Kubuka mataku perlahan, kepalaku berdenyut hebat. Terasa berat dan sakit tak tertahan.
Kuedarkan pandanganku ke sekeliling.
"Di mana ini? Apa yang terjadi?"
Aku berada di sebuah kamar yang cukup mewah, tak lama pintu kamar dibuka dan masuklah seorang pria yang sangat tidak asing untukku.
Yah, itu Zaki. Jadi benar bahwa ini perbuatannya? Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan sekarang?
Tap tap tap...
Langkah kaki Zaki perlahan mendekat dengan tatapan mata yang tajam,
membuatku mundur-mundur di atas tempat tidur ini. Tanganku terikat tali cukup kuat, membuat pergerakanku terbatas. Mulutku juga ditutup perekat. Benar-benar mirip adegan penculikan di tv. Tapi, aku memang diculik. Ini nyata!
Zaki mendekat dengan senyum yang mengerikan.
"Hai, sayang... Aku kangen," katanya sambil membelai kepalaku. Aku berusaha sekeras mungkin mengelak sentuhannya. Rasanya menjijikan. Sementara sorot mataku hanya bisa terus menatapnya tajam.
"Ah lupa... Sebentar, ya." Dibukanya penutup mulutku.
"Mau apa kamu!" Jeritku spontan.
"Galak banget kamu, sayang. Mau aku? Aku mau kamu tentunya." Dengan tatapan tajam dia terus menatapku. Seringainya menakutkan. Dia berubah! dia bukan lagi Zaki yang dulu kukenal.
Bukan hanya dari penampilan, namun cara dia berbicara dan bersikap juga sudah berubah. Pesonanya lebih mengagumkan kali ini. Namun justru membuatku ketakutan, terlebih karena kata Wira, Zaki ini penganut ilmu hitam, dan,
Astaga!
Dia butuh tumbal! Mungkinkah dia ingin mengorbankanku?
"Kamu mau apa, Zak? Lepasin aku! Aku mohon. Biarkan aku pergi," pintaku memelas. Suaraku serak, menahan tangis yang hampir pecah.
"Lho lho lho... Kenapa? Kok kamu ngomong gitu, sayang?" Tanyanya sambil membelai kepalaku yang membuatku makin muak.
"Aku tau kamu mau apa! Kamu mau menjadikanku tumbal, kan? Aku benar-benar nggak nyangka kalau kamu bisa setega itu sama aku! Aku sayang banget sama kamu dulu, Zak. Tapi kenapa kamu malah memilih jalan seperti ini? Kembalilah menjadi Zaki yang dulu!" Pintaku setengah memohon.
"Hahahaha... Nayla... Nayla... Kamu masih sama seperti dulu. Polos dan sangat mudah dimanfaatkan," katanya dengan tatapan bengis.
"Aku yakin, Wira pasti akan datang ke sini menolongku!" Ancamku.
"Laki-laki itu? Hahahaha... Itulah, Nay, kenapa kamu sangat mudah dibohongi orang... Kamu tahu nggak? kalau dia tidak lebih baik dari pada aku?" Pertanyaannya membuatku mengerutkan kening.
"Apa maksudmu? Dia tentu jauh lebih baik daripada kamu!" Kataku membela Wira.
"Asal kamu tahu, Nay. Dia sama sepertiku! Silakan tanya aja sama dia, tahun berapa dia dilahirkan.
Dia ada saat kita belum lahir!" Katanya lantang.
"Pembohong! Aku nggak percaya!" Kataku.
"Terserah kamu. Aku nggak peduli!"
Braaaakkk!!!
Terdengar keributan di luar.
"Pahlawanmu sudah datang," kata Zaki sinis.
Wira? Syukurlah...
Dia berhasil menemukanku.
Dan benar saja, tak lama Wira muncul dari balik pintu dengan ekspresi marah melihat Zaki.
Zaki mendekatiku dan menarikku ke dalam pelukannya.
"Hai wira! Akhirnya kamu datang! Gadismu ini sudah sangat merindukanmu," kata Zaki.
"Lepaskan dia... atau kubunuh kau!" Ucap Wira lantang.
"Membunuhku??? Hahahaha... Ayolah Wira... Kita sama-sama tahu kalau kita berdua itu sama. Tidak mudah dibunuh atau terbunuh! Benar, kan? Ah kau belum memberitahukan kekasihmu ini, ya?"
Wira melotot dan melihatku. Seperti menunggu reaksiku.
Namun aku hanya diam saja, menyimak pembicaraan mereka. Rasanya aku tidak bisa membayangkan jika apa yang dikatakan Zaki itu benar. Wira...
"Ayolah Wira! Terima saja tawaranku kemarin," kata Zaki membuat dahiku berkerut.
"Apa maksudnya? Tawaran apa?!" Tanyaku ke mereka berdua.
"Hahahaha... Kasihan banget kamu, Nay. Kamu terus saja dibohongi oleh dia," ucap Zaki penuh tawa kemenangan.
"Diam kamu! Aku tidak akan menyerahkan Nayla! Lihat saja! Aku pasti bisa membunuhmu!" Kata Wira serius.
"Benar, kah? Ayolah Wira, itu hanya buang waktumu. Terima saja tawaranku. Kita bersatu. Dan dunia akan jadi milik kita berdua."
"Tidak akan! Bodoh! Aku tidak sudi bersatu dengan iblis sepertimu!"
"Iblis? Aku dan kamu sama Wira. Kamu ingat, kan? kalau aku iblis berarti kamu juga iblis!" Ucap Zaki dengan tatapan licik.
"Selama ini aku biarkan kamu! Tapi tidak untuk kali ini! Sedikit saja kamu menyakiti Nayla, aku akan membunuhmu!"
"Wah... Seorang Wira bisa dengan mudah bertekuk lutut pada Nayla? Itu sungguh luar biasa! Ayolah Wira... Kamu bisa mencari wanita lain yang jauh lebih baik dari Nayla, bukan?"
Heran, deh. Apa yang sebenarnya mereka bicarakan.
Mereka memperebutkanku? Untuk apa?
"Aku tidak akan melepaskan Nayla. Silakan kamu ambil dariku kalau kamu bisa. Perlu kamu ingat, kekuatanku jauh lebih besar dari dirimu! Jangan sampai kamu melakukan kesalahan untuk kedua kalinya! Dulu kamu kuampuni. Namun, tidak kali ini."
Aku dibopong Zaki pergi dari kamar. Kami melewati jendela dan segera pergi dari rumah. Sementara Wira terus mengejar kami.
Zaki makin masuk ke dalam hutan, entahlah, ada di mana aku ini? Aku belum pernah melihat tempat ini.
Zaki terus membawaku makin masuk ke hutan dan anehnya aku tidak bisa berbuat apa pun. Untuk bergerak saja seakan sulit. Entah apa yang telah dilakukan olehnya.
Zaky membawaku masuk ke dalam gua yang cukup gelap dan pengap. Aku benar-benar takut sekarang. Dia mengerikan.
Dia lantas meletakanku di atas sebuah batu besar. Dibaringkannya aku dan kedua kaki tanganku diikat dengan empat bambu yang ada di sekitar batu ini.
Ini mirip tempat persembahan yang sering kulihat di film film. Jadi aku akan menjadi tumbal Zaki? Ya Tuhan... dia benar-benar gila!
"Zaki! Kenapa kamu jadi begini? Kamu berubah! Kenapa kamu mempelajari ilmu hitam ini, Zak? Ini nggak baik! Kamu bakal masuk neraka! Tuhan nggak suka, Zak!!!"
"Tuhan? Benarkah? Tuhan itu nggak ada. Dari dulu pun Tuhan nggak suka sama aku. Dia selalu ambil orang-orang terdekatku, dan sekarang dia nggak akan bisa mengambilku."
"Kamu gila!" Kataku.
Plakkk!!!
Dia menampar pipiku. Membuatku meringis kesakitan.
Lalu dia menekan kedua pipiku keras.
"Semua ini aku lakukan untuk keluargaku, Nay! Agar mereka bisa hidup lagi bersamaku," katanya.
"Apa? Maksud kamu?" Aku benar-benar tidak mengerti.
"Lihat," dia menunjuk ke suatu sudut. Di sana ada ayah dan ibu Zaki yang sudah meninggal lama.
Bagaimana mereka masih hidup? aku bahkan melihat dengan mata kepalaku sendiri saat mereka dikuburkan. Apa mereka hantu?
Orang tua Zaki mendekatiku.
"Terima kasih nayla, kamu akan membuat kami hidup 5 tahun lebih lama," kata ibu Zaki dengan tatapan kosong.
"Maksud ibu apa? Bukannya ibu sudah meninggal?" Tanyaku.
"Itu benar, namun karena Zaki ingin kami hidup lagi. Hanya saja, dia harus memberikan tumbal untuk perpanjangan nyawa kami. Sekarang giliran kamu."
Lenganku ditekan dengan kukunya kuat-kuat hingga mengeluarkan darah segar. Aku menjerit kesakitan sekaligus ketakutan. Dia menjilati kuku yang terkena darah tadi. Sungguh menjijikan. Aku sampai memalingkan wajahku.
Aku pasrah, jika aku harus mati. Namunn, aku mendengar derap langkah kaki mendekat.
"Hentikan!" Teriak Wira lantang. Ia muncul dan membuatku lega seketika.
Ada setitik rasa bahagia, melihat Wira. Walau ketakutanku padanya masih kurasakan, tapi aku yakin dia pasti akan menyelamatkanku. Dia bukan orang jahat. Dia tidak sama seperti Zaki.
Zaki yang mulai terdesak waktu, akhirnya duel dengan Wira.
Mereka berkelahi dengan cukup sengit.
Sleebb!!!
Sebuah pedang panjang menembus tubuh Wira. Tepat di depan mataku sendiri. Pemandangan yang jelas dan seolah mengingatkanku dengan kejadian beberapa waktu lalu. Dia berlumuran darah dan menahan sakit yang amat sangat.
"Wiraa!!!" Teriakku.
Bulur-bulir bening dan hangat mulai keluar dari pelupuk mataku.
"Kamu jangan takut, dia tidak akan mati, Nay! Lihat dan buktikan sendiri apa yang kukatakan padamu tadi," kata Zaki.
Wira berjalan menjauh lalu melepaskan bajunya dan tiduran di tanah, awalnya terlentang lalu beberapa menit kemudian dia tengkurap.
Dan... Ajaib!!!
Luka di tubuh Wira hilang. Hanya ada bekas darah saja.
Aku menganga dibuatnya.
Berarti waktu itu memang benar, Wira memang tertabrak mobil seperti yang kulihat dan aku tidak halusinasi.
Apakah benar perkataan Zaki tadi? Apakah benar Wira sama saja dengannya? Jadi Wira juga menjalani ilmu hitam seperti Zaki?
Pikiranku kalut. Membayangkan jika Wira dan Zaki menganut aliran yang sama.
Jika Zaky butuh tumbal, kemungkinan Wira juga?
Jadi posisiku di sini sebagai apa? Tumbal mereka?
Jika aku selamat dari Zaki, bagaimana dengan Wira?
Mungkin dia akan melakukan hal yang sama padaku cepat atau lambat.
"Aaah!"
Pikiranku makin tidak menentu. Aku jadi pusing dan rasanya aku tidak kuat membayangkan apa yang terjadi padaku nanti. Posisiku bagai telur diujung tanduk.
Badanku lemas, rasanya ringan sekali. Pandangan mataku memburam.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Endanks
mulai paham dech thor'lanjutin 😜
2021-12-15
1
Hesty Septiana
mungkinkah nayla punya darah murni yg bisa di jadikan tumbal,,,,?!
2021-05-02
0
Lena Marlena
lanjuuut...
2021-02-08
1