Episode 13

Samsul sekarang sudah memiliki rumah, mobil dan hidupnya berubah drastis karena sudah menjadi orang kaya.

Dari segi penampilan nya saja sudah beda 180 derajat dari sebelumnya. Namun perjanjian tetap ia tunaikan.

Jika tidak maka dirinya ataupun orang yang dia cinta yang akan menjadi korbannya. Dan Samsul tidak mau itu terjadi.

Disini tidak ada yang mengenali nya. Karena rumah yang ia tempati cukup jauh dari rumah yang lain.

Lebih tepatnya rumah tunggal. Setiap orang yang tinggal di tempat ini tidak ada yang betah.

Karena menurut cerita, pemilik pertama rumah ini mati terbunuh. Dan menurut sumber yang didapat, rumah ini di rampok dan seluruh penghuni nya meninggal.

Tiba-tiba datang orang yang mengaku saudaranya, dan menjual rumah ini. Tapi sekarang orang itu juga lenyap tanpa tahu rimba nya.

"Rumah ini lumayan besar, dan harganya cukup murah," gumam Samsul.

Samsul menelisik kesegala arah, dan tidak sengaja menemukan sebuah pintu yang menurut nya aneh.

Samsul hendak membukanya, namun tidak bisa. Samsul mencoba berulang kali tetap tidak bisa.

Namun saat tangan Samsul menyentuh dinding, pintu tersebut terbuka dengan sendirinya.

"Ehh," ucap Samsul. Kemudian ia masuk dan menuruni anak tangga.

Ternyata ruangan itu mengarah ke bawah, Samsul pun menyelusuri lorong kecil dan gelap itu.

Samsul menghidupkan senter di ponselnya. Ruangan ini tidak ada listrik sama sekali. Samsul semakin masuk kedalam.

"Tempat apa ini, sepertinya cocok untuk tempat sesembahan," ucapnya.

Ya, Samsul akan menjadikan tempat ini sebagai tempat sesembahan nantinya. Ia akan dengan mudah melancarkan aksinya.

"Jika ini tempat sesembahan, maka aku akan menjadikan tempat ini juga," gumam Samsul.

Malam hari ...

Samsul sedang bersantai di taman belakang, sedangkan PRT sedang mencuci piring sehabis makan.

Oya, Samsul menyewa jasa PRT dua orang untuk mengurus rumah ini. Saat sedang mencuci piring. Tiba-tiba televisi di ruang tamu menyala sendiri.

Kedua pelayan itu saling pandang, kemudian keduanya menghentikan kegiatannya dan mematikan keran air.

Keduanya berjalan ke ruang tamu, dan benar saja televisi sedang menyala padahal tidak ada siapa-siapa.

"Ini Tuan kebiasaan, televisi menyala tidak di tonton," ucap Mirah salah satu pelayan di rumah ini.

Samsul mengambil pelayan dari biro jasa tenaga kerja. Jadi dia orang yang terpilih itulah yang bekerja disini.

Tanpa rasa curiga, Mirah pun mematikan televisi tersebut. Kemudian keduanya pun kembali ke dapur.

"Loh kok keran masih mengalir airnya, perasaan tadi sudah di tutup," ucap Hamidah.

"Iya ya, seingat ku juga begitu, apa mungkin ...." Mirah tidak melanjutkan kalimatnya.

"Ada apa tanya Samsul?" tanya Samsul yang tiba-tiba muncul.

"Tu--tuan, bikin kaget saja," jawab keduanya serentak.

"Ada apa? Wajah kalian pucat begitu?" tanya Samsul.

"Ti--tidak apa-apa Tuan," jawab Mirah. Kemudian keduanya melanjutkan pekerjaannya agar cepat selesai.

Samsul pun berlalu masuk kedalam kamarnya, rumah ini di jual murah karena memang angker.

Sebab itulah tidak ada yang betah tinggal disini. Namun Samsul malah menjadi tempat ini cocok untuknya.

Hamidah dan Mirah pun masuk kedalam kamarnya, karena pekerjaannya sudah selesai. Keduanya masih berpikir positif.

Meskipun sudah ada menunjukkan tanda-tanda aneh. Karena mereka harus bekerja untuk menghidupi keluarganya.

Keduanya janda dan punya anak di kampung. Yang harus dibiayai hidupnya. Gaji mereka sudah dibayar di muka oleh Samsul.

Karena mereka sangat membutuhkan uang. Jadi Samsul pun membayar gaji mereka terlebih dahulu.

"Dah, kamu gak shalat? Dari tadi aku lihat kamu tidak shalat waktu Maghrib," tanya Mirah.

"Aku lagi dapet nih, siang tadi, bocor deh kayanya," jawab Hamidah.

"Aku ada nih, pakai dulu. Nanti kita beli lagi."

Keduanya tidur satu kamar, karena mereka tidak ingin pisah. Mirah pun mulai shalat. Setelah selesai barulah mereka istirahat.

Malam berlalu begitu pantas, hingga pagi pun menjelang. Saat keduanya berjalan ke dapur, mereka melihat Samsul sedang berdiri didepan kulkas.

"Tuan!" panggil Mirah. Namun Samsul tidak menoleh sedikitpun. Tidak berapa lama terdengar suara dari atas memanggil mereka.

Keduanya menoleh kearah suara, dan saat mereka berbalik, Samsul yang berdiri didepan kulkas sudah tidak ada.

"Tuan, bukankah tadi Tuan ada didapur?" tanya Mirah.

"Bik, aku baru keluar dari kamar, dan belum turun sejak tadi apalagi kedapur?" jawab Samsul.

Keduanya saling sikut, karena mereka jelas-jelas melihat tuan mereka di depan kulkas.

"Dari semalam kalian terlihat aneh, ada apa?" tanya Samsul.

"Tidak ada apa-apa Tuan, kami mau lanjut masak," jawab Hamidah.

Keduanya pun bergegas kembali ke dapur untuk memasak. Mereka sudah merasa kan ada kejanggalan di rumah ini.

Hingga saat sarapan, Samsul meminta mereka untuk makan bersama. Mereka awalnya menolak, namun Samsul memaksa.

"Bagaimana dengan uang kemarin? Apa sudah dikirim?" tanya Samsul di sela-sela makan nya.

"Sudah Tuan, terima kasih banyak Tuan," ucap keduanya serentak.

"Bekerjalah dengan baik, ada saatnya kalian libur dan pulang ke kampung untuk menemui keluarga kalian," ucap Samsul.

Hamidah dan Mirah pun mengangguk senang. Mereka di gaji lumayan besar oleh Samsul. Mereka tidak tahu uang itu datangnya darimana?

Yang penting mereka bekerja dan menganggap uang itu halal. Dan mereka juga tidak tahu tuan nya kerja apa?

Mereka disini baru dua hari, jadi terlalu ikut campur bila harus bertanya yang bukan-bukan.

Setelah selesai sarapan, Samsul pun keluar. Hamidah dan Mirah lanjut kerja membersihkan dan membereskan rumah.

Hanya kamar tuannya yang tidak boleh di masuki oleh mereka. Jika ada pakaian kotor pun, Samsul akan menyimpan nya diluar pintu kamar.

"Apa kamu merasa aneh?" tanya Hamidah.

"Maksudmu tentang yang tadi?" tanya Mirah balik.

"Iya, padahal jelas-jelas kita melihat tuan di dapur, tapi kok tiba-tiba di atas apa jangan-jangan ...."

"Ssst ... jangan berpikiran yang macam-macam, sebaiknya kita lanjut kerja."

Sementara Samsul sedang mengendarai mobilnya, ia ingin buka usaha untuk menutupi semuanya.

Jika dia tidak punya pekerjaan, maka ia akan dicurigai. Begitu pikir nya. Jadi ia ingin mencari tempat yang cocok untuk buka usaha.

"Tapi usaha apa, ya?" pikirnya.

Lalu timbul idenya untuk buka usaha pakaian jadi. Ia ingin mencari rumah atau gedung yang nantinya akan dijadikan toko.

Hampir satu jam ia keliling, dan akhirnya menemukan gedung berlantai tiga. Dan gedung tersebut untuk disewakan.

Samsul pun menghampiri gedung tersebut dan membaca serta menyimpan nomor teleponnya yang tertera disitu.

Nanti dia akan menghubungi pemiliknya. Samsul pun kembali melanjutkan perjalanan menyelusuri jalanan kota.

Tidak terasa, waktu makan siang pun tiba, Samsul menelpon Mirah jika dia tidak kembali siang ini. Mirah pun mengiyakan nya saja.

Terpopuler

Comments

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor 🥰

2024-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!