Keesokan harinya, kehebohan pun terjadi. Karena rumah yang ditempati oleh Samsul tiba-tiba terbakar.
Para warga tidak dapat memadamkan kobaran api tersebut. Ada yang memanggil pemadam kebakaran, namun tidak kunjung datang.
Para warga pun panik, mereka ingin menerobos masuk kedalam rumah, namun tidak bisa.
Setelah api padam, mereka tidak menemukan siapa-siapa hanya sisa pembakaran yang sudah menjadi arang. Serta reruntuhan serta tembok batu yang tidak dimakan api.
Mereka juga heran, mengapa rumah itu tiba-tiba terbakar. Padahal semalam baik-baik saja, namun saat subuh, rumah tersebut sudah terbakar.
Para warga hanya menemukan cincin, yang diduga adalah cincin kawin milik Susi. Dan mereka juga menduga jika Susi dan Samsul sudah meninggal dalam kebakaran tersebut.
....
Sementara Samsul yang baru tersadar, ternyata dia sudah berada ditempat asing. Tempat yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.
"Dimana aku?" gumamnya. Samsul seolah tidak sadar dengan apa yang terjadi semalam.
Ia membuka tas ransel miliknya terdapat banyak uang, dan dia teringat jika dia semalam menyimpan uangnya didalam tas ransel tersebut.
Sekilas ia teringat kejadian dimana istrinya yang dijadikan sesembahan untuk iblis tersebut. Ada rasa penyesalan dihatinya.
Namun dia sudah terikat janji dengan setan. Jika dia ingkar, maka dia yang akan menerima akibatnya.
Samsul menangis, namun tiba-tiba terdengar suara. Samsul mencari-cari arah suara tersebut.
"Hahaha ... Hahaha" suara tawa menggema, padahal ditempat terbuka.
Ternyata suara tersebut dari arah sebelah rumah yang ada dihadapannya. Sejak tadi Samsul mengamati, rumah itu tidak ada.
Namun sekarang rumah itu ada. Samsul pun heran. "Bagaimana bisa rumah ini ada disini? Jelas-jelas tadi tidak ada?" batin Samsul.
"Hahaha ... hahaha. Pasti kamu heran, anak muda?" Tiba-tiba muncul sosok pria tua yang Samsul kenal sebelumnya.
"Mbah Sukmo, bagaimana bisa Mbah berada disini?" tanyanya heran.
"Jangan heran anak muda, aku bisa berada dimana saja. Dan sesembahan mu semalam itu yang pertama. Dan masih ada 6 lagi. Dan ingat! Jika kamu gagal, maka kekasihmu Suriani yang akan menjadi gantinya."
"Jangan Mbah, jangan! Baik aku akan cari lagi gadis perawan untuk sesembahan."
"Hahaha ... bagus, bagus! Ini hadiah untukmu."
Mbah Sukmo meminta Samsul memejamkan matanya, dan tiba-tiba Samsul sudah berada di tempat lain lagi. Dengan uang yang lebih banyak.
Saat Samsul membuka matanya, ternyata ia berada di jembatan gantung. Samsul sekali lagi dibuat heran.
"Dimana ini?" gumamnya. Samsul bangun dan berjalan kearah timur.
Tidak berapa lama Samsul pun menemukan sebuah pedesaan. Para warga desa memandang heran saat melihat Samsul dengan pakaian bagus dan membawa tas ransel di punggungnya.
"Bu, ini desa apa ya?" tanya Samsul.
"Oh, ini desa Timur, anak ini darimana?" tanya wanita paruh baya.
"Saya tersesat Bu, tidak ingat jalan pulang," jawab Samsul.
Wanita itu segera melaporkan kedatangan Samsul kepada kepala desa setempat. para warga pun berbondong-bondong menuju tempat Samsul berada.
"Siapa namamu, Nak?" tanya Kosim Pak kepala desa.
"Sam, Pak. Saya tersesat tidak ingat jalan pulang," jawab Samsul.
"Nak Sam ini dari mana?" tanyanya lagi.
"Saya tidak tahu Pak, saya tidak ingat," jawab Samsul.
"Pak, jangan-jangan pemuda ini hilang ingatan," kata salah satu warga.
Pak Kosim manggut-manggut. "Ya sudah kalau begitu, mari ke rumah saya dulu!"
"Pak, apa disini ada rumah kosong untuk di kontrakan atau dijual. Rasanya akan merepotkan jika saya harus tinggal dirumah Bapak," ucap Samsul.
"Bagaimana para warga?" tanya Pak Kosim.
"Pak diujung desa bukankah ada rumah kosong milik almarhum Ade, bagaimana jika rumah itu kita sewakan saja. Lagipula pemiliknya tidak ada pewaris," kata salah satu warga memberikan usulan.
"Benar Pak, dan uangnya bisa kita pergunakan untuk keperluan warga desa kita," usul yang lain.
"Baiklah kalau begitu, mari Nak, diujung desa ini ada rumah kosong, tapi hanya gubuk saja," kata Pak Kosim.
Samsul akhirnya mengikuti mereka, Samsul juga tidak tahu mengapa dia sampai kemari. Seolah-olah ada yang menuntun nya untuk sampai kemari.
"Ini rumahnya," ucap Pak Kosim saat tiba didepan rumah tersebut.
Rumah yang terbuat dari bahan kayu berlantai dan berdinding papan tapi masih terlihat elok bila ditempati.
Meskipun rumah tersebut kelihatan usang karena sudah dua tahun ditinggal pemiliknya. Pemiliknya sakit, lalu meninggal dunia.
"Terima kasih Pak, terima kasih semuanya," ucap Samsul.
Pak Kosim pun masuk bersama Samsul serta dua warga lainnya. Samsul pun setuju untuk membeli rumah tersebut beserta tanahnya.
Para warga pun setuju, karena melihat banyak nya uang yang Samsul berikan membuat mereka tergiur.
Beberapa orang warga pun bergotong royong membersihkan rumah tersebut. Samsul sangat senang. Lalu memberikan upah yang layak untuk mereka yang membantu.
Akhirnya tempat itupun bersih dan juga rumput disekitar rumah tersebut juga sudah dipangkas habis.
Hingga tempat itu terlihat bersih dan rapi. Samsul pun banyak-banyak berterima kasih kepada mereka.
Samsul pun mulai menempati rumah tersebut, dan para warga pun berpamitan untuk kembali ke rumah masing-masing.
Hanya Pak Kosim yang masih tinggal di sini, keduanya pun mengobrol ringan. Pak Kosim juga mengatakan, jika ingin belanja, ada warung dan juga pasar.
Samsul pun mengangguk. "Jika ke pasar berapa jauh dari sini, Pak?" tanya Samsul.
"Sekitar 10 menit jika pakai kendaraan, tapi kalau warung, dekat hanya beberapa menit jalan kaki," jawab Pak Kosim.
Setelah cukup lama mengobrol, Pak Kosim pun pamit. Samsul pun masuk kedalam, karena terasa lapar, iapun keluar untuk mencari barang yang bisa untuk dimakan.
"Beli apa, Nak?" tanya pemilik warung.
"Mie instan Bu, telur sekilo," jawab Samsul.
Pemilik warung pun segera melayani Samsul, pemilik warung mengambil satu beberapa bungkus mie dan sekilo telur untuk Samsul.
"Ada lagi, Nak?" tanya pemilik warung.
"Cukup dulu Bu, nanti jika perlu apa-apa baru datang lagi.
Samsul teringat jika kompor gas dirumahnya masih bisa digunakan, hanya saja tidak ada gas nya. Samsul pun membeli perlengkapan tersebut.
Pulang kerumahnya Samsul sibuk, seperti menimba air di sumur dan sebagainya. Karena Samsul sudah terbiasa hidup didesa jadi tidak sulit baginya.
Setelah semuanya selesai, Samsul pun istirahat. Samsul berbaring di ranjang yang terbuat dari bambu. Tiba-tiba saja matanya terasa berat, lalu iapun tertidur.
"Bang, tolong Susi Bang ... tolong Susi." Terdengar suara memilukan, namun tidak terlihat wujudnya. Samsul mencari-cari arah suara tersebut. Namun hasilnya nihil.
"Bang tolong Susi, disini panas Bang, tolong Susi." Hanya suara yang terdengar oleh Samsul. Tiba-tiba terdengar suara tangisan serta jeritan seperti orang disiksa.
Suara itu semakin menyayat hati, terdengar begitu lirik. Samsul terus mencari-cari arah suara tersebut. Namun tetap tidak menemukan wujud dari suara itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Sani Srimulyani
kasihan mereka yang jadi tumbalnya samsul.
2024-05-14
1
jaran goyang
😭😭😭😭𝑠𝑒𝑟𝑒𝑚 𝑘𝑘...
2024-05-13
1
sabil abdullah
kasian padahal buat tumbal
2024-05-13
1