Jeritan suara Mayla membuat kami berdua bergegas masuk dan mencarinya.
Wira dengan sigap masuk ke kamar Mayla.
Saat dia membuka pintu kamar, dia sedikit membelalakkan matanya.
Dia lalu masuk, dan segera menuju ke jendela kamar Mayla yg terbuka, dan melesat keluar seperti sebelumnya.
Aku melihat Mayla pingsan di lantai. Pakaiannya robek.
"Ya ampun, May! Kenapa kamu!" Aku segera mendekat dan menepuk nepuk pipi nya keras.
Tak lama dia pun bergerak.
"Mbak," ucapnya pelan masih setengah sadar.
"May, kamu kenapa? Kamu nggak apa apa kan, May?" tanyaku cemas.
"Tadi ada orang masuk kamarku. Dia ... Ih, serem mba. Aku takut," katanya sambil terisak.
Kupeluk dia agar dia lebih tenang
"Udah nggak apa apa ya. Ada mba Nayla di sini. Mas Wira juga lagi ngejar orangnya," kataku agar Mayla merasa aman dan terlindungi.
Kuajak Mayla tiduran di ranjang, dan kutemani dia terus sambil menungggu Wira kembali.
Semoga Wira bisa menangkap orang itu.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pov wira
Akhirnya dia muncul juga. Ini kesempatan terbaik untuk bisa menangkapnya. Aku pun mengejar orang itu, dan tidak akan kulepaskan begitu saja kali ini.Dia salah dengan memilih Mayla sebagai korban.
Aku terus berlari mengejarnya. Beruntung selama ini aku terus latihan dan olah raga untuk menjaga stamina dan kemampuan ku. Dia berlari masuk jauh ke hutan.
Aku terus mengikutinya. Bahkan ke lubang neraka sekali pun, aku tidak akan gentar.
Gerakan nya sungguh cepat. Tapi aku masih bisa menyeimbangi nya.
Sampai kulihat dia masuk ke sebuah gubuk tua yg cukup besar. Seperti nya itu gudang untuk menyimpan bahan bahan pertanian. Aroma padi sangat khas menembus pangkal hidung ku.
Saat masuk ke sana, suasana hening. Bagaimana pun dia bersembunyi, pasti aku dapat menemukan nya.
Aku terus berjalan menyusuri ruangan demi ruangan. Ternyata tempat ini cukup besar. Walau tetap saja, bangunan ini tidak layak huni untuk manusia mana pun. Aku tetap waspada.
Hingga kurasakan ada bayangan di belakang ku.
Dengan sigap, aku meraih sebuah bambu panjang lalu jongkok dan menebas kaki nya.
Praaaakkk!!
Walau itu bukan senjata tajam, tapi itu sangat bisa membuat nya meringis kesakitan. Saat dia lengah, ku tendang tepat di leher nya.
Aku tau ini waktunya dia untuk mencari tumbal, dan kemampuan nya tidak ada apa apa nya dengan ku. Apalagi tumbal yang dia incar gagal. Dia pasti bingung dan cemas. Di saat inilah, kemampuan nya akan menurun karena dia tidak fokus.
Saat dia tersungkur jatuh, ku dekati dia. Kuputar tangan nya ke belakang. Kuraih sebuah tali yg ada di sana, dan ku ikatkan di tangan nya. Aku seret dia dengan kasar, dia terus teriak minta di lepaskan. Tapi sayangnya, aku tidak peduli.
Sampai di rumah Nayla, rupanya kondisi rumahnya sudah agak ramai. Para tetangga sudah datang. Mungkin Nayla minta pertolongan ke orang orang di sekitar.
Dan saat aku datang, mereka menoleh padaku dengan dahi berkerut.
Papa Nayla menghampiriku.
"Dia siapa wira? Kenapa kamu seret seperti itu?" tanya beliau.
"Dia pelakunya, om," jawabku datar.
"Astaga!" mereka kaget.
Lalu papah Nayla menyuruh beberapa orang untuk membawanya ke masjid terdekat dia akan diadili di sana.
Ada seorang ustadz yg akan menyelesaikan masalah ini. Bahkan ilmu yg dia punya akan ditarik, agar dia tidak bisa melakukan hal aneh lagi dan merugikan orang orang lagi. Aku tidak mau ikut campur setelah ini. Biar ini menjadi urusan mereka. Aku hanya menangkap lalu menyerahkan pada yang lebih tau.
Malam ini sungguh menegangkan. walau ini bukan pertama kali nya bagiku.
Namun, yang membuatku takut adalah jika terjadi sesuatu terhadap keluarga Nayla. Pasti Nayla akan sedih, dan aku pun tidak tega melihatnya seperti itu.
Saat masuk kamar Mayla, kulihat nayla terus memandangi adik nya. Aku yakin dia mengkhawatirkan adik nya.
"Gimana Mayla?" tanyaku sambil berdiri di ambang pintu.
"Udah tenang sih. Baru aja dia bisa tidur. Dari tadi nangis terus," ucap Nayla sambil terus memandangi adik nya.
Aku mendekati dia lalu menyentuh bahu nya pelan.
"Kamu jangan cemas gitu. Mayla gak apa apa kok. Aku gak akan biarkan kalian terluka," kataku meyakinkan dia.
Dia lalu tersenyum.
Kusuruh dia kembali ke kamarnya untuk beristirahat juga.
Setelah memastika kedua kakak adik ini aman dan tidur nyenyak, aku hendak ke teras. Rasanya suasana tadi membuatku ingin menghirup udara segar sebentar di luar.
Namun, saat sampai di ruang tamu, papa nya nayla masih ada di sana. Beliau sedang membereskan beberapa dokumen. Hal ini menarik perhatian ku. Dan membuatku ingin mendekat.
Entah dokumen apa. Aku tidak begitu paham. Mungkin pekerjaan Papa Nayla yang belum selesai tadi.
"Lho, Om belum tidur?" tanyaku basa basi sambil mendekat.
"Eh Wira. Belum nih. Lagi beres beres ini, dokumen penting. Mayla kan mau mengajukan beasiswa untuk kuliah nya nanti. Jadi butuh semua ini," kata beliau.
Aku ikut duduk bersama beliau.
Kulirik meja nakas sampingku, ada beberapa album foto yg ditumpuk banyak.
Kuambil salah 1 album itu. Kubuka buka dan banyak foto foto keluarga mereka di sana.
Bahkan dari Nayla masih bayi, aku senyum senyum sendiri melihat nya. Dia lucu dan imut imut.
Papah nayla melirik ke arahku yg sibuk sendiri. Aku menyadarinya tapi enggan menanggapi.
"Nayla itu dari kecil udah eksis. Suka banget difoto," kata beliau mengawali sebuah obrolan mengenai keluarga mereka. Aku hanya tersenyum menanggapinya, sambil masih fokus pada gambar jepretan tukang foto di pangkuan. Kertas foto yang agak pudar, menunjukkan lamanya benda itu disimpan.
Kuperhatikan beberapa foto lama keluarga besar Nayla. Fotonya hitam putih. Rupanya keluarga nayla sangat memperhatikan foto foto lama. Mungkin agar anak cucu dan keturunan selanjutnya dapat melihat para nenek buyut nya. Sampai di halaman terakhir album foto itu, mataku membulat.
Di sana ada sebuah lukisan wanita yg sangat ku kenal. Setiap detilnya sungguh ku hafal.
Dari hiasan di kepalanya, hingga pakaian favorit nya juga.
Tidak mungkin!
Benarkah dia Sekar???
Kuberanikan bertanya pada papah Nayla perihal gambar itu.
"Maaf Om, ini lukisan siapa?" tanyaku.
Papah nayla menoleh lalu mempertajam penglihatan nya.
"Ooh itu. Itu leluhur kami. Yang ini namanya sekar. Dia itu nenek buyut saya jauh sekali di jaman dulu."
Deg!!
"Sekar? Mirip Nayla, ya om?" tanyaku mencoba menutupi rasa kagetku.
"Iya, memang mirip sekali. Sekar itu, gimana, ya, menjelaskannya.
Ya intinya salah satu leluhur kami lah. kalau diurut rumit, Nak wira. Saya saja tidak begitu paham. Hanya saja karena wajah beliau mirip anak saya, jadi saya simpan terus lukisannya. Hehehe," ucap beliau lalu kembali lagi berkutat dengan dokumen di hadapan nya.
Kusentuh lukisan itu. Memang ukurannya tidak begitu besar. Aku hafal betul. Setiap goresan nya.
Itu adalah lukisanku. Aku yg melukis Sekar dulu. Tidak hanya satu, ada beberapa lukisan Sekar yang telah berhasil kuabadikan, dan aku tidak menyangka kalau ini adalah salah satunya, dan sampai sekarang masih ada. Lalu mereka ... Keturunan Sekar? Tapi bagaimana bisa?
Tak terasa mataku berkaca kaca.
Kusembunyikan wajahku sambil menghapus air mata yang hampir menetes.
Apakah Nayla tidak tau soal ini?
Dia adalah keturunan Sekar?
Benarkah reinkarnasi itu ada?
Jika tidak ada, kenapa wajah mereka begitu mirip?
Bahkan seolah olah mereka seperti saudara kembar.
Ah, aku tidak boleh terus teringat Sekar. Aku tidak ingin Nayla sedih lagi seperti kemarin.
Buatku Sekar adalah masa lalu dan Nayla adalah masa depanku.
Sekali pun hal ini masih kuragukan.
Aku tidak tega melihatnya bersanding denganku. aku merasa tidak pantas untuk nya.
"Sudah malam, Mas. Istirahat sana." papah nayla menepuk bahuku pelan.
Dia seperti tau aku sedang melamun.
"Oh iya, Om. Om juga istirahat ya. Sudah malam," kataku.
Akhirnya kuurungkan niatku duduk di teras. Lebih baik aku tidur sekarang.
Aku tidak ingin besok pagi Nayla mengomel karena melihat lingkar hitam di sekitar mataku yg akan muncul, jika aku tidak tidur semalam.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Pov nayla.
Ku bangunkan wira yg masih bersembunyi di balik selimut nya.
"Bangun!" teriakku dekat dengan telinga nya.
"Hmm" dia hanya mengguman saja tanpa menghiraukan ku. Malah makin merapatkan selimutnya.
Aku tidak pantang menyerah untuk membuatnya bangun.
Ku tiup tiup telinga nya, dan itu adalah hal yg akan membuat Wira terkekeh karena geli.
Dan benar saja, dia tertawa, namun langsung menarikku dan memasukan ku ke dalam selimut.
Aku teriak teriak. Tapi dia malah menutup mulutku dengan telapak tangan nya.
"Heh! Jangan teriak gitu, dikira nanti aku apa apain!!" kata wira sambil membekap mulutku terus.
Aku mengangguk mengerti.
Dilepasnya tangan nya dari mulutku. Lalu dia langsung memeluk ku dengan lembut.
Kalau gini bisa bisa aku ikut tidur lagi sama dia. Bakal gawat nih kalo mamah papah lihat.
Untung mereka udah pergi pagi pagi banget tadi.
Tinggal Mayla aja di rumah lagi beres beres kamar nya yang udh mirip kapal pecah.
"Bangun, yuk. Temenin sarapan," rengek ku lalu menggoncang kan tubuh Wira yang seperti batu jika sudah tidur. Mungkin, kah, dia bisa hidup selama ini karena mengalami tidur panjang seperti putri tidur di cerita dongeng?
"Mamah papah mana? Mayla?" tanya wira masih memelukku.
"mamah papah udah pergi tadi pagi. Mayla lagi puasa. Biar dapet beasiswa katanya."
"Hmm. Ya udah, aku cuci muka dulu," kata wira lalu beranjak dari tidur nya namun mata nya masih terpejam.
Tak lama dia keluar kamar mandi dengan wajah yg lebih segar.
"Yuk." dia mengulurkan tangan nya kepadaku. Lalu kami bergandengan menuju ruang makan.
Kami sarapan masakan mamah.
"Kamu kok bangun nya siang banget?" tanyaku heran.
"Iya, semalem nggak bisa tidur. Mikirin kamu," jawabnya sekena nya.
"Gombal," sahutku.
"Tapi suka kan digombalin," katanya sambil terus meledekku.
Aku hanya memutar bola mataku menanggapi wira yg kadang bersikap seperti ini.
"Oh iya, nanti kita jalan jalan ya."
"Boleh," sahut Wira sambil menyendokkan nasi goreng ke mulut nya.
Rasanya aku ingin membawa wira keliling kotaku, lebih tepatnya desaku.
Aku yakin dia akan suka. Karena suasana di sini masih asri. Wira sangat suka lingkungan alam yg seperti ini. Matanya ini mengingatkan nya pada kehidupan nya dulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Yuli Eka Puji R
keturunan sekar bukannya sekar mati sebelum menikah dan keluarganya di bantai habis
2023-07-24
0
Angelliana
kalau dibilang keturunan Sekar pasti bukanlah.. kan Sekar belum nikah belum punya anak kan?
aku pernah dengar bahwa ada beberapa orang yang terlihat kembar walau tanpa hubungan darah.. (ini lebih masuk akal)
Kalau reinkarnasi ini berasal dari sebuah kepercayaan, tapi tidak ada reinkarnasi di kepercayaan yang lain. (Bisa saja percaya bisa juga tidak)
kalau menurut aku lebih masuk akal apabila Nayla itu keturunan dari salah satu keluarga sekar, mungkin keturunan adik atau kakak atau keturunan sepupunya, akan ada kemungkinan kemiripan wajah!
2022-05-07
1
Endah Aji
mantaps gak bisa berhenti bacanya 😍
2022-02-05
1