"Ini sungguh aneh?" batin Andhine yang masih belum tahu alasan dari semua hal reflek yang dia lakukan.
"Han? Lo kok malah bengong sih?" Mentari menepuk lengan Andhine dan sontak membuat Andhine tertendang dari lamunannya.
"Ha? lo bilang apa?" Tanya Andhine reflek tanpa sadar bicara santai dengan Mentari. Pada hal selama Mentari dan Hannah berteman, Mentari tidak pernah mendengar Hannah ngomong pakai lo gue, baik padanya atau pun pada teman- teman yang lain.
Tapi hari ini, untuk pertama kali nya Mentari mendengar Hannah ngomong sesantai itu
"Hannah, lo sehat kan?" tanya Mentari dengan wajah khawatir.
“Sehat. Kenapa??” Tanya Andhine yang masih belum menyadari hal yang salah.
Mentari pun hanya tersenyum bingung. Dia pikir mungkin Hannah capek aja hampir tiga tahun ini ngomong formal dengannya.
"Hei Han? Gue senang dengar skors lo dicabut. Nah untuk ngerayainnya gue akan traktir lo di kantin hari ini! Gimana?" Tanya Kasih yang datang langsung sok asik pada Andhine, padahal dia masih menduga - duga siapa dua sosok yang sok asik di dekatnya ini.
"Mereka ini siapa?" batin Andhine bingung tapi memilih untuk diam. Sesuai pepatah, diam itu emas. Apalagi untuk situasi- situasi seperti ini.
"Woi! Ada guru baru!!! Ganteeeeeeeeeeng! Kaya opa- opa Koreaaa??" teriak seorang ciwi- ciwi sambil berlari dari luar kelas.
Si ciwi itu melengos lagi keluar dan dengan ekspesi seperti para penggemar k-Pop yang bertemu dengan idolanya, dia berteriak historiiiiiiiiiiis lagi ke dalam kelas. "Itu dia udah dekat!!!!" teriaknya sambil lompat- lompat kecil kegirangan.
Teman sekelas Andhine yang mendengar hal tersebut langsung berboyong- boyong ke jendela kelas. Mereka kompakan berdiri di depan pintu kelas untuk melihat guru baru yang katanya mirip opa- opa Korea itu.
" Ya Tuhan!! Lee Soo Hyuk??!!" Teriak para ciwi- ciwi itu serentak.
Awalnya Andhine sama sekali tidak terpanggil jiwanya untuk ikut melihat seperti apa rupa guru baru yang diagung- agungkan oleh para ciwi- ciwi itu.
Namun begitu mendengar nama Lee Soo Hyuk, Andhine teringat sesuatu. Dia teringat wajah malaikat pencabut nyawa yang mengisi bunga mimpinya.
"Bagaimana ini semua bisa begitu kebetulan ya? kemarin aku bermimpi ada malaikat maut datang nyamperin aku, dan wajah nya mirip Lee Soo Hyuk. Dan hari ini ada guru baru yang kata teman- teman mukanya mirip Lee Soo Hyuk juga? Apa jangan- jangan si Hannah montana ini nge - fans lagi sama Lee Soo Hyuk? Makanya dikit-dikit Lee Soo Hyuk?" batin Andhinem berpikir keras.
Andhine melirik ke arah pintu saat para ciwi- ciwi itu riuh dan bersorak kegirangan sambil berlari ke kursi mereka masing- masing.
Tap...
Tap..
Tap..
Tap..
Tap..
Derap langkah terdengar tipis diantara teriakan teman - teman sekelas Andhine yang berjenis kelamin perempuan itu.
"What??? Dia?????????" teriak Andhine sontak kaget karena guru baru yang barusan nongol di pintu benar- benar mirip alias sama persis wujudnya dengan si malaikat maut yang menarik paksa arwahnya ke suatu tempat di dalam mimpinya.
"D-diaaa?" gumam Andhine dengan suara sangat kecil, ketakutan.
Jujur saja saat in badan Andhine bergetar. Walaupun dalam pikirannya, apa yang dia alami waktu itu hanyalah sebuah mimpi belaka tapi saat melihat wajah si pak guru baru, Andhine merasakan rasa takut menjalar hingga keseluruh aliran darahnya.
Andhine reflek menunduk. Dia tidak berani untuk melihat ke depan.
Tiba-tiba suasana menjadi sangat hening. Andhine tidak mendengar apapun selain degup jantungnya sendiri yang suaranya dag dig dug ser.. dag dig dug ser... saking takutnya bila dia terpikirkan kalau apa yang dialaminya kemarin ternyata bukanlah sebuah mimpi.
Dan pak guru baru yang ada di depannya, benar adalah malaikat maut yang sedang dihukum untuk menjadi manusia selama tiga bulan.
Tangan Andhine gemetar. Dia benar- benar takut kalau semua isi fantasi pikirannya benar- benar nyata.
"Kau baik- baik saja?" Tanya si pak guru yang tiba- tiba saja sudah berada di depan Andhine sambil membawa sebuah buku daftar hadir siswa di tangannya.
Andhine mengangkat wajahnya sehingga matanya dan mata si pak guru saling bertatapan.
"Kau Hannah Sofie Prasetia, kan? kenapa kau tidak mengangkat tanganmu saat aku memanggilmu?" Tanya si pak guru pada Andhine yang pandangannya masih terkunci melihat wajah si pak guru.
"Alaah! Paling si Hannah terkesima melihat wajah bapak! Cakeep sih pak! Mirip aktor koreeaa yang sering jadi malaikat maut atau vampire itu pak!" Sorak salah seorang teman sekelas Andhine yang spontan mengundang sorakan dan tawa dari teman- teman lainnya.
Tapi sungguh demi Tuhan plus dengan semua isi alam semesta! Bukan itu yang membuat Andhine terdiam. Andhine mematung dalam mode bego seperti itu bukan karena dia terpana akan ketampanan wajah si pak guru baru yang mirip aktor korea itu. Namun lebih karena darah kesirap saking dan jantungnya lupa berdetak saking takutnya.
"Hannah kayak nya demam pak? Biar saya antar ke Uks pak!" Ujar Alan yang barengan dengan Dikta, dalam posisi dua- dua nya serentak berdiri.
"Deman?" Ulang pak guru sambil meletakkan telapak tangannya ke kening Andhine. Dan sumpaaah! tangan si pak guru sangat dingin! dingiiiiiiin! pokoknya sangat dingin! Dan ini dinginnya tidak wajar sebab tangan si bapak dinginnya melebihi dinginnya batu es! Selain itu, dinginnya itu langsung membekukan tubuh Andhine saat tangan si bapak nemplok di kening Andhine.
Jadi tu kayak gini! Tu tangan bapak kan hinggap tu di kening Andhine. Dan gak sampai sepersekian detik tubuh Andhine auto membeku. Membeku geng! Kebayangkan sedingin apa tu tangan pak guru.
"Hmm sepertinya dia memang demam. Tubuhnya sangat dingin." Ujar si bapak dengan ekspresi simpati pada Andhine.
"Hmm- Hannah, kamu mau diantar oleh siapa ke UKs? Oleh Dikta atau oleh Alan?" Tanya pak guru pada Hannah dengan suara lantang.
"Atau, kamu mau saya yang ngantar kamu ke Uks???” tanya si pak guru dengan wajah polos, tapi sayangnya Andhine masih dalam mode bengong tingkat tinggi.
“Iya pak!! Hannah pasti ingin bapak yang antarin dia langsung ke UKs!" sorak teman-teman Hannah lalu tertawa.
“Benar kah? Kalau begitu, kalian semua tunggu sebentar ya di kelas. Bapak antar Hannah ke UKS.” Ujar si pak guru baru ke semua siswa.
"Hm- Dikta, Alan! Kalian boleh duduk kembali. Sambil menunggu bapak kembali, tolong kalian hitung jarak bumi ke bulan menurut rumus Albert Einstein. Kalau ada yang bisa bapak akan kasih nilai sempurna di rapor semester ini. Bentar lagi bapak kembali setelah ngantarin Hannah ke Uks." Ujar si bapak guru.
Andhine yang mendengar kata- kata ajaib dari mulut pak guru nya auto protes. "Lah kapan saya bilang Uhmmmm uhmmmmmm...@#$%^&*()(*&^%$#@!@#$%^&*(...."
Tiba - tiba tangan Andhine menutup mulutnya sendiri, membuat protesnya tidak dapat di dengar oleh teman- teman ya kecuali oleh,,,,
“Uhmmmm uhmmmmmm...@#$%^&*()(*&^%$#@!@#$%^&*(.. “ Ujar Andhine tidak jelas dan terlihat di depan semua orang.
"Wah, Hannah!!!! Sepertinya demam mu memang parah. Ayo! kita segera ke Uks."
Pak guru langsung menarik tangan Andhine dan ajaibnya sekali lagi Andhine nurut saja. Ya, Andhine berjalan mengikuti si pak guru tanpa ada penolakan.
"Apa yang terjadi pada ku, Tuhan???" Teriak Andhine dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 76 Episodes
Comments
Ds Phone
ada apa dia macam orang bodoh aja
2025-01-16
0
FiaNasa
waduh,,melebihi dinginnya kutub Utara dong klau gitu 🤣🤣
2024-08-26
0
THE END.MD
mungkin di hipnosis dien makanya ngikut aja eh sinopsis hipotis ya 🤔🤔🤔🤔🤔
2024-05-18
1