Bu Ratna dan Pak Kosim sepertinya ingin menjodohkan putrinya dengan Samsul. Mereka tertarik dengan Samsul karena kebaikan pemuda itu.
Samsul dari segi wajah dan penampilan tidak buruk-buruk amat. Bahkan wajahnya juga tampan dan tubuhnya gagah.
"Bagaimana Nak?" tanya Pak Kosim.
"Sepertinya aku tidak layak Pak, anak Bapak pergaulannya orang kota, pasti ...."
"Tapi Nak Sam juga tidak jelek kok." Bu Ratna menimpali.
Samsul tersenyum tipis, sangat tipis sehingga pasangan suami istri itu tidak menyadari.
"Aku sudah terikat janji dengan setan, tidak bisa lepas sebelum aku dapat ketujuh tumbal tersebut," batin Samsul.
Setelah lama berbincang-bincang, keduanya pun pamit pulang. Samsul pun dengan sopan menyalami dan mencium tangan keduanya.
Samsul kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Saat ia mencangkul tanah untuk menanam sayuran baru.
Tiba-tiba angin berhembus melewati dirinya, Samsul segera berdiri. "Katakan saja apa mau mu?"
Namun tidak ada jawaban atas pertanyaan itu, Samsul sudah terbiasa dengan semua ini. Sehingga ia mengerti jika Mbah Sukmo mendatangi nya.
Prraaaang ...
Terdengar bunyi benda jatuh, dan sepertinya barang terbuat dari kaca. Karena suaranya begitu keras, jadi Samsul segera masuk kedalam rumah.
Samsul menelisik kesegala arah, namun ia tidak menemukan barang apapun yang jatuh. Bahkan semuanya masih berada di tempatnya dengan baik.
"Katakan! Apa maumu?" tanya Samsul.
"Hahaha ... hahahaha ... hahaha" suara tawa menggema tanpa wujud pun menggema di rumah itu. Kemudian menghilang.
....
Malam hari ...
Samsul berbaring diatas tempat tidur, tiba-tiba rumah berguncang. Samsul bangun dan berdiri.
"Tampakkan wujud mu!"
"Hahaha ... hahaha ... hahaha. Ingat! Sebentar lagi malam purnama itu, kau harus menepati janjimu. Jika tidak, maka seluruh desa mu yang akan menanggungnya. Hahahaha ... hahaha."
Makhluk itu tidak menampakkan wujudnya, hanya suara dan tawanya yang menggema di rumah ini.
"Maafkan aku Suri," ucap Samsul. Samsul pun kembali berbaring.
Sementara di pos jaga ...
"Bang!" panggil suara dari belakang mereka yang berjaga.
Mereka yang sedang bermain gaplek pun menoleh kearah asal suara. Namun tidak menemukan siapa-siapa.
"Bang!" suara itu terdengar lagi. Mereka kembali menoleh.
"Hantu...!" Mereka yang berjumlah empat orang itu pun segera melompat, bahkan ada yang sampai menginjak temannya yang sedang tertidur.
Empat orang yang bermain gaplek pun berlari menyelamatkan diri masing-masing. Sedangkan yang kena injak pun terbangun karena terkejut.
"Ada apa? mengapa mereka semua lari? Apa ada maling?" Pria itu mengucek matanya.
"Ha--hantu...!" Pria itu sampai terkencing di celana saking takutnya.
Bagaimana tidak? Saat melihat sosok putih berambut panjang berdiri didepannya tanpa menginjak tanah.
Sosok itu melayang mendekati pria itu, pria itu tubuhnya gemetar, lalu setelah itu pria itupun pingsan. Sosok itu kemudian menghilang.
Sementara keempat orang tadi sudah lari tidak tentu arah. Ada yang memanjat pohon, ada yang terjatuh ke sungai dan ada yang bersembunyi di kolong rumah.
Mereka benar-benar takut dengan sosok berpakaian putih tersebut. Yang lebih membuat mereka takut adalah, sosok itu tidak menginjak kan kakinya di tanah.
Di rumah Samsul ...
"Bang, tolong aku Bang, disini panas!" Suara itu semakin mendekat namun tidak ada wujudnya.
Samsul terus mencari-cari asal suara tersebut. "Siapa kamu? Tunjukkan wujud mu!"
"Hihihi ... hihihi ... hihihi" Suara tawa menggema. Kemudian terdengar tangisan.
"Tunjukkan wujud mu!"
Asap putih mengepul membentuk seperti sosok seorang wanita. Semakin jelas, hingga nampak sosok berpakaian putih dengan rambut panjang terurai.
Sosok itu terbang menghampiri Samsul, kemudian mencekik leher Samsul dengan kuat. Sehingga Samsul kesulitan bernafas.
"Argh...!" Samsul menjerit sekuat-kuatnya dan iapun terbangun.
"Hah ... hah ... hah." Nafas Samsul ngos-ngosan seperti orang habis lari maraton.
"Mimpi itu lagi," batin Samsul. Samsul melihat jam, ternyata sudah jam satu pagi.
Pagi harinya warga digemparkan dengan kematian seorang pria yang terapung di sungai.
Ya, kejadian semalam membuat salah satu warga meninggal dunia karena terjun ke sungai.
Mereka yang ikut ronda malam pun menceritakan kronologi kejadiannya. Bahwa mereka didatangi sosok seorang wanita berambut panjang.
"Mengapa sama dengan mimpiku?" tanya Samsul.
"Apa maksud Nak Sam?" tanya Pak Kosim.
"Semalam aku bermimpi bertemu sosok wanita seperti yang mereka ceritakan. Dan sosok itu mencekik leherku," jawab Samsul.
"Aneh, baru kali ini kejadian seperti ini," ucap Pak Kosim.
"Pak, sepertinya warga kita sedang di teror," ucap si C salah satu warga yang semalam memanjat pohon.
"Hus, jangan ngaco deh, malam ini kita perketat ronda malam," pinta Pak Kosim.
Kini mereka sudah berada di pemakaman, merekapun mengubur jenazah pria itu hari ini juga. Jika dibiarkan lama-lama, takut nya hal lain yang akan terjadi.
"Nak Sam, apakah mimpi mu ada kaitannya dengan kejadian semalam?" tanya Pak Kosim.
"Saya juga kurang tahu Pak," jawab Samsul. Saat ini mereka sedang di rumah duka setelah selesai mengubur jenazah.
Para warga disini akan berkumpul di rumah duka saat ada yang meninggal. Mereka akan saling membantu dari mengurus jenazah hingga selesai.
"Aku permisi dulu Pak," kata Samsul berpamitan.
"Baiklah," ujar Pak Kosim. Samsul bersalaman pada orang yang ada di situ terutamanya pria.
Hanya berjarak beberapa ratus meter saja rumah duka dari rumah Samsul. Hingga iapun cepat tiba dirumahnya.
Beberapa hari kemudian, suasana di desa itu aman, tidak ada kejadian seperti malam sebelumnya.
Seorang gadis turun dari motor, dia adalah anaknya Pak Kosim dan Bu Ratna yang berkuliah di kota.
Saat ia ingin masuk, gadis itu berpapasan dengan Samsul yang hendak keluar dari rumah Pak Kosim.
Pesona Samsul kembali memikat hati gadis itu. Ya, ilmu pengasih Samsul kembali saat ada korban selanjutnya.
Samsul tersenyum dan sedikit menunduk. Tanpa mengucapkan apa-apa, Samsul segera berlalu.
"Kamu sudah datang, Nak?" tanya Bu Ratna dengan gembira.
Aida nama gadis itu, langsung memeluk ibunya, kemudian baru ayahnya. Aida kembali menoleh ke belakang dan berharap masih ada Samsul.
Namun ternyata Samsul sudah berlalu dan menghilang dari pandangan mereka, termasuk Aida.
"Bu, siapa cowok tadi?" tanya Aida.
"Oh, itu namanya Samsul, baru beberapa bulan di sini," jawab Bu Ratna.
"Tampan ya," ucap Aida keceplosan. Setelah sadar dengan ucapannya, Aida langsung menutup mulutnya.
"Istirahatlah, mungkin kamu capek," pinta Bu Ratna.
"Berapa lama kamu libur?" tanya Pak Kosim.
"Satu bulan, Yah, setelah lulus nanti baru cari kerja," jawab Aida.
Aida pun istirahat di dalam kamarnya, entah mengapa dia terbayang-bayang dengan wajah dan senyuman Samsul.
"Mengapa dia terlihat tampan sekali? Lebih tampan dari si Lucky pacarku," batin Aida.
Saat ia ingin memejamkan matanya pun selalu terbayang. Apalagi senyuman Samsul yang menurutnya sangat manis.
"Bibirnya," gumam Aida gemes.
Aida benar-benar terpesona dengan Samsul yang menurutnya begitu tampan melebihi pemuda kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
░▒▓█►─═HeSideMySelf ═─◄█▓▒░
ko aku kesel sama si setan nya min/Facepalm//Grin/gabut banget neror sekampung gitu, segapung banget setan nya /Facepalm/
2024-09-03
1
Anjellita
aida korban selanjutnya
2024-05-16
1
Ela Jutek
gara gara kamu Sul, yg kena satu desa
2024-05-16
2