Hari-hari berlalu, gangguan di rumah Suriani pun tidak ada lagi. Hingga acara tujuh hari pun berjalan dengan lancar.
Suriani selalu mendoakan almarhum ayahnya. Dan Sura pun sudah ikhlas dengan kematian suaminya.
Hari-hari yang mereka lewati pun berjalan seperti biasa. Bahkan tidak ada lagi kesedihan pada diri mereka.
Karena menurut mereka, kematian itu adalah suatu kepastian. Sejauh apapun kita menghindar maka akan datang juga kepada kita.
Hanya kapan? Kita sendiri juga tidak tahu. Entah besok, lusa, setahun dua tahun, atau sepuluh tahun lagi. Tidak ada manusia yang mengetahuinya.
"Bu, aku berangkat dulu ya," ucap Suriani. Seperti biasa ia sudah mulai aktif mengajar di desa sebelah sebagai guru mengaji.
"Iya hati-hati, Nak," balas Sura.
Pagi harinya Suriani mengajar di desa sebelah, dan sorenya mengajar di desanya. Meskipun ada banyak guru mengaji, namun Suriani yang dipilih.
Para muridnya juga merasa nyaman belajar dengan Suriani. Mungkin karena ketulusan hati gadis itu, hingga membuat mereka senang.
Disisi lain ...
Samsul semakin tenggelam dalam kekufuran nya. Selalu mengagungkan hartanya yang ia dapatkan dengan cara yang salah.
Kali ini Samsul sudah mendapatkan kembali gadis yang akan dinikahi nya. Dan hari ini juga ia akan menikahi gadis itu.
Seperti biasa, agar aksinya tidak ketahuan, kedua pelayan nya di beri cuti beberapa hari untuk pulang kampung.
Bahkan mereka diberikan uang dengan nominal yang besar menurut mereka. Tentu saja mereka senang.
Sebenarnya mereka sudah tidak tahan bekerja disini, namun apa boleh buat, mereka adalah harapan keluarganya. Ditambah ada anak yang masih harus dijaga.
Dengan bekerja disini, perekonomian keluarga nya bisa terbantu. Seperti beberapa hari yang lalu, mereka dapat gangguan lagi.
Flashback ...
"Rah, bukannya tadi kamu ke toilet, tapi kok ada di dapur?" tanya Hamidah.
Sosok yang membelakangi nya sangat mirip dengan Mirah, bahkan pakaian juga mirip. Namun sosok itu tidak mau memperlihatkan wajahnya.
"Rah, kamu dengar tidak aku bicara?" tanya Hamidah lagi.
Namun sosok itu hanya diam saja. Malah sibuk mengelap piring didapur. Tanpa curiga Hamidah masih mengajaknya bicara.
"Loh, bukan nya piring itu sudah di lap bersih? Kok kamu lap lagi?" Sosok itu masih betah dengan diamnya.
Hamidah yang tidak curiga pun kembali ke kamarnya. Namun ia terkejut saat mendapati Mirah yang baru keluar dari toilet.
"Kamu? lalu tadi ...?"
"Kamu kenapa? Kok seperti melihat hantu saja." potong Mirah.
Hamidah menarik pelan tangan Mirah dan mengajaknya duduk. "Ta--tadi aku melihat kamu didapur, kamu sedang mengelap piring."
Mirah mengernyitkan keningnya, ia dari tadi di toilet dan baru keluar setelah Hamidah masuk.
Karena penasaran, keduanya pun kembali ke dapur untuk memastikan jika Hamidah tidak salah lihat.
Namun sosok itu sudah tidak ada, dan bahkan piring tertata rapi dan seperti tidak ada yang menyentuhnya.
"Apa itu tadi hantu?" batin Hamidah.
Saat Hamidah berpikir seperti itu, tiba-tiba muncul sosok perempuan bergaun putih. Sontak saja mereka terkejut dan berlari kekamar mereka.
Flashback end ...
Saat Samsul memintanya untuk pulang kampung, mereka begitu senang. Dan mereka akan mencari pekerjaan lain nantinya.
Hari ini juga keduanya pulang ke kampung halaman mereka masing-masing. Semua pakaian yang ada mereka bawa.
Hanya yang tinggal pakaian pemberian Samsul. Mereka tidak ada niat untuk membawanya pulang.
Sementara Samsul, setelah melakukan prosesi pernikahan. Ia membawa istrinya kembali ke rumahnya.
Betapa senangnya istrinya, Samsul sengaja mencari korbannya di desa. Mungkin dia menganggap gadis desa lebih mudah di bodohi.
Memang benar, sudah ada beberapa korban semuanya dari desa. Bahkan korban kali ini adalah korban yang ke empat juga dari desa.
"Masuklah, aku harap kamu betah tinggal disini," ucap Samsul.
Runa mengangguk, dia yang datang dari desa tentu sangat senang memiliki suami kaya. Samsul pun memintanya untuk mandi kemudian istirahat.
Samsul juga menunjukkan lemari yang penuh dengan pakaian wanita. Juga perhiasan dan barang-barang mewah ada didalamnya.
Samsul keluar dari kamarnya dan berjalan memasuki ruang bawah tanah. Ia ingin mempersiapkan segalanya untuk nanti malam.
Sementara Runa yang sudah selesai mandi, ia tersenyum saat mencoba pakaian baru dan modis.
Tak pernah terpikirkan olehnya bisa memiliki suami tampan dan kaya raya. Hidupnya terasa sangat beruntung.
Runa keluar dari kamar, karena merasa lapar iapun ke dapur. Runa sebelumnya sudah di bawa untuk mengenali rumah ini.
Terutama dapur, tidak terlalu sulit baginya untuk mengenal tempat ini. Runa mulai memasak dengan bahan yang ada.
Beruntung Mirah dan Hamidah sudah berbelanja terlebih dahulu sebelum mereka pulang.
"Sedang apa?" tanya Samsul yang tiba-tiba muncul.
"Akh ... bikin kaget saja," jawab Runa.
"Maaf, aku tidak bermaksud seperti itu."
"Mas darimana saja? Aku cari-cari gak ada."
"Keluar sebentar, ada perlu soalnya. Masak apa?"
"Ayam goreng, dan ...."
"Enak tuh," potong Samsul saat melihat Runa mengulek bumbu untuk membuat sambal.
Kemudian Samsul pamit ke kamar untuk mandi. Setelah beberapa saat ia datang lagi dengan pakaian lengkap dan rapi.
Meskipun hanya berpakaian santai, karena karisma yang dimiliki Samsul semakin kuat.
"Makan dulu Mas," ucap Runa saat menghidangkan makanan diatas meja.
Samsul mengangguk lalu tersenyum, hal itu semakin membuat Runa jatuh pada pesona Samsul.
Runa tidak sadar jika dirinya dalam pengaruh ilmu pengasih dari Samsul. Sehingga ia bisa terpikat begitu dalam.
Bahkan baru kenal beberapa hari sudah mau diajak nikah. Perlakuan manis Samsul padanya semakin membuatnya jatuh cinta.
"Setelah ini siap-siap ya, aku ingin mengajakmu jalan-jalan. Kita akan melihat kota ini sebelum malam hari."
Runa mengangguk senang. Kemudian dengan cepat menghabiskan makanannya.
"Pelan-pelan, tidak usah terburu-buru," ucap Samsul.
Runa pun mengangguk. Kemudian ia membereskan meja makan dan Samsul yang mencuci piring.
Setelah selesai, Runa langsung ke kamar untuk berganti pakaian dan memilih perhiasan untuk dipakai dan juga ras bermerek.
"Sudah siap?" tanya Samsul saat Runa sudah kembali kebawah.
"Sudah, apa ini cocok?"
"Sangat cocok dan cantik."
Runa tersipu-sipu saat dipuji. Memang cantik sih. Kemudian Samsul membukakan pintu mobil untuknya.
Setelah itu Samsul memasangkan seatbelt pada Runa agar aman di perjalanan. Runa tidak bertanya tujuannya. Ia percaya jika Samsul hanya akan membawanya jalan-jalan.
"Kamu suka?" tanya Samsul membawanya ke pusat perbelanjaan terbesar di kota ini. Runa mengangguk sebagai jawaban.
"Pilihlah apa yang ingin kamu beli, nanti bayar pakai ini, ya?" Samsul memberikan kartunya untuk Runa membayar.
Runa memilih pakaian, padahal didalam lemari, pakaian nya sudah penuh. Namun Samsul tetap ingin menyenangkan Runa terlebih dahulu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments