Episode 19

Sarkan pun sudah di kebumikan dengan selamat. Namun baru beberapa langkah mereka meninggalkan tempat pemakaman.

Petir menyambar dengan kuat tepat di makam Sarkan. Para penduduk pun berhamburan melarikan diri. Beruntung tidak ada yang terkena sambaran petir tersebut.

"Astaghfirullah Al azim, pertanda apa ini?" ucap Suriani.

Kemudian ia menghampiri makam ayahnya itu, hawa panas disekitar makam pun terasa. Sura menarik tangan Suriani pelan agar segera menjauh.

Karena langit sudah mulai gelap saat ini, dan angin pun bertiup kencang mengarah kepada mereka.

Mereka pun menyelamatkan diri masing-masing. Orang-orang desa pun tidak ada yang berani, mereka hanya bisa mencari tempat yang aman.

Namun beberapa saat kemudian, angin pun berhenti. Berganti dengan hujan yang begitu deras.

"Nak, sebaiknya kita pulang," ucap Sura.

Mobil ambulans pengantar jenazah sudah kembali sejak jenazah di makamkan, jadi mereka tidak menyaksikan kejadian tersebut.

Namun mereka masih terkena hujan yang begitu deras. Sura dan Suriani tiba di rumahnya dengan basah kuyup.

Para warga yang tadinya ingin membantu untuk persiapan tahlilan pun terpaksa ditunda.

"Bu, apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa kejadian seperti ini bisa terjadi?" tanya Suriani.

"Ibu juga tidak tahu, Nak. Belum pernah kejadian seperti ini di desa kita," jawab Sura.

Setelah hujan reda, para warga mulai berdatangan. Termasuk pemuka agama desa ini, karena mereka akan mengadakan tahlilan.

"Boleh kita mulakan sekarang?" tanya pak ustadz.

"Silahkan pak," jawab Suriani.

Saat tahlilan berlangsung, tiba-tiba sosok berbungkus kain kafan jatuh tepat di tengah-tengah mereka.

"Astaghfirullah ... Astaghfirullah ... Astaghfirullah," ucap pak ustadz.

Sedangkan yang lain sudah berlarian ketakutan. Para ibu-ibu yang sibuk didapur pun berlarian menyelamatkan diri masing-masing.

Saking takutnya, sampai mereka tidak sadar jika mereka saling bertabrakan satu sama lain.

"Tenang semuanya, harap bertenang semuanya!" ucap pak ustadz dengan suara lantang.

Namun mereka tidak mempedulikan ucapan pak ustadz tersebut. Saking takutnya mereka semua pun kabur.

"Ada apa ini pak Ustadz?" tanya Sura. Sebenarnya ia juga takut, hingga ia berlindung dibelakang Suriani.

"Mungkin ada kesalahan yang di perbuat almarhum semasa hidupnya," jawab pak ustadz.

"Tapi apa, Pak Ustadz?" tanya Sura lagi.

"Saya juga tidak tahu Bu, hanya almarhum dan Allah yang tahu," jawab pak ustadz.

Pak ustadz pun membaca ayat suci, akhirnya sosok itupun menghilang. Akhirnya acara tahlilan pun kacau.

Pak ustadz pun pamit undur diri, karena ia sudah menyelesaikan semuanya. Meskipun cuma sendiri, pak ustadz masih melanjutkannya.

Saat perjalanan pulang, pak ustadz dihalangi oleh pohon tumbang. Sehingga pak ustadz menghentikan motornya.

Pak ustadz kembali membaca ayat-ayat suci, dan otomatis pohon yang menghalangi nya pun hilang.

Akhirnya pak ustadz sampai di rumah dengan selamat. Tidak ada gangguan apapun lagi.

Sementara di rumah Suriani, sosok yang menyerupai Sarkan, namun berbungkus kain kafan itu datang lagi.

Sura berlari ke kamar Suriani karena ketakutan. Anehnya, sosok itu tidak berani masuk kedalam kamar Suriani.

Suriani membaca ayat-ayat suci, dengan harapan dijauhkan dari gangguan setan. Ia menghela nafas karena sosok itu menghilang.

"Ibu tidur di kamarmu ya, Nak?"

"Iya Bu, kebetulan Suri juga butuh teman."

Akhirnya keduanya pun tidur bersama dalam satu ranjang. Hingga pagi menjelang, semua aman dan tidak ada gangguan lagi.

Setelah sholat subuh, Suriani menyiapkan sarapan untuk mereka. Sementara Sura masih tertidur, mungkin karena semalam ia sulit untuk tidur.

"Bu, bangun. Ibu belum sholat," ucap Suriani. Karena dari tadi ia membangun kan ibu nya tidak kunjung bangun.

Suriani pun mencoba membangunkan ibunya, namun ibunya tidak juga bangun. Ia meraba kening ibunya, ternyata panas.

"Bu, ibu sakit?"

Suriani pun langsung mengompres ibunya yang panas. Kemudian membuat kan bubur untuk ibunya agar nanti bisa meminum obat.

Suriani dengan sabar merawat ibunya yang sedang sakit. Lalu Suriani memanggil mantri yang bertugas di desa ini.

"Bagaimana dengan ibu saya, Pak?" tanya Suriani.

"Tidak apa-apa, saya sudah memberikan suntikan untuk penurun panas. Ibu anda sepertinya tertekan saja sehingga ia menjadi sakit," jawab pak mantri.

Pak mantri memberikan obat untuk Sura, agar cepat sembuh. Suriani pun membayar biaya pengobatan ibunya itu.

Setelah pak mantri pulang, Suriani pun melayani ibunya dengan sangat baik. Dan berharap ibunya segera sembuh.

Karena Suriani tidak punya siapa-siapa lagi selain ibunya. Samsul yang ia harapkan, hingga sekarang tidak ada kabar beritanya.

Sudah berbulan-bulan Samsul pergi, namun hingga saat ini kabarnya pun tidak ada. Suriani menghapus airmata nya.

Meskipun cobaan yang ia rasakan cukup berat, namun ia akan tetap selalu bersabar. Beberapa orang warga pun datang menjenguk Sura.

"Bagaimana keadaan ibumu, Nak?" tanya seorang wanita paruh baya.

"Belum ada perkembangan, badannya sangat panas. Tadi aku sudah memanggil mantri di desa kita," jawab Suriani.

"Sabar ya Nak, mungkin ini ujian Tuhan," ucap wanita satunya. Mereka semua baik dengan Suriani.

Meskipun Sarkan begitu angkuh dan sombong pada mereka. Karena mereka mengingat kebaikan Suriani kepada mereka.

....

Malam kedua tahlilan, awalnya tidak terjadi apa-apa. Namun saat pertengahan. Mereka dikejutkan lagi dengan sesuatu seperti pohon tumbang di samping rumah.

Padahal mereka yakin jika pohon cukup jauh dari rumah ini. Mereka hendak kabur lagi, namun segera dicegah oleh pak ustadz tersebut.

"Jika kalian takut, maka setan dan jin akan merasa senang. Karena misinya untuk menakuti manusia berhasil."

Mendengar kata pak ustadz, merekapun bertahan. Namun jika seperti semalam, siapa yang tidak takut? Kejatuhan pocong di hadapan mereka.

Akhirnya acara tahlilan pun berjalan sebagai mana mestinya. Hingga mereka pulang setelah selesai makan. Tidak ada gangguan lagi.

Keesokan harinya ...

Sura sudah semakin membaik keadaannya, panas tubuhnya sudah tidak lagi seperti kemarin. Hanya kondisinya yang masih lemah.

"Maafkan ibu, Nak. Ibu tidak bisa membantu mu," ucap Sura.

"Gak apa-apa Bu, yang penting ibu cepat sehat, Suri sudah cukup senang."

"Jika nanti Samsul kembali, ibu tidak akan melarang hubungan kalian. Menikahlah dengannya, agar suatu saat nanti ada yang menjagamu."

"Ibu kok ngomong begitu, ibu harus sehat agar bisa menemani Suri."

"Nak, kita tidak tahu kapan Allah memanggil kita? Sebelum itu terjadi, tidak ada salahnya ibu berpesan seperti itu."

"Sudahlah Bu, tidak perlu pikirkan soal itu, yang penting ibu harus sehat terlebih dahulu."

Mereka berbincang-bincang ringan, karena Sura sudah mendingan. Tapi Suriani tetap telaten melayani ibunya.

Suriani adalah anak yang baik, itu sebabnya para warga disini juga baik padanya. Mereka tidak memandang keburukan orang tuanya.

Karena menurut mereka, orang tuanya jahat, belum tentu anaknya juga jahat.

Terpopuler

Comments

sabil abdullah

sabil abdullah

duh samsul aja jadi murtad gtu apa suraini masih mau

2024-06-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!