Wira terus berlari mengejar orang tadi. Aku pun mengikuti nya, namun aku kalah cepat dengan nya.
Aku hanya bisa melihat nya berlari menjauh masih mengejar orang itu.
Nafasku ngos ngosan. Perutku saja sampai sakit. akhirnya karena tidak kuat, aku memutuskan kembali ke rumah.
Bodo amat deh, Wira ke mana. Kayanya dia juga nggak bakal nyasar. Ntar juga balik lagi.
Dengan nafas yg tersengal sengal, aku kembali ke rumah. Rasanya nafasku hampir habis. Ah, mungkin aku harus mulai rajin lari pagi.
"Lho, Nay? Dari mana? Kok kayak habis lari lari?" tanya mamah begitu aku sampai di halaman rumah.
"Itu tadi ada orang ngintipin rumah kita, Mah. Terus lagi dikejar sama Wira," jelasku sambil menghempaskan tubuh ke sofa ruang tamu.
"Orang? Siapa sih, Nay?"
"Mana Nayla tau. Mamah nggak ngerasa apa? Kalau rumah kita pernah diintipin gitu?"
"Enggak. Tapi nggak tau tuh sama Mayla. May! Mayla!" panggil mamah setengah menjerit.
Mayla keluar dari kamar dengan tampang kusut, bangun tidur.
"Kenapa, Mah?"
"Selama kamu di rumah, pernah lihat orang yg suka ngintipin rumah kita gak?"
"Ngintipin? Enggak deh. Kenapa sih? Emangnya ada, ya, orang seiseng itu?" tanya Mayla.
"Gak apa apa. Lupain," sahutku
Lalu aku beranjak menuju kamar. Aku sedang tidak ingin berdebat atau berdiskusi masalah ini. Karena memang belum terlalu jelas.
"Nay, Wira mana? Dia nggak nyasar?" tanya mamah kembali teriak.
"Gak tau! Biar aja. Ntar juga balik. Dia udah gede, Mah. Nggak usah cemas gitu." kututup pintu dan memutuskan untuk tidur. Rasanya lelah sekali.
Inilah efek jarang olahraga, hanya berkutat dengan kuliah dan kuliah. Jadi baru lari sebentar, aku sudah seperti hampir mati saja.
Sampai sore, tiba tiba ada yg meletakkan sesuatu yang dingin di pipiku. Aku yang langsung terbangun lantas melirik. Rupanya ada sebuah ice cream mendarat di sana, dengan pelakunya yang kupikir adalah Mayla. Karena dia adalah orang paling iseng di rumah ini.
"Ih. Mayla!! Iseng banget sih. Aku masih ngantuk tau!" omelku kembali menutup mata, tanpa membukanya lagi.
"Kok Mayla?" aku terkejut karena ada suara pria di dekatku. Saat aku membuka mata lebar ternyata dia adalah Wira.
"Eh, kamu. Kirain Mayla. Udah balik? Gimana? Ketemu orangnya?" tanyaku lalu duduk sambil mengucek ucek mata.
"Nggak ketemu! Dia hilang," katanya dengan nafas berat.
"Hah? Hilang? kok bisa? Perasaan kamu ngejar tikus aja bisa dapet!" ujarku.
Pletak!
Wira menjitak kepalaku.
"Kamu pikir aku kucing!"
Akupun hanya tertawa melihat ekspresi Wira yang kesal tersebut.
"Eh, dicari papamu tuh! pulang malah tidur terus!!" gerutu wira
Aku melotot.
"Papah? Mana mana?" tanyaku langsung beranjak keluar kamar meninggalkan Wira yg masih di dalam.
Kulihat papa sedang duduk di teras sambil membaca buku.
"Pahh!" panggilku manja.
Mataku berkaca kaca karena memikirkan kondisi papah sedari tadi.
Papah menoleh lalu tersenyum.
Kupeluk papah erat.
"Papah gimana? Katanya sakit? Kok masih ke butik?" tanyaku cemas sambil menatapnya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Papah nggak apa apa kok. Biasa, penyakit tua. Makanya cepet selesein kuliah, terus nikah. Kasih papah cucu," ujar papah malah ngelantur ke mana mana.
"Papah malah bahas cucu. Ngaco deh," ucap ku lalu melingkarkan tangan memeluk perut papah yang agak gendut.
"Ya nggak apa apa kan. Lagipula udah ada calonnya."
Aku mengerutkan kening sambil menatap papah.
"Sini, mas. Kok malah berdiri aja di situ," panggil papah sambil melihat ke belakangku.
Wira sedang berdiri di sana sambil tersenyum tipis. Lalu ikut duduk bersama kami. Aku masih memeluk papah, karena aku memang sangat merindukan papah. Walau sorot mata Wira terus menatapku sejak tadi.
"Kalian udah pacaran berapa lama?"
Glek.
Aku menelan ludah, kaget dengan pertanyaan papah yg tiba tiba seperti ini.
"Baru beberapa bulan, Om," jawab Wira sopan.
"Oh gitu. Tolong jagain Nayla ya, mas. Dia ini kesayangan saya. Memang sih, anaknya manja, ceroboh, cengeng. Apa lagi ya," kata papah sambil mikir.
"Bawel juga, Om." Wira menambahkan.
"Nah, iya. Bener tuh."
"Ih... pada kompak banget deh!! Nyebelin," sahutku sambil menghilangkan kedua tangan di depan dada. Pertanda aksi protes. Mereka malah terkekeh melihatku kesal.
\=\=\=\=\=\=\=
Malam ini kami makan bersama, mamah memasak banyak sekali makanan.
"Ayo dimakan, Nak Wira. Maaf seadaanya. Makanan kampung," ujar mamah.
"Gak papa kok, Tante. Justru saya suka masakan seperti ini," jawab Wira.
"Wira pinter masak lho mah.. Masakannya enak banget," pujiku.
"Pantesan kamu gemukan, nduk," sahut papah.
"Eh kok Papa tau kalau Wira sering masakin aku makanan?"
"Ya jelas tau."
"Iya om, makan terus itu." wira mulai iseng dan sepertinya dia berkomplot dengan Papa untuk menjahiliku.
Aku melirik tajam ke arah nya. Dia malah mengedipkan sebelah mata nya padaku.
"Eh, Mbak. Tadi aku ketemu sama mba Ning.. Dia habis kena musibah lho," kata Mayla sambil makan.
"Musibah apa?" tanyaku penasaran
"Dia hampir diperkosa sama orang di rumah nya sendiri. Tapi pelakunya aneh, bisa ngilang gitu lho. Ih serem," kata Mayla sambil bergidik ngeri.
"Ngilang? maksudnya hilang gitu aja?kayak setan??" tanyaku memperjelas.
"Iya! pas dikejar, dia bisa hilang gitu. Serem gak sih?!"
"Memang banyak gosip beredar gitu kok, Nduk. Banyak yang sudah jadi korban. Kalian berdua hati hati. Kayaknya pelaku mengincar gadis yg masih perawan. Soalnya korban korban yang Papa dengar, ya semua masih gadis perawan. Kecuali kalian udah gak perawan, ya aman," kata papah sambil melirikku.
"Eh eh eh. Aku masih perawan ya," kataku sambil melotot.
"Serius?" tanya mamah seakan tidak percaya.
"Ih mamah deh! Masa gak percaya??tanya aja Wira!!"kataku ngotot
Mereka melihat wira bersamaan.
"Mm... iya om tante, saya belum apa apain Nayla kok. beneran," kata wira kikuk.
Papah dan mamah ketawa ngakak.
"Iya, om percaya kok," kata papah sambil menepuk bahu wira pelan.
Fyuuuuhhh
Apaan coba maksudnya. Huft. Keluargaku suka banget bercanda yang bikin senam jantung.
\=\=\=\=\=
Aku duduk bersandar di dada wira, kami sedang ada di halaman belakang rumah ku.
Papah dan mamah sedang pergi ke hajatan tetangga jauh. Mayla sedang mengerjakan tugas sekolah di kamarnya.
"Sayang," panggil wira sambil memegang tangan ku.
"Soal kata kata papah kamu.."
Wira ragu untuk meneruskan kalimatnya.
"Yg mana?"
"Soal cucu."
Degg!!
"Kenapa emang?" aku agak malu jika harus membahas hal ini. Apakah Wira berpikiran untuk membuatkan seorang cucu betulan untuk Papa?
"Aku ..." wajah Wira terlihat tidak enak dilihat. Rasanya ada sesuatu di pikirannya yang sangat mengganggu, terutama masalah anak.
"Kamu kenapa? impoten?" tanyaku spontan.
Dicubit nya pipiku.
"Ngaco! Bukan itu!!"
"Terus apa dong."
"Kamu mau nikah sama aku, Nay?" tanyanya ragu.
"Ini pertanyaan yang menjebak. Perasaan di mana mana yg sering aku denger tuh gini nanya nya, 'maukah kamu menikah denganku?' gitu kayanya deh. Bukan kayak kamu bilang tadi. Itu kamu nanya, apa ngajakin?"
Wira malah ketawa.
"Kalau kita nikah nanti, dan waktu terus berjalan, aku bakal tua dan kamu tetep ganteng gini.
Apa kamu masih cinta sama aku, Ra?" pertanyaan justru ku balik, dengan semua kecemasan ku yang selama ini merasuk di benakku selama bersama Wira. Setelah tau masa lalunya, dan semua hal tentang dirinya.
Wira diam beberapa saat. Dia lantas duduk menghadap ku. Dengan tatapan dalam dia tersenyum.
"Kamu jangan ragukan perasaanku, Nay. Aku akan mencintai kamu sampai maut memisahkan kita. Nggak peduli kamu bakal jelek, tua, keriput. Aku malah suka, dan jujur pengen ngerasain hal itu. Aku ingin menua bersamamu."
Kutatap wajah Wira yg teduh. Lalu kupeluk dia erat.
Hubungan kami memang membingungkan. Entah akan seperti apa nanti jika kami menikah. Bagaimana anggap orang terhadap kami nanti. Kadang aku berfikir, lebih baik aku pergi meninggalkan Wira agar dapat hidup normal, tapi aku tidak bisa. Aku tidak bisa jauh darinya. aku sangat mencintainya. Aku sangat nyaman berada di samping nya.
Itulah kenapa aku tidak begitu suka jika orang orang membahas pernikahanku.
"Oh iya, urusan kamu gimana?" tanyaku mencoba mengalihkan pembicaraan.
"Oh itu. Aku di sini ada tugas dari Hans.."
"Tugas? Tugas apa?" tanyaku penasaran.
"Semua ada hubungan nya sama pelaku pemerkosaan yg santer di desa ini dan beberapa desa sebelah."
"Serius.? Jadi kamu tau soal ini?"
"Iya, Nay. Aku disuruh Hans buat menyingkirkan orang itu. Dia pelaku ilmu hitam yg menumbalkan gadis yg masih perawan, dan sepertinya orang tadi adalah pelaku nya."
"Terus gimana cara nangkep nya!!"
"Nanti malem aku bakal operasi. Aku cari orangnya. Aku yakin pasti ketemu. Ini bukan kasus pertamaku, Nay. Jadi kamu nggak usah khawatir, ya."
"Kamu sering ngelakuin hal gini?"
"Lumayan. Ini adalah pekerjaan ku, selain jadi asdos kamu," katanya sambil mencubit hidung ku gemas.
"Aahh!" Terdengar teriakan dari kamar Mayla.
Aku dan wira saling pandang.
Wira langsung loncat masuk ke dalam rumah. Aku pun mengikutinya.
Mayla!
Astaga!
Kenapa dia!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 323 Episodes
Comments
Naqilla
bener bener suka pas part ini.
tapi kenyataan tak sesuai harapan...pengenya sih nayla dan wira bisa langgeng dan punya keturunan.
tapi apalah daya takdir nayla dengan arya bukan dengan wira
2023-05-24
1