Episode 17

Hari-hari berlalu, Samsul akhirnya berhasil menikahi Lisa. Meskipun dengan acara sederhana, namun sangat menyenangkan bagi Lisa.

Lisa pun diboyong oleh Samsul ke kota. Lisa begitu senang, tanpa tahu jika bencana besar sedang mengintainya.

"Masuklah," pinta Samsul sambil membuka pintu mobil.

Setelah berpamitan kepada kedua orang tuanya dan juga sahabatnya, Lisa dan Samsul pun meninggalkan desa tersebut.

"Mengapa kalian begitu mudah mempercayai orang asing?" tanya salah satu warga.

"Karena kami yakin jika pria itu orang baik dan juga kaya," jawab ayahnya Lisa.

Karena mereka sudah diberi uang yang begitu banyak oleh Samsul, jadi orang jahat sekalipun akan mereka anggap baik.

Lagipula, selama beberapa hari Samsul disini, tidak menunjukkan apapun tanda dia orang jahat.

"Terserah kalian sajalah, tapi jangan menyesal jika sesuatu terjadi pada anak kalian," ucap orang itu.

Karena orang itu melihat ada aura negatif pada diri Samsul. Namun orang itu tidak tahu apa? Ia hanya merasakan aura negatif pada Samsul.

....

"Bang, mengapa Abang mau menikah denganku?" tanya Lisa.

"Kenapa? Apa kamu menyesal?" tanya Samsul balik.

"Tidak!" Lisa menggeleng cepat. Ia takut Samsul tersinggung.

"Sebenarnya aku sudah tertarik sejak pertama kali melihatmu, jadi daripada kamu di tikung pria lain, alangkah baiknya jika aku bertindak duluan melamarmu," kata Samsul.

Lisa sebagai gadis desa yang polos hanya tertunduk tersipu. Wajahnya merona, ia tidak berani menatap wajah Samsul karena malu.

"Kenapa? Kita sudah menjadi suami istri, jadi tidak perlu malu."

Lisa tidak menjawab, ia hanya menoleh ke Samsul sekilas kemudian menatap kedepannya.

Akhirnya mereka tiba di rumah milik Samsul, rumah itu masih sepi, karena PRT belum kembali.

"Ini rumah Abang?" tanya Lisa.

"Ya, masuklah, rumahnya sepi karena PRT pulang kampung," jawab Samsul.

Samsul menggiring Lisa untuk masuk. Tadi mereka singgah terlebih dahulu di restoran untuk membeli makanan.

Karena sudah sangat sore, jadi Samsul membeli makanan agar tidak perlu memasak.

Samsul meletakkan kotak makanan di kulkas, nanti baru dipanaskan. Samsul pun mengantar Lisa kekamar.

Kali ini Samsul tidak ingin kecolongan lagi, iapun menunggu Lisa dikamar. Takut Lisa kabur seperti Erika.

Lisa langsung diminta untuk mandi terlebih dahulu, baru setelah itu giliran Samsul. Samsul menyiapkan pakaian yang bagus untuk Lisa.

Sebagai gadis desa, tentu saja ia merasa begitu senang. Setelah keduanya selesai mandi, merekapun turun kebawah untuk makan malam.

Samsul melayani Lisa dengan sangat baik, seperti menghidangkan makanan diatas meja yang sudah ia panaskan tadi.

"Makanlah, pasti kamu lapar, kan?" tanya Samsul. Lisa hanya mengangguk.

Keduanya makan dengan diam, tanpa ada suara yang keluar. Namun setelah selesai makan, barulah Lisa bertanya.

"Abang tinggal sendiri?"

"Ya, aku tidak punya orang tua, mereka semua sudah tiada," jawab Samsul.

Lisa pun manggut-manggut, ia menoleh ke kiri dan kanan. Melihat seisi rumah tersebut. Samsul menyalakan televisi dan kembali duduk di samping Lisa.

"Mau nonton acara apa?" tanya Samsul.

"Apa saja, yang penting bagus. Sinetron juga boleh," jawab Lisa.

Samsul mencari-cari Chanel yang sekiranya bagus acaranya untuk ditonton. Akhirnya pilihan mereka jatuh pada televisi swasta yang menayangkan sinetron.

Tidak ada tanda-tanda keanehan saat ini, semua nampak begitu sangat tenang. Samsul ke dapur untuk membuat kopi.

Kebetulan Lisa juga mau. Beberapa saat kemudian, Samsul membawa dua cangkir kopi dan makanan ringan.

"Mau?" tanya Samsul sambil menyodorkan kripik kentang yang masih utuh bungkusnya.

"Mau, aku suka ini," jawab Lisa.

Keduanya asyik menonton hingga beberapa acara televisi pun selesai. Samsul dan Lisa pun kembali kekamar.

Tengah malam ...

Lisa merasakan tubuhnya terasa kaku tidak bisa digerakkan. Disampingnya ada suaminya yang duduk bersila sambil merapal mantra.

Entah apa yang ia baca? Lisa bisa melihat dan mendengar, namun tidak bisa mengeluarkan suara.

Dengan puluhan lilin sebagai penerangan, Lisa berbaring diatas ranjang tunggal yang sudah disediakan di ruangan itu.

Tidak berapa lama, muncul sosok menyerupai Samsul. Namun lebih tampan dan lebih gagah dari Samsul.

Lisa melihat di ruangan ini ada dua Samsul. Namun ia tidak bisa bersuara untuk berteriak.

"Bagus, sesembahan mu kali ini tidak mengecewakan ku," ucap Jagira.

Kemudian ia tertawa, suara tawanya terdengar menyeramkan bagi Lisa. Namun Lisa seperti patung yang tidak bisa bergerak.

Tubuhnya kaku, namun matanya bisa melihat dengan jelas. "Tolong ... jangan, jangan apa-apakan aku, tolong."

Namun semua itu hanya bisa ia ucapkan dalam hati. Karena lidahnya terasa kelu untuk berbicara.

"Bang Samsul, apa yang akan kamu lakukan? Tolong aku, tolong." Lisa hanya bisa berkata dalam hati.

Airmata nya menetes dari kedua sudut matanya. Sementara Jagira sudah melancarkan aksinya.

Lisa hanya bisa pasrah, karena ia tidak bisa berbuat apa-apa. Sementara Samsul masih duduk bersila di samping ranjang tempat Lisa berbaring.

Roh Lisa pun bangkit keluar dari tubuhnya melayang dan berdiri menyaksikan semuanya.

Tidak berapa lama roh Lisa pun menghilang setelah Jagira melakukan aksinya. Jagira pun tertawa lalu berubah wujud menjadi Mbah Sukmo.

"Aku beri kamu kekayaan yang berlimpah, tapi ingat! Masih ada empat lagi untuk kau berikan kepadaku sebagai tumbal di malam pertama."

"Iya Mbah."

Kemudian Mbah Sukmo pun menghilang bersama lenyapnya tubuh Lisa. Samsul pun menghela nafas.

"Maafkan aku, aku terpaksa melakukannya," batin Samsul.

Sebenarnya ia sadar itu salah, tapi karena ia sudah terjebak dan terjerumus dalam tipuan setan.

Hanya ambisi nya untuk menjadi kaya, sehingga menghalalkan segala cara. Kini kekayaan Samsul semakin bertambah.

Ia ingin secepatnya menyelesaikan semua ini dan kembali ke desanya untuk menikahi gadis yang dicintainya.

Samsul kembali ke kamarnya setelah selesai melakukan ritual tersebut. Ia kemudian mengirim pesan kepada kedua pelayan nya untuk kembali kemari.

Dan pelayannya meminta waktu dua hari lagi, karena di desanya sedang ada acara pesta pernikahan tetangganya.

Samsul pun mengiyakan saja. Kemudian ia masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

Samsul merenung, tiba-tiba lampu didalam kamar mandinya padam. Samsul berjalan keluar, namun karena licin iapun tergelincir dan jatuh.

Samsul seketika pingsan, kemudian lampu pun kembali menyala. Bayangan putih melintas didepan Samsul yang pingsan. Kemudian bayangan itupun hilang.

.....

Samsul membuka matanya, ternyata hari sudah pagi. Samsul merasakan kepalanya sangat pusing.

Karena kepalanya terbentur dengan kuat ke lantai, itulah yang menyebabkan ia pingsan.

"Apa yang terjadi? Mengapa aku tidur disini?" batin Samsul.

Ia teringat semalam jika lampu di rumahnya mati, dan dia terjatuh karena licin. Samsul memegangi kepalanya yang terasa sakit.

"Sepertinya aku harus ke dokter untuk periksa," batin Samsul.

Samsul pun berganti pakaian dan ia akan memeriksa dirinya. Takutnya dia akan geger otak.

Terpopuler

Comments

FiaNasa

FiaNasa

klau memang Samsul sadar itu salah cobalah berusaha lepas dr jerat iblis itu,,minta tolong sama kyai gitu

2024-06-25

1

kaylla salsabella

kaylla salsabella

lanjut thor

2024-05-30

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!