Episode 16

"Aaah ... kemana dia?" tanya Samsul pada dirinya sendiri.

Samsul berlari keluar, dan mencari di semua tempat di rumah ini, namun Erika tidak ketemu juga.

Samsul ke pagar rumah, ternyata masih terkunci dari dalam. Samsul berlari ke mobil, ia ingin mencari keluar.

Samsul mengendarai mobilnya pelan, dan pandangan nya ke kiri dan kanan. Kalau-kalau bertemu Erika dijalan.

"Kemana dia, mengapa dia bisa kabur?" gumam Samsul. Samsul teringat rumah Erika, dan ia langsung menuju kesana.

Sementara Erika yang sudah tiba di rumahnya langsung masuk dan meminta supir taksi untuk menunggu.

Erika berlari masuk kedalam rumah, beruntung rumahnya belum di kunci oleh PRT. Jadi Erika bisa masuk.

Ia berlari seperti orang ketakutan menaiki tangga menuju kamarnya. Erika mengambil koper dan memasukkan pakaian seperlunya.

Tidak lupa paspor dan identitas lainnya. Setelah merasa cukup, Erika pun berpamitan kepada PRT jika dia ada urusan mendadak.

PRT yang tidak tahu apa-apa hanya mengiyakan saja. Erika memesan tiket pesawat lewat online.

"Jalan Pak, ke bandara," pinta Erika.

"Baik Nona," jawab supir taksi tersebut.

Namun baru saja mobil taksi yang Erika tumpangi, mobil Samsul pun tiba di depan rumah Erika.

Samsul menekan bel yang ada di gerbang tersebut. Seorang penjaga gerbang keluar.

"Mencari siapa Tuan?" tanya penjaga tersebut.

"Apa benar ini rumah Erika? Saya temannya Erika," tanya Samsul.

"Maaf, kami tidak bisa menerima orang asing," ucap penjaga satunya.

"Tapi saya temannya Erika, Pak!" Suara Samsul naik beberapa oktaf.

Namun penjaga masih tidak ingin membukakan pintu. Karena sebelumnya Nona mereka sudah berpesan.

"Maaf Tuan, kami hanya menjalankan perintah dari Nona kami," jawab penjaga.

"Aaah ... Erika!" Samsul berteriak.

"Jika Tuan tidak pergi, kami akan lapor polisi," kata penjaga mengancam.

"Argh sial...!" umpat Samsul.

Samsul pun kembali dengan perasaan kecewa. Korban sudah didepan mata, namun berhasil kabur.

"Aku harus mencari penggantinya, harus!"

....

Erika sudah tiba di bandara, dengan terburu-buru ia keluar dari mobil taksi, setelah membayar 3 kali lipat ongkosnya.

Tentu saja sang supir merasa senang, tidak sia-sia ia mencari penumpang malam-malam.

Erika pun masuk kedalam dan melakukan pemeriksaan, ia akan menetap di luar negeri bersama orang tuanya.

Samsul tiba dirumahnya, setelah keluar dari mobil, Samsul pun berjalan gontai ke kamarnya.

Tengah malam, Samsul dikejutkan dengan suara gaduh dibawah. Ia berjalan keluar kamar. Ingin melihat apa yang terjadi?

Namun saat dibawah, tidak ada apa-apa. Tapi lampu hidup sendiri kemudian mati sendiri. Juga kursi, meja bergerak sendiri.

"Tampakkan wujud kalian!" tantang Samsul.

Kursi dan meja kembali ke tempatnya semula. Namun barang-barang lain seperti vas bunga dan sebagainya melayang kearahnya.

Samsul menghindar, dan barang-barang tersebut pun kembali ke tempatnya semula.

Kini pisau dan peralatan lainnya melayang kearah Samsul, Samsul berlari, tapi pisau mengejarnya. Sehingga menikam punggungnya.

"Hahaha ... hahaha ... hahahaha" suara tawa menggema di rumah itu.

"Kau, telah gagal memberikan sesembahan untukku, kau harus menerima hukuman. Hahaha ... hahahaha!"

"Ampun Mbah, beri aku peluang, akan aku cari gantinya."

"Baiklah, aku berikan kau satu peluang, tapi jika gagal kamu tanggung sendiri akibatnya!"

"Ba--baik, aku akan secepatnya mencari penggantinya."

Suara itupun menghilang bersama tawa yang menggelegar. Samsul yang terluka pun bangun.

"Dimana aku harus mencarinya," batin Samsul.

Samsul mencuci pisau tersebut kemudian menyimpannya kembali didapur. Ia kembali ke kamarnya untuk mengobati lukanya.

Beruntung hanya mengenai punggung bagian bahu, jadi tidak terlalu fatal. Setelah mengobati lukanya, Samsul pun tertidur.

Pagi harinya ...

Samsul terbangun dan mendapati dirinya sudah sembuh. Seperti tidak terjadi apa-apa padanya.

Samsul menatap punggungnya yang terkena pisau, namun tidak ada tanda-tanda jika ia terluka.

"Aneh, semalam aku jelas-jelas terluka."

Hari ini Samsul ingin mencari pengganti Erika. Dia masih belum mengerti, mengapa Erika bisa kabur.

Samsul kembali ke rumah Erika, namun pelayan mengatakan jika nona mereka tidak kembali sejak semalam.

Pelayan mereka berbohong, semua atas perintah nona mereka. Erika tidak ingin keberadaan nya di ketahui.

"Kemana dia? Tidak mungkin Mbah Sukmo marah jika dia sudah menjadi tumbal," pikir Samsul.

Samsul mengendarai mobilnya kearah pedesaan. Karena menurutnya di desa banyak gadis perawan.

"Kopi mas?" tanya seorang wanita paruh baya, saat Samsul berhenti disebuah warung.

"Iya Bu," jawab Samsul.

Ibu itupun membuatkan secangkir kopi untuk Samsul. "Ini Mas, silahkan."

"Terima kasih Bu," ucap Samsul.

"Dari kota ya, Mas?"

"Iya Bu, mau lihat-lihat desa."

Tidak berapa lama datang beberapa orang pemuda di warung tersebut. Mereka memang sering nongkrong di sini.

Samsul yang duduk sendiri pun tidak berniat untuk bergabung dengan mereka. Namun Samsul tetap tersenyum ramah kepada mereka.

"Maaf ya Mas, saya layani yang lain dulu," ucap wanita itu.

"Iya Bu, silahkan," ujar Samsul.

Beberapa orang pemuda bertanya kepada wanita itu. Wanita itu mengatakan tidak tahu namanya.

Wanita itu hanya mengatakan jika pria itu dari kota dan ingin melihat desa. Para pemuda itupun pun manggut-manggut.

"Gabung sini, Mas," ucap salah satu dari pemuda itu.

Samsul tersenyum lalu mengangguk, kemudian ia bangkit berpindah ke tempat pemuda tersebut.

"Kenalkan, namaku Hasan, dan mereka bertiga temanku," ucap Hasan.

"Saya Samsul," jawab Samsul sambil berjabat tangan.

Merekapun memperkenalkan diri satu persatu. Samsul yang mudah akrab dengan orang lain pun jadi nyambung dengan obrolan mereka.

Mereka bertanya tujuan Samsul kemari, namun Samsul menjawab hanya untuk jalan-jalan menikmati keindahan desa.

Mereka percaya saja, ditambah lagi kopi mereka dibayarin oleh Samsul. Membuat mereka semakin senang dengan Samsul.

"Nambah lagi Bude," ucap Hasan. Wanita itu mengangguk sambil tersenyum.

Samsul tidak masalah, uangnya banyak. Lagipula hanya kopi saja dan gorengan.

Tidak berapa lama datang beberapa orang gadis ketempat ini, salah satunya anak pemilik warung ini.

Saat melihat Samsul, anak wanita itu langsung tertarik dan tersipu malu. Samsul hanya tersenyum melihatnya.

"Mas orang kota ya?" tanya gadis itu.

"Iya," jawab Samsul. Pesona Samsul mulai keluar, namun hanya pada gadis itu. Yang lainnya melihat Samsul biasa-biasa saja.

"Saya Lisa Mas, kalau Mas nya siapa?" tanya Lisa.

"Samsul, namaku Samsul."

Teman Lisa heran, padahal Lisa paling sulit jika didekati para lelaki di desanya. Namun kali ini, mereka seakan tidak percaya.

Mereka berbisik-bisik karena tidak biasanya Lisa menggoda cowok duluan. Biasanya dia akan marah jika ada yang menggodanya.

"Lis, gak salah kamu?" tanya Ema.

"Tampan, kan?" jawab Lisa gak nyambung.

"Ada apa dengan Lisa?" tanya Erna heran.

"Gak tau, ketempelan deh kayanya," jawab Ema.

Lisa tidak peduli dengan omongan mereka. Lisa hanya senang memandang wajah Samsul yang menurutnya sangat tampan.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

kapan taubat kau Samsul,,berhentilah sebelum makin terjerumus

2024-06-25

1

sabil abdullah

sabil abdullah

wah kira kira dapat nggak ni si sam

2024-05-26

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!