Menyerbu Wilayah Kerajaan Wuratan

Sementara kabar tewasnya Patih Indrakelana di Pertapaan Patakan tersebar luas ke seluruh wilayah pesisir utara Pulau Jawa, pembangunan benteng pertahanan baru di Alas Trenggulun terus di kebut. Dukungan dari daerah-daerah kaya seperti Hujung Galuh dan Selopenangkep yang kaya akan sumber daya seperti keuangan dan bahan pangan membuat pembangunan benteng ini terlaksana dengan cepat.

Prabu Airlangga datang ke Alas Trenggulun sepekan setelah kelahiran Mapanji Garasakan, membuat semangat para pekerja dan tukang juga para prajurit Medang yang mulai terkumpul semakin membara dalam menyelesaikan pembangunan ini. Berduyun-duyun para bekas penduduk Kotaraja Wuwatan Mas mendiami daerah di sekitar benteng pertahanan yang kini telah beralih fungsi sebagai Istana Maharaja Medang.

Sepuluh hari setelah kedatangan sang raja, keluarga besar istana di boyong ke ibukota baru Kerajaan Medang. Oleh Prabu Airlangga, atas nasehat dari Maharesi Mpu Barada, kota baru yang dibangun di bekas Alas Trenggulun ini dinamakan Kahuripan. Konon katanya, Maharesi Mpu Barada memiliki pendapat bahwa kota ini didirikan sebagai tempat untuk mencari kehidupan ( kahuripan dalam bahasa Jawa Kuno ) bagi masyarakat Kerajaan Medang.

Karena letaknya yang dekat dengan Kota Hujung Galuh yang menjadi pusat perdagangan dan pemerintahan di sekitar muara Sungai Kapulungan, dengan cepat kota ini berkembang pesat sebagai mana yang diharapkan. Hanya dalam waktu tiga purnama saja, luas kota ini sudah menyamai luas wilayah Kotaraja Wuwatan Mas yang telah ditinggalkan.

Selain membangun sebuah kota baru, Prabu Airlangga juga mulai mempersiapkan angkatan perang nya. Banyak muncul perwira perwira baru yang cakap dalam ilmu kanuragan maupun taktik berperang. Diantaranya adalah dua murid Padepokan Padas Putih yakni Wanabhaya dan Sakri. Keduanya diangkat sebagai perwira tinggi berpangkat Tumenggung yang membawahi masing-masing 10 ribu orang prajurit. Tiga puluh ribu prajurit lainnya di pimpin oleh Tumenggung Renggopati, Tumenggung Bratamanggala dan Tumenggung Surajaya.

Dalam waktu sekitar 4 purnama saja, jumlah prajurit Kerajaan Medang telah meningkat dari 20.000 orang prajurit saja, berkembang menjadi 50.000 orang prajurit. Ini menjadikan angkatan perang mereka sebagai salah satu angkatan perang terkuat di Tanah Jawadwipa kala itu.

Selain memperkuat angkatan perang nya, Prabu Airlangga juga melengkapi para punggawa pembantu raja dalam mengelola tata pemerintahan untuk membantu Mapatih Mpu Narotama mengurus pemerintahan. Jabatan Mahamantri I Hino langsung dijabat oleh Nararya Sanggramawijaya Tunggadewi selaku putri mahkota Kerajaan Medang. Mahamantri I Sirikan di jabat oleh Panji Wijayakrama, Mahamantri I Halu di jabat oleh Mpu Seta menggantikan Mpu Kerta yang terbunuh dalam pralaya Kotaraja Wuwatan Mas sedangkan Rakryan Kanuruhan tetap di jabat oleh Mapanji Kertawisesa.

Jabatan Mahamantri I Rangga yang semula dipegang oleh Mpu Cakrajaya yang menjadi salah satu korban serangan Ratu Calon Arang , kini dijabat oleh Rakryan Bawang. Penasehat urusan perang dan keprajuritan ini memang harus dari kalangan prajurit.

Rampung menata ulang posisi posisi punggawa Kerajaan Medang, Prabu Airlangga mengumpulkan para punggawa dan perwira tinggi prajurit di suatu kesempatan pada sore hari itu.

"Aku mengumpulkan kalian para punggawa kerajaan Medang semuanya, karena aku ingin mendengar laporan kalian semua tentang situasi terkini di seluruh wilayah Kerajaan Medang. Silahkan dimulai.. ", Prabu Airlangga membuka percakapan dalam pisowanan sore hari itu.

"Mohon ampun beribu ampun Gusti Prabu..

Para Adipati penguasa wilayah seperti Hujung Galuh, Pasuruhan, Dinoyo, Kanjuruhan, Selopenangkep, Gelang-gelang, Karang Anom dan Tanggulangin telah melaporkan bahwa keadaan saat ini Kerajaan Medang baik-baik saja meskipun di beberapa tempat masih terjadi pagebluk hama tikus. Meskipun penyebaran wabah penyakit yang menurut Maharesi Mpu Barada merupakan kiriman teluh dari Ratu Calon Arang telah berhasil di kendalikan, akan tetapi di daerah-daerah terpencil masih terjadi hal seperti ini. Pasukan Ratu Calon Arang juga telah mundur ke Tanah Perdikan Lodaya setelah mereka berhadapan dengan Maharesi Mpu Barada.

Namun secara keseluruhan, keadaan Kerajaan Medang baik-baik saja untuk saat ini", lapor Mapatih Mpu Barada sembari menghormat.

"Mahamantri Mpu Seta, bagaimana dengan persediaan bahan pangan rakyat juga lumbung pangan Kotaraja Kahuripan? ", Prabu Airlangga mengalihkan perhatiannya pada menteri besar urusan kesejahteraan rakyat ini.

" Saat ini lumbung pangan Kotaraja Kahuripan sudah penuh terisi. Upeti dan pajak hasil bumi dari para penguasa daerah telah sampai keseluruhan, Gusti Prabu.

Untuk satu warsa kedepannya, kita tidak perlu mengkhawatirkan bahan pangan atau pun keuangan kerajaan kita", jawab Mpu Seta selaku Mahamantri I Halu.

Hemmmmmmm...

"Rakryan Bawang, bagaimana dengan persenjataan para prajurit juga kesiapan para prajurit sekarang ini? ", Prabu Airlangga menatap ke arah menteri bertubuh gempal ini segera.

" Persenjataan kita juga sudah memadai, Gusti Prabu. Beberapa empu dan pandai besi yang kita minta membuat senjata untuk para prajurit melaksanakan tugasnya dengan baik.

Selain itu, baju jirah perang juga sudah tersedia untuk para pimpinan prajurit setingkat bekel ke atas. Ini akan menjadi salah satu senjata perlindungan untuk mereka dalam menjalankan tugas ", Rakryan Bawang menghormat usai berbicara.

" Paman Panji Wijayakrama, bagaimana dengan keadaan kerajaan sekitar kita?", Prabu Airlangga mengalihkan perhatiannya ke arah Mahamantri I Sirikan Panji Wijayakrama.

"Mata-mata yang hamba kirim ke Wuratan, Lewa dan Wengker telah melaporkan bahwa kerajaan tetangga kita mulai menyusun kekuatan. Mereka bersekutu untuk menggempur Medang tetapi masih dalam tahap persiapan.

Karena itu hamba usulkan untuk menyerang mereka lebih dulu. Sebab jika mereka bergabung untuk menyerbu Medang, hamba khawatir kita akan kalah jumlah pasukan", ucap Mahamantri Panji Wijayakrama sembari menyembah.

"Jika demikian, menurut Paman Mahamantri Panji Wijayakrama, daerah mana yang sebaiknya kita serang lebih dulu? ", tukas Prabu Airlangga kemudian.

" Kerajaan Wuratan adalah yang terlemah dari mereka bertiga. Jika kita bisa menaklukkan Wuratan, maka kita akan menguasai jalur perdagangan yang penting. Pelabuhan besar seperti Juwana, Kambang Putih dan Pati sudah pasti akan menjadi daerah penyumbang pajak besar untuk pembangunan", jawab Mahamantri Panji Wijayakrama segera.

"Kakang Mapatih Mpu Narotama, bagaimana menurut mu? ", mendengar pertanyaan dari Sang Maharaja Medang, Mapatih Mpu Narotama segera angkat bicara.

" Hamba sependapat dengan Mahamantri Panji Wijayakrama, Gusti Prabu.

Lagipula ini adalah amanat rakyat untuk mengembalikan kejayaan Kerajaan Medang seperti pada waktu pemerintahan Gusti Prabu Dharmawangsa", dukung Mapatih Mpu Narotama.

"Baiklah.... Sepertinya ini memang sudah seharusnya kita mengembalikan seluruh wilayah Kerajaan Medang.

Senopati Mapanji Tumanggala!

Dan seluruh nayaka praja Medang!

Siapkan seluruh armada perang kita. Serbu Kerajaan Wuratan..!! ", titah Prabu Airlangga.

" Sendiko dawuh Gusti Prabu.. ", ucap seluruh hadirin yang langsung berjongkok sambil menyembah.

Maka pada keesokan harinya pasukan besar Kerajaan Medang bergerak ke arah Kerajaan Wuratan yang ada di barat laut Kotaraja Kahuripan. Di pimpin langsung oleh Prabu Airlangga dengan 40 ribu prajurit, satu pimpinan utama yakni Senopati Mapanji Tumanggala dan empat Tumenggung yakni Tumenggung Renggopati, Tumenggung Wanabhaya, Tumenggung Sakri dan Tumenggung Bratamanggala. Tumenggung Surajaya di tugaskan untuk menjaga keamanan Kotaraja Kahuripan dengan sepuluh ribu prajurit nya.

Dua orang berkuda sekencang-kencangnya menuju ke arah barat laut. Tanpa mempedulikan rasa lelah dan sakit akibat duri-duri tajam semak belukar yang mereka lewati. Sudah hampir setengah hari mereka meninggalkan Kotaraja Kahuripan dan perjalanan mereka masih sangat jauh.

"Kita harus secepatnya sampai di Kotaraja Kambang Putih, Kakang...

Ini masalah besar yang harus segera di ketahui oleh Gusti Prabu Wisnuprabhawa", ucap salah satu dari dua orang berkuda itu dengan cepat. Tubuhnya yang kerempeng terlihat penuh dengan keringat.

"Benar sekali, Adik Lodang..

Kita tidak boleh membuang waktu sedikit pun. Wuratan sedang dalam bahaya besar", ujar lelaki lainnya yang bertubuh kekar dengan kumis tebal.

Ya, keduanya adalah mata-mata yang dikirim oleh Istana Kambang Putih untuk melaporkan setiap hal yang ada di kota baru Kahuripan. Mereka masuk ke Kahuripan dengan menyamar sebagai kuli angkut seorang pedagang beras.

Setelah hampir seharian berkuda, dua orang mata-mata Kerajaan Wuratan akhirnya sampai di Kotaraja Kambang Putih. Keduanya langsung berkuda menuju ke tengah kota dimana Istana Kerajaan Wuratan berada.

Mereka langsung menunjukkan lencana yang mereka miliki pada prajurit penjaga gerbang istana dan cepat berlari menuju ke arah Pendopo Agung Istana Kotaraja Kambang Putih. Kebetulan saja, di pendopo agung sedang ada pisowanan sore seperti umumnya ada di kerajaan kerajaan waktu itu.

Prabu Wisnuprabhawa, penguasa Kerajaan Wuratan yang sedang memberikan arahan pada dua pejabat istana, langsung menghentikan omongan nya kala seorang prajurit penjaga gapura Pendopo Agung datang mendekat.

"Ada apa? Kenapa kau menghadap tanpa di panggil hah?" , ucap Prabu Wisnuprabhawa dengan sedikit keras.

"Mohon ampun Gusti Prabu. Wadang dan Lodang, dua mata-mata yang ditugaskan di Kahuripan, datang menghadap. Katanya membawakan berita penting", lapor sang prajurit penjaga sembari menghormat.

" Suruh mereka cepat masuk... ", perintah Prabu Wisnuprabhawa segera. Sang prajurit penjaga gapura segera menghormat sebelum dia mundur dari tempat nya. Sebentar kemudian dia kembali ke dalam Pendopo Agung bersama dengan dua orang mata-mata itu.

" Lekas katakan, berita apa yang kalian bawa dari Kahuripan? Kalau kalian berani membuang waktu ku, akan ku penggal kepala kalian ", ucap Prabu Wisnuprabhawa keras. Lodang pun langsung menghormat.

"Mohon ampun Gusti Prabu..

Prabu Airlangga memimpin pasukan besar untuk menyerbu Wuratan", lapor Lodang segera. Betapa kagetnya Prabu Wisnuprabhawa dan seluruh orang yang hadir di tempat itu mendengar kabar yang disampaikan oleh Lodang.

APAAAAAAAAAA??!!!!!

Terpopuler

Comments

Nyoman Joko Hariono

Nyoman Joko Hariono

ini udah berapa tahun dari pertempuran dipertapaan patakan ya, kok sanggramawijaya udah besar bukanya waktu itu masi bayi

2024-10-16

1

LD. RAHMAT IKBAL

LD. RAHMAT IKBAL

mantap perang lagi.... seru nih hehehe

2024-06-14

1

arumazam

arumazam

mengejutkan

2024-06-06

2

lihat semua
Episodes
1 Iblis Gunung Andong
2 Pedang Naga Api melawan Cambuk Api Angin
3 Pertapaan Patakan
4 Adu Kesaktian
5 Mapanji Garasakan
6 Menyerbu Wilayah Kerajaan Wuratan
7 Perawan Pakuwon Babat
8 Menuju Utara
9 Tanpa Pertumpahan Darah
10 Penaklukan Wuratan ( bagian 1 )
11 Penaklukan Wuratan ( bagian 2 )
12 Penaklukan Wuratan ( bagian 3 )
13 Nyai Carang Aking
14 Perjanjian Keramat
15 Kerajaan Siluman Gunung Lawu
16 Bancak dan Doyok
17 Kerjasama
18 Keresahan Istana Lewa
19 Kawan Lama
20 Menggempur Lewa
21 Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 1 )
22 Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 2 )
23 Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 3 )
24 Tantangan dari Prabu Panuda
25 Akhir Hayat Prabu Panuda
26 Urusan Perempuan
27 Menyamar
28 Gerombolan Siluman Gadungan
29 Di Perbatasan Tanggulangin
30 Istana Tanggulangin
31 Tujuh Setan Pembunuh
32 Tujuh Setan Pembunuh ( bagian 2 )
33 Tujuh Setan Pembunuh ( bagian 3 )
34 Dua Pemuda dari Wanua Pulung
35 Masalah
36 Pilihan
37 Benteng Pertahanan Prajurit Wengker
38 Benteng Pertahanan Prajurit Wengker ( bagian 2 )
39 Benteng Pertahanan Prajurit Wengker ( bagian 3 )
40 Keputusan Prabu Wijayawarma
41 Sekutu
42 Ajian Pancasona
43 Kotaraja Wengker ( bagian 1 )
44 Kotaraja Wengker ( bagian 2 )
45 Kotaraja Wengker ( bagian 3 )
46 Kotaraja Wengker ( bagian 4 )
47 Kotaraja Wengker ( bagian 5 )
48 Biksu Dari Tibet
49 Tujuan Sebenarnya
50 Istri Ketiga
51 Desahan dari Kolam Pemandian Istana Kahuripan
52 Orang Misterius
53 Bidadari Penebar Maut
54 Bidadari Penebar Maut ( bagian 2 )
55 Diatas Langit Masih Ada Langit
56 Terompet Shangkya Panchajanya
57 Halaman Pendopo Agung Istana Kahuripan
58 Ajian Tapak Dewa Api
59 Tantangan dari Seorang Biksu
60 Melawan Biksu Tenzin Gyaltso ( bagian 1 )
61 Melawan Biksu Tenzin Gyaltso ( bagian 2 )
62 Masalah di Perbatasan
63 Malam Mencekam
64 Malam Mencekam ( bagian 2 )
65 Rajah Kala Cakra
66 Rencana Penyerbuan ke Lodaya
67 Maling
68 Saatnya Telah Tiba
69 Kepercayaan Diri Nyai Ratu Calon Arang
70 Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 1 )
71 Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 2 )
72 Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 3 )
73 Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 4 )
74 Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 5 )
75 Tanah Perdikan Lodaya
76 Ki Ragahusada dan Nyai Kemangi
77 Mapanji Samarawijaya
78 Berburu
79 Dua Bidadari Lembah Kali Bogowonto
80 Kisruh Padepokan Padas Putih
Episodes

Updated 80 Episodes

1
Iblis Gunung Andong
2
Pedang Naga Api melawan Cambuk Api Angin
3
Pertapaan Patakan
4
Adu Kesaktian
5
Mapanji Garasakan
6
Menyerbu Wilayah Kerajaan Wuratan
7
Perawan Pakuwon Babat
8
Menuju Utara
9
Tanpa Pertumpahan Darah
10
Penaklukan Wuratan ( bagian 1 )
11
Penaklukan Wuratan ( bagian 2 )
12
Penaklukan Wuratan ( bagian 3 )
13
Nyai Carang Aking
14
Perjanjian Keramat
15
Kerajaan Siluman Gunung Lawu
16
Bancak dan Doyok
17
Kerjasama
18
Keresahan Istana Lewa
19
Kawan Lama
20
Menggempur Lewa
21
Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 1 )
22
Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 2 )
23
Pertempuran di Bekas Kotaraja ( bagian 3 )
24
Tantangan dari Prabu Panuda
25
Akhir Hayat Prabu Panuda
26
Urusan Perempuan
27
Menyamar
28
Gerombolan Siluman Gadungan
29
Di Perbatasan Tanggulangin
30
Istana Tanggulangin
31
Tujuh Setan Pembunuh
32
Tujuh Setan Pembunuh ( bagian 2 )
33
Tujuh Setan Pembunuh ( bagian 3 )
34
Dua Pemuda dari Wanua Pulung
35
Masalah
36
Pilihan
37
Benteng Pertahanan Prajurit Wengker
38
Benteng Pertahanan Prajurit Wengker ( bagian 2 )
39
Benteng Pertahanan Prajurit Wengker ( bagian 3 )
40
Keputusan Prabu Wijayawarma
41
Sekutu
42
Ajian Pancasona
43
Kotaraja Wengker ( bagian 1 )
44
Kotaraja Wengker ( bagian 2 )
45
Kotaraja Wengker ( bagian 3 )
46
Kotaraja Wengker ( bagian 4 )
47
Kotaraja Wengker ( bagian 5 )
48
Biksu Dari Tibet
49
Tujuan Sebenarnya
50
Istri Ketiga
51
Desahan dari Kolam Pemandian Istana Kahuripan
52
Orang Misterius
53
Bidadari Penebar Maut
54
Bidadari Penebar Maut ( bagian 2 )
55
Diatas Langit Masih Ada Langit
56
Terompet Shangkya Panchajanya
57
Halaman Pendopo Agung Istana Kahuripan
58
Ajian Tapak Dewa Api
59
Tantangan dari Seorang Biksu
60
Melawan Biksu Tenzin Gyaltso ( bagian 1 )
61
Melawan Biksu Tenzin Gyaltso ( bagian 2 )
62
Masalah di Perbatasan
63
Malam Mencekam
64
Malam Mencekam ( bagian 2 )
65
Rajah Kala Cakra
66
Rencana Penyerbuan ke Lodaya
67
Maling
68
Saatnya Telah Tiba
69
Kepercayaan Diri Nyai Ratu Calon Arang
70
Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 1 )
71
Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 2 )
72
Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 3 )
73
Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 4 )
74
Perang Kedua Medang - Lodaya ( bagian 5 )
75
Tanah Perdikan Lodaya
76
Ki Ragahusada dan Nyai Kemangi
77
Mapanji Samarawijaya
78
Berburu
79
Dua Bidadari Lembah Kali Bogowonto
80
Kisruh Padepokan Padas Putih

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!