Episode 10

Hari pun berlalu, kini Samsul memberanikan diri meminta Aida untuk dipersunting olehnya.

Karena Mbah Sukmo selalu datang menuntut janjinya. Samsul pun menargetkan Aida sebagai korban berikutnya.

"Apa kamu setuju, Nak?" tanya Pak Kosim saat Samsul meminta Aida kepadanya.

Aida mengangguk, mereka tidak menyadari jika akan ada kejadian yang mengejutkan mereka nantinya.

"Baiklah, kapan kalian akan menikah?" tanya Pak Kosim.

"Kalau bisa empat hari lagi," jawab Samsul.

Waktu yang Samsul tetapkan adalah, waktu dimana bulan purnama itu nanti. Karena permintaan Mbah Sukmo atau lebih tepatnya Jagira.

Setelah menyetujui kesepakatan, Samsul pun memberikan sejumlah uang yang banyak pada Pak Kosim untuk menyelenggarakan acara pernikahan nantinya.

Dengan senang hati, Pak Kosim menerima uang tersebut. Tanpa mereka tahu uang itu berasal darimana?

"Kalau begitu, aku pamit dulu Pak, Bu," ucap Samsul sopan, sambil menyalami dan mencium tangan kedua orang tua itu.

Sepeninggalan Samsul, Pak Kosim dan Bu Ratna sangat senang melihat banyak uang pemberian Samsul.

Dan mereka akan mengadakan pesta besar-besaran nantinya. Dan mengundang seluruh warga desa.

"Pak, ternyata dia anak orang kaya, ya," kata Bu Ratna.

"Iya Bu, aku juga baru tahu," balas Pak Kosim.

Pak Kosim pun mendatangi para warga untuk meminta bantuannya. Dengan senang hati warga ingin membantu mereka.

Ya, di desa ini jika ada kegiatan atau hajatan atau apapun itu, penduduk setempat akan saling bantu-membantu.

Mereka akan bergotong royong mengerjakan untuk acara hajatan tersebut. Dan masing-masing akan mendapatkan giliran nya.

Samsul tiba di rumahnya, ia duduk di kursi yang terbuat dari kayu. Saat ia merenung, tiba-tiba angin berhembus kearah.

Anehnya angin itu hanya menerpa dirinya saja. Sehingga Samsul kaget dan segera sadar dari lamunannya.

Samsul mengusap wajahnya kasar, ia bangkit dan segera mencuci muka. Hari sudah mulai sore, Samsul pun menimba air untuk menyiram kebun miliknya.

Malam hari ...

Setelah selesai makan malam, Samsul keluar rumah. Ia ingin bergabung dengan para pria di pos ronda.

"Permisi semuanya," ucap Samsul.

Mereka semua tersenyum karena Samsul membawakan mereka kopi dan roti yang ia beli di warung.

"Wah repot-repot saja, apapun terima kasih," ucap salah satu dari mereka.

"Iya, gak repot kok," ujar Samsul.

Di desa ini kebanyakan para gadis menikah muda, yang seangkatan dengan Aida semua sudah menikah. Hanya yang ada di bawah umur yang belum pantas nikah.

Samsul tidak pernah ikut ronda malam, namun penduduk disini tidak mempermasalahkan nya.

Saat mereka sedang bercanda, tiba-tiba sekelebat bayangan putih melintas didepan mereka.

Mereka sudah bersiap-siap untuk kabur, namun di cegah oleh Samsul. Dan mengatakan tidak perlu takut.

Namun yang namanya takut, tetap saja takut. merekapun lari berhamburan ke rumah masing-masing.

Para warga yang lain pun keluar saat mendengar keributan tersebut. Mereka mendatangi Samsul yang masih berada di pos jaga.

"Ada apa sebenarnya?" tanya Pak Kosim saat di dekat Samsul.

"Sepertinya mereka melihat sesuatu, Pak. Aku juga tidak tahu apa?" jawab Samsul.

"Sepertinya desa ini tidak aman, dulu kemalingan, sekarang mereka ketakutan yang katanya melihat hantu," kata Pak Kosim.

"Bapak percaya hantu?" tanya Samsul.

"Sejujurnya Bapak tidak percaya dengan hal yang begituan. Orang yang sudah meninggal tidak akan menjadi hantu. Itu adalah ulah jin yang ingin menakuti manusia," jawab Pak Kosim.

Tidak berapa lama setelah Pak Kosim berbicara seperti itu, asap putih mengepul yang entah darimana datangnya.

Pak Kosim memperhatikan asap tersebut yang mulai berubah membentuk seperti sosok manusia.

Dan tidak berapa lama, asap itu sudah berubah sepenuhnya dan menjadi sosok putih berambut panjang.

"Nak Sam," ucap pak Kosim yang mulai gemetar.

"Kenapa Pak?" tanya yang lain.

Anehnya yang lain tidak melihat nya, hanya Pak Kosim sendiri yang melihatnya.

"It--itu ...." pak Kosim menunjuk ke arah makhluk tersebut. Namun mereka heran dengan yang pak Kosim tunjuk tidak ada apa-apa.

"Pak Kosim ada apa?" tanya Samsul yang juga tidak melihatnya.

Pak Kosim gemetar hingga terkencing di celana. Yang lain menutup hidungnya karena tercium bau pesing.

Tidak berapa lama pak Kosim pun pingsan. Para warga yang lain pun segera menggotong tubuh pak Kosim membawanya pulang.

Samsul juga ikut menggotong tubuh pak Kosim. Para warga berkumpul saat melihat pak Kosim pingsan.

"Apa yang terjadi?" tanya Bu Ratna dengan panik. Para warga pun menggeleng serentak. Karena mereka memang tidak tahu penyebabnya.

"Bu, sepertinya Pak Kosim melihat sesuatu, namun kami tidak melihatnya," ucap Samsul menjelaskan.

"Bawa masuk, nanti juga akan sadar sendiri," kata Bu Ratna.

"Bu, sebaiknya pakaiannya di ganti, terutama celananya," pinta Samsul.

Bu Ratna pun mengangguk, pak Kosim pun segera di bawa masuk kedalam kamar. Kemudian merekapun menunggu di ruang tamu, dan sebagian nya lagi menunggu di luar rumah.

Bu Ratna menggantikan pakaian suaminya, dan menyimpannya didalam bakul tempat pakaian kotor.

Setelah setengah jam, pak Kosim pun tersadar dan langsung menjerit.

"Hantu...!" Dan jeritan itu sontak membuat mereka terkejut. Bu Ratna yang disampingnya pun tidak kalah terkejut.

"Pak, ada apa Pak?" tanya Bu Ratna.

"Hantu Bu, ada hantu," jawab pak Kosim.

Samsul mendekat, beberapa orang warga juga mendekat. Aida yang berada didalam kamarnya pun keluar.

Tadi ia sudah tertidur, namun saat mendengar suara gaduh, iapun terbangun. Ia heran melihat para warga yang berkumpul. Kemudian ia bergegas ke kamar ibunya.

"Ada apa Bu, kok ramai-ramai?" tanya Aida.

"Bapakmu melihat hantu katanya," jawab Bu Ratna.

Aida segera menghampiri ibunya karena takut. Dulu tidak pernah seheboh ini, mengapa sekarang menjadi heboh soal hantu? Begitulah pemikiran Aida.

"Bang Sam, seperti apa sih hantunya?" tanya Aida. Samsul menggeleng sebagai jawaban.

Pak Kosim pun menceritakan apa yang ia lihat, ciri-ciri hantu tersebut. Dan yang membuatnya semakin takut adalah, wajah dari hantu itu.

Setelah semuanya tenang, para warga pun kembali ke rumah masing-masing. Kebetulan sekarang sudah jam satu malam.

Samsul juga pamit, dengan alasan tidak enak jika menginap disini. Karena mereka belum resmi menikah.

Bu Ratna pun membenarkan alasan Samsul dan menganggap bahwa Samsul pria baik-baik.

Samsul berjalan di kegelapan malam, hanya ada cahaya bulan yang tidak terlalu terang. Samsul merasakan ada hawa dingin menyelimuti dirinya.

"Jangan ganggu aku," ucap Samsul berbicara sendiri. Kemudian hawa dingin itupun menghilang.

Samsul tiba di rumah, saat membuka pintu tiba-tiba ada kucing hitam meloncat kearahnya.

Samsul menghindar, dan kucing itu segera berlari keluar lalu menghilang. Samsul masuk dan merasakan ada sesuatu yang menyentuh pundaknya.

Samsul menoleh, namun ia tidak melihat seseorang yang menyentuh pundaknya.

Terpopuler

Comments

sabil abdullah

sabil abdullah

sama di desaku juga gtu torrr
namanya rewang
kalo di kota udah katering
dan prasmanan

2024-05-19

1

Ela Jutek

Ela Jutek

keberanian mu hebat juga Sam

2024-05-17

1

Anjellita

Anjellita

makin ngeri aja thor

2024-05-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!