Episode 18

Dengan kekayaan yang ia miliki, Samsul kini sedang berada di sebuah bar di kota ini. Ia mengajak semua pengunjung bar untuk berpesta.

Bermacam-macam minuman dari minuman ringan hingga yang beralkohol ada disini. Dengan dentuman suara musik, Samsul berjoget.

"Ayo enjoy semuanya, malam ini kita party!" seru Samsul sambil memekik keras.

Karena suara musik yang begitu keras, hingga saat berbicara pun harus berteriak. Namun ada juga yang berbisik bila saling berdekatan.

"Huuuuu ...." Sahut mereka semua. Padahal mereka tidak saling kenal.

"Pria itu benar-benar orang kaya," ucap pengunjung 1 kepada rekannya.

"Paling orang kaya baru yang lagi pamer," jawab rekannya.

"Saya sudah melihat mobilnya, keluaran terbaru dan sangat mewah. Sudah pasti dia benar-benar orang kaya yang royal." pengunjung lain menimpali.

Mereka bisa ngobrol dengan leluasa karena berada didalam ruangan VIP yang tidak bising.

Samsul benar-benar lupa daratan saat ini, uang yang ia bawa, ia hambur-hamburkan didepan pengunjung.

Mereka tentu saja berebut memunguti uang tersebut, terutama para wanita yang haus akan uang.

"Ambil ... ambil semuanya, saya orang kaya, saya orang kaya," ucap Samsul dengan suara lantang.

Samsul sudah sempoyongan karena mabuk, dia yang belum pernah minum alkohol, tiba-tiba minum dan itu cepat membuatnya mabuk.

Samsul pun digotong ke kamar yang ada di bar tersebut. Karena ia sudah terlantar tidak berdaya.

Samsul muntah, dan mulutnya berbau alkohol. Setelah ia diantar oleh petugas ke dalam, Samsul kemudian ditinggal begitu saja.

Dalam keadaan mabuk dia meracau sendiri didalam kamar tersebut memanggil nama Suriani.

"Suri, aku mencintaimu, tunggu aku. Aku sudah kaya sekarang, aku akan buat ayahmu berlutut didepan ku," ucapnya.

Kemudian iapun tertidur dalam keadaan mabuk. Angin berhembus kencang menerpa dirinya.

Saat ini ia berjalan didalam kegelapan, ia ingin menuju cahaya didepannya. Namun sudah begitu jauh berjalan, ia tidak kunjung sampai ke arah cahaya itu.

"Bang, kamu kejam, tega sekali padaku."

"Siapa kamu? Jangan ganggu aku, aku tidak kenal kamu!" teriak Samsul.

"Bang, apa kamu lupa aku?" Samsul menoleh kebelakang, karena suara itu berasal dari belakang.

"Susi? Kamu?" tanya Samsul. Samsul mendekat namun tangannya ditarik oleh seseorang.

Samsul menoleh. "Aida? Kamu?"

"Iya, aku Aida istrimu Bang, aku akan membawamu untuk ikut denganku, kita akan hidup bersama."

"Bang, ikut aku saja, Bang. Kita akan bersama-sama nantinya."

"Lisa? Kamu? Tidak, tidak! Kalian semua sudah mati. Tidak...!" Samsul menjerit sekuat-kuatnya. Kemudian iapun terbangun.

"Hah ... hah ... ternyata cuma mimpi," batin Samsul.

Samsul baru menyadari jika ia berada didalam kamar yang sangat asing, ia bangkit dan membuka gorden.

Terlihat di luar ternyata sudah terang. Samsul pun masuk kedalam kamar mandi, ia ingin membersihkan diri sebelum pulang ke rumahnya.

Samsul masih teringat mimpinya semalam, terasa nyata. Kemudian ia dengan cepat menyelesaikan mandinya.

Samsul keluar dari bar tersebut dengan tergesa-gesa, beruntung mobilnya masih terparkir sempurna diparkiran bar tersebut.

Tiba dirumahnya Samsul langsung kekamarnya untuk berganti pakaian, dilihatnya Mirah dan Hamidah sudah datang.

Samsul pun menghentikan langkahnya dan mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar.

"Kalian sudah datang? Kapan?" tanyanya.

"Satu jam yang lalu, Tuan. Kami diantar oleh tukang ojek hingga kemari," jawab Mirah.

"Baiklah, siapkan sarapan untukku," pinta Samsul.

Keduanya pun segera menyiapkan sarapan untuk Samsul. Sementara Samsul masuk kedalam kamarnya.

Setelah beberapa saat, Samsul keluar dengan pakaian yang rapi. Ia akan ke toko miliknya. Samsul pun langsung duduk di kursi meja makan.

"Silahkan Tuan," ucap Mirah sambil menyodorkan kopi ke dekat Samsul. Samsul hanya menjawab dengan anggukan.

Sementara disisi lain ...

Suriani sedang sibuk merawat ayahnya yang sedang sakit. Uang mereka sedikit demi sedikit berkurang untuk biaya pengobatan ayahnya.

Ibunya sudah pasrah dan tidak berdaya, bahkan sebidang tanah kebun jagung miliknya sudah dijual.

Sura hanya bisa menangis, mengingat kesombongan nya selama ini. Dengan membanggakan harta miliknya.

Seolah-olah harta itu jaminan untuk kekal hidup bahagia. Namun karma tidak ada yang tau, tapi karma akan pasti berlaku.

Sarkan saat ini dirawat di RS di kota, harta yang selama ini ia banggakan ternyata tidak bisa menolongnya.

Sudah ratusan juta uangnya habis untuk pengobatan, namun tidak ada tanda-tanda untuk sembuh.

Dokter juga sudah menyerah dan menyarankan agar dibawa pulang saja. Namun Suriani masih tetap ingin ayahnya dirawat hingga sembuh.

"Bu, sebaiknya dibawa pulang saja, kami sebagai dokter tidak mampu untuk untuk menyembuhkan penyakitnya," ucap dokter pasrah.

"Tidak Dok, ayah saya pasti bisa disembuhkan," ujar Suriani.

"Dek, sebaiknya bawa pulang saja. Kalian sudah habis uang banyak, selama menginap di RS ini, biayanya tidak sedikit. Sedangkan kami tidak bisa mengobati nya secara medis," ucap dokter.

"Maksud dokter?"

"Kami juga tidak tahu pasti penyakitnya, karena penyakitnya berbeda-beda. Dan kami sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi hasilnya nihil," jawab dokter.

Namun Suriani masih bersikukuh ingin merawat ayahnya di RS. Dokter pun harus menghormati keputusan dari pihak keluarga pasien.

"Nak, sebaiknya kita bawa pulang saja ayahmu, kita akan obati dengan cara lain," ucap Sura.

Belum sempat Suriani menjawab, keduanya sudah dikejutkan dengan jatuhnya gelas dari meja.

Sura dan Suriani langsung bangkit dan menghampiri ayahnya itu. Sarkan yang tangannya masih berada di meja pun kembali menariknya.

"Ayah mau minum?" tanya Sura. Sarkan hanya mengangguk.

Suriani segera mengambil air mineral kemasan botol dan menuangkan nya kedalam gelas yang baru.

Beruntung gelas tersebut tidak terbuat dari kaca, jika tidak, sudah pasti gelas tersebut akan pecah.

Suriani pun dengan telaten menuntun gelas tersebut ke mulut ayahnya. Setelah merasa cukup, Suriani pun menyimpan kembali gelas tersebut.

"Ayah sabar ya, ayah pasti akan sembuh," ucap Suriani untuk memberikan semangat kepada Sarkan.

Namun baru saja Suriani selesai berkata seperti itu, Sarkan tiba-tiba ternganga dan matanya melotot.

Serta tubuhnya kejang dan kaku, Sura dan Suriani seketika panik. Suriani segera menekan tombol darurat yang ada di samping ranjang.

"Ayah ... Ayah!"

Tidak berapa lama dokter dan suster pun datang. Dokter pun membisikkan dua kalimat syahadat pada telinga Sarkan.

Namun Sarkan tidak bisa mengucapkannya karena mulutnya tidak bisa tertutup. Tidak berapa lama tubuh Sarkan pun kaku.

Dokter memeriksa detak jantung dan denyut nadi Sarkan, namun sudah tidak berdetak lagi.

"Pasien sudah meninggal," ucap dokter dengan suara berat.

Sura dan Suriani langsung histeris memeluk sang ayah. Tidak menyangka ayah nya akan pergi secepat ini.

"Ikhlas Bu, sebaiknya kita urus jenazah untuk di kembalikan dan akan dikebumikan di desa kelahirannya," ucap dokter.

Sura dan Suriani tidak menggubris meskipun ia mendengar ucapan dokter. Karena mereka sedang menangis.

Dokter pun menutup mata dan mulut Sarkan, setelah itu baru menutup seluruh tubuhnya dengan kain putih.

Terpopuler

Comments

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut

2024-05-30

1

sabil abdullah

sabil abdullah

ngeri ya
emang penyakit yang paling susah di sembuhkan ya penyakit hati

2024-05-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!