hati aku hanya bisa pasrah dengan apa yang akan terjadi nanti di dalam sana. Cos nobody that I know.
Dalam keraguan dan sedikit rasa khawatir, ku langkah kaki ku selangkah mendekat ke gerbang yang tinggi menjulang itu. Namun baru satu langkah aku melangkah mendekat, langkahku kembali terhenti. Ku garuk alis mata ku yang sebenarnya tidak gatal sama sekali sambil kembali melihat ke arah dalam sekolah.
"Bagus! Setelah masuk ke dalam gerbang ini, gue harus kemana?" Gumam ku kecil.
"Ya harus ke kelaslah! Kalau gak ke kelas emangnya lo mau kemana lagi?" celetuk seorang cowok tiba- tiba menyahuti perkataanku.
"Siapa yang bicara barusan?" batin ku sambil mendongak ke atas, karena memang sumber suara itu berasal dari atas kepala ku.
Ku kedipkan mataku berkali- kali sambil memperhatikan wajah anak SMA yang persis ada di depan wajahku yang mendongak padanya.
"Apa dia salah satu teman sekelas Hannah?" pikir ku dalam sambil melihat ke arah bocah blasteran Indo - Eropa itu.
"Lo liat apa??" Tanya nya dengan wajah cuek masih dengan kepala tertuju melihat ke arah ku yang mendongak padanya.
"Gak sakit tuh pala melihat gue seperti itu?" tanya nya jutek namun manjur mengembalikan kesadaranku hingga aku pun berbalik menghadapnya.
"Apa lo teman sekelas gue?" Tanya ku santai. Aku sengaja tidak menggunakan bahasa baku karena nih cowok duluan yang bicara padaku dengan bahasa yang santai. Pikirku mungkin karena ni cowok dan Hanah mungkin adalah teman makanya mereka bicara dengan bahasa yang lebih santai. Berbeda saat Hannah bicara denganku sewaktu di indomerit waktu itu.
"What?!" teriaknya kecil sambil mengernyitkan dahinya, kemudian dia geleng- geleng kepala dan pergi meninggalkanku begitu saja.
"Hei! tunggu!" Panggil ku sambil mengejarnya yang berjalan begitu cepat.
"Sial! Kaki si Hannah ini pendek banget!! gue jadi kesulitan mengejar tu bocah SMA!!" Gerutu ku dalam hati.
Namun walaupun aku kesulitan mengejarnya, aku tetap berusaha untuk dapat mengejarnya karena dia lah harapan ku satu- satu nya saat ini untuk bisa sampai ke kelasnya Hanna sebab feeling ku mengatakan kalau dia pastilah salah satu teman sekelasnya Hannah. Aku merasa wajahnya ada di antara teman- teman Hannah yang datang berkunjung ke rumah sakit kemarin
Aku pun mempercepat langkah kaki mungil dengan membuka langkah yang sangat limited ini. "Astaga!! Gue bisa kehilangan dia jika seperti ini!!"
Akhirnya ku putuskan untuk berlari mengejar tu anak cowok. Sampai di titik ini, aku masih melihat tubuh jangkungnya.
"Hei!! Tunggu gue!!" Teriak ku memanggilnya sambil berlari. Tapi sialnya saat melewati sebuah lorong kelas aku kehilangan dia di antara kerumunan siswa- siswa yang bertebaran di lorong itu.
"Sial nih kaki!" rutuk ku yang akhirnya berhenti di sebuah simpang tiga lorong.
"Astaga! Dia belok kemana tadi? ke kiri atau ke kanan? Apa jangan - jangan dia lurus? Tapi kalau lurus kok gak kelihatan??!! Padahal tu anak kan tinggi banget!!"
Dengan nafas ngos ngosan aku melihat ke arah kiri dan ke arah kanan. Ku lempar ku pandangan ku jauh ke depan, mana tau tuh anak memang jalan lurus tadi.
"Sial! kalau gue tidak menemukannya, gue gak akan bisa ke kelas?!" Ku tendang sampah kertas berbentuk bola yang kebetulan ada di depanku, karena saking kesalnya.
"Gue baru tahu bocah kecil juga bisa mengumpat!!" Ujar nya sambil menarik kerah hoodie ku ke atas sehingga aku terpaksa berjinjit di buatnya.
"Twice! I heard it twice!! umpatan itu keluar dari mulut lo." ucapnya sambil membungkuk dan melihatku dari samping setelah tinggi kami sejajar.
Deg- Jantungku tiba- tiba saja berdebar saat melihat wajahnya dari jarak sedekat itu.
Segera ku tepis tangannya yang memegang bagian belakang hoodie ku dan ku atur jarak aman antara kami.
"Siapa saja berhak mengumpat." Jawab ku sambil membenarkan kembali hoodie ku.
"That's right! siapa saja memang boleh mengumpat! Tapi tidak anak kecil." Cicit nya lalu tertawa tapi tiiiiiiiiiiipis sekali. Kemudian dia pergi lagi.
"Hei! Tunggu gue!!" Panggil ku danl angsung berlari untuk mensejajarkan langkah kami.
"Lo teman sekelas gue kan?" Tanya ku yang kali ini lebih berani karena aku mulai merasa kalau dia pasti adalah teman nya Hannah.
Dia menoleh tanpa menjawab apapun. Hanya tatapan heran dan jengah yang menjadi satu yang terpancar dari ekspresi wajah nya.
"Hei! jawab gue! Lo teman sekelas gue, kan?" Kali ini ku tahan tangan nya agar dia berhenti dan menanggapi serius pertanyaan ku.
"Lo demam?" Tiba- tiba dia meletakan tangannya di keningku di mana aku hanya bisa diam mematung dengan aksi dadakan nya itu.
"Atau apa sewaktu kecelakaan kepala lo terbentur aspal lalu hilang ingatan?" kali ini dia membolak balik kepala ku seperti membolak balik bola basket.
"Ahk! Tidak mungkin hilang ingatan, soalnya kemarin lo kenal sama buk Ernita." Celetuknya tapi masih membolak balik kepalaku.
"Ish! Lo pikir pala gue bola?" Reflek ku singkir kan tangannya dari kepalaku.
"Gue tidak demam dan tidak sedang hilang ingatan." Sungut ku sambil merapikan rambut ku yang jadi aut autan. Posisi kaca mata Hannah yang terparkir di hidungku pun aku benarkan kembali, walau aku tidak tahu apa fungsi kaca mata itu di sana sebab aku masih bisa melihat dengan jelas tanpa kacamata itu.
"Kalau lo gak demam atau pun tidak sedang hilang ingatan, ngapain lo tadi nanya bagusnya lo ke mana setelah masuk ke dalam sekolah?? Lo juga tadi nanya, gue ini teman sekelas lo apa bukan??" serbunya dengan banyak pertanyaan. Membuatku tersudut sebenarnya.
"Benar juga! Ah! Bagusnya tadi gue bilang aja gue memang hilang ingatan sebagian! Bego! bego! bego!" Tidak henti- henti nya aku mengatai diriku bego dalam hati karena aku memang merasa sebego itu saat ini.
"Gue mesti jawab apa ya? Ya masa gue bilang gue gak tahu yang mana satu kelas gue? Ahk! Come on Andhine! cepat lah berpikir!!!" teriak ku pada otak kecil ku di dalam sana.
"Ha! itu karena gue.. ehm! gue?" mampus aku benar- benar tidak tahu jawaban apa yang pas untuk menjawab bocah SMA ini.
"Kelamaan! ikut gue ke kantin yuk! gue lapar."
Tanpa babibu nih anak cowok main tarik tangan ku. Dan karena tubuh nya jauh lebih besar dari pada tubuh mungil si Hannah ini, aku bagaikan melayang saat dia menarik ku dengan tenaga zuper nya.
"Tapi ini kan waktu nya masuk kelas? Kita harus masuk kelas?" racau ku yang tidak dia hirau kan sama sekali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ds Phone
apa nya
2025-01-16
0
Asma
anak baru
2024-05-18
1
THE END.MD
siapa ya yang narik tangaan hanah ???
2024-05-17
1