Pukul enam lebih lima belas menit, Saka sudah berada di dalam sekolah. Dia memang selalu datang di waktu dan jam yang sama setiap harinya hanya untuk melakukan finger print.
Finger print ini adalah salah satu alat sah yang di gunakan sekolah untuk mengabsen para muridnya. Dan absenan itu dengan otomatis akan sampai pada orang tua murid melalui sebuah pesan melalui ponsel. Dengan begitu para orang tua bisa tahu anaknya pergi ke sekolah atau bolos hari itu.
Namun cara itu tidak mempan pada Saka, dia punya seribu cara untuk mengelabui sistem itu dengan cara melakukan finger print di saat pagi buta. Setelah hasil finger print itu sampai pada ibunya, dia akan menaiki dinding belakang sekolah dan bolos sesukanya. Atau kembali ke kelas di waktu-waktu jam mata pelajaran yang kebetulan gurunya sangat super galak. Cara seperti ini hanya di lakukan Saka saja dia tidak berniat untuk memberitahu cara licik ini pada orang lain meskipun pada teman terdekatnya sekalipun.
Setelah semua di rasa sesuai rencana. Saka pun mulai berjalan hati-hati ke arah belakang sekolah. Sesekali membungkukan badan, sesekali merayap di bawah lantai, sesekali berlari kencang agar tidak di lihat guru ataupun penjaga sekolah.
Setibanya di dinding yang memisahkan lingkungan sekolah dan luar sekolah. Saka menggenggam ujung dinding. Dia sudah berdiri di atasnya tinggal melompat ke bawah maka misinya untuk tidak mengikuti mata pelajaran sekolah akan sukses besar.
Namun Saka kaget bukan kepalang ketika satu tangan mencengkram mata kakinya dengan sangat kencang.
"Hayo... Saka mau kemana?" ucap seorang perempuan yang mencengkram kakinya dari bawah. Entah sejak kapan Alma mengikuti Saka.
"Lo lagi, lo lagi!" Saka menarik napas berat.
"Mending Saka turun, masuk ke kelas, jangan coba-coba buat bolos," pinta Alma.
"Enggak... lepasin tangan lo!" dengus Saka mengguncangkan kakinya supaya terlepas dari cengkraman kuat Alma.
"Percuma! Kalau Saka makin bertingkah dengan terus mengguncangkan kaki Saka seperti itu nanti yang ada jatuh ke bawah!" Tangan Alma semakin kuat mencengkram.
"Sejak kapan jatuh ke atas? Aneh banget lo!" sahut Saka sembari mengernyitkan dahi.
"Ada ko yang jatuh ke atas," jawab Alma.
"Apa?" Setelah berbicara seperti itu Saka menepuk jidatnya. Baru saja dia membuat kesalahan dengan membuat percakapan ini akan semakin panjang.
"Cie ... Saka ceritanya pengen tahu nih?" goda Alma yang membuat bulu kuduk Saka berdiri.
"Jatuh cinta sama Saka, itu adalah salah satu jatuh yang bikin Alma selalu terbang!" cetus Alma. Kali ini bukan hanya bulu kuduknya yang berdiri namun ada efek samping lain yang mulai bekerja adalah timbulnya rasa mual yang menjalar dari seluruh badannya. Dalam benak Saka dia berpikir kenapa ada orang yang seperti itu di muka bumi ini.
"Terserah lo deh. Tolong untuk lepasin kaki gue!" pinta Saka. Kali ini dia menambahkan senyum paling manisnya sebagai permohonan agar dia mau melepaskannya.
"Enggak Saka, percuma! Meskipun senyum Saka barusan bikin hati Alma meleleh tapi enggak akan merubah apapun. Saka harus tetap ada di sekolah, belajar dengan baik, cari ilmu sebanyak mungkin dan harus jadi kebanggaan Alma," ujarnya yang membuat telinga Saka kesakitan.
"Yaudah lepasin tangan lo biar gue bisa turun!" Pada akhirnya Saka mengalah. Setidaknya untuk hari ini dia akan mengikuti jadwal pelajaran dari awal hingga akhir atau sampai jam istirahat nanti agar perempuan itu tidak lagi berisik. Kemudian setelah Saka turun dari dinding tangan Alma langsung menyergap tas Saka yang membuatnya terkejut.
"Ayo ... Alma pegangin sampai kelas Saka biar enggak kabur." Alma menyeret Saka.
"Lepasin! Gue bisa sendiri, Alma! Apa kata orang-orang kalau lo memperlakukan gue seperti ini?" Saka mencoba untuk melepaskan tangan Alma dari tas nya.
"Enggak bakalan ada yang lihat Saka, masih pagi." Alma terkekeh dan tidak mendengarkannya.
"Serah lo deh! Pelan-pelan jalannya." pinta Saka pasrah.
"'Kenapa pelan-pelan? Jangan bilang Saka mau lebih lama lagi deket Alma?" Nadanya sengaja Alma kencangkan yang langsung mendapatkan bungkaman dari Saka pada mulutnya.
"Jangan kenceng-kenceng juga ngomongnya. Gimana kalau ada orang yang dengar?" sahut Saka menahan emosi sembari mengepalkan tangannya.
"Abisnya Saka bikin Alma berbunga-bunga," goda Alma.
"Gila!"
Saka berhasil melepaskan genggaman tangan Alma pada tas nya kemudian berjalan secepat mungkin untuk meninggalkan dia di belakang. Namun bagi Alma sikap Saka yang seperti itu seolah-olah seperti sedang mengajaknya bercanda. Dia dengan penuh semangat ikut melangkahkan kakinya dengan cepat menyusul Saka yang berada lima langkah di depannya.
***
Bel istirahat berbunyi. Alma menolak ajakan Airin untuk pergi ke perpustakaan. Hari ini Alma punya misi khusus untuk membuat Saka tidak bolos sampai mata pelajaran habis.
Dia berjalan melewati koridor, ruang perpustakaan, kantin sekolah dan tiba di tempat paling belakang sekolah ini. Tempat lain yang biasa digunakan Saka untuk bolos. Alma yakin beberapa menit lagi Saka dan temannya akan melewati tempat ini untuk bisa keluar dari sekolah, sebab jalur yang biasa dia gunakan sudah diketahui oleh Alma.
Tidak perlu lama menunggu, Saka dan rombongannya tiba. Mereka tidak tahu saja bahwa rencana yang telah mereka susun akan gagal karena ulah Alma. Saka yang melihat keberadaan Alma tepat di depan matanya menunjukan wajah yang ingin terkejut namun sudah memiliki feeling akan seperti ini.
"Dasar lo kaya setan! Di mana-mana pasti ada lo!" ucap Saka keheranan karena dia selalu ada dimana-mana.
"Karena itu udah jadi tugas Alma yang sebentar lagi akan mencalonkan diri menjadi ketua osis! Kalian mau kembali ke kelas sendiri atau Alma telpon pak Yunus biar dia yang tuntun kalian ke tengah lapangan." Dengan sisa keberanian yang masih tersisa Alma mengultimatum Saka dan teman-temannya. Dia berharap mereka akan takut dan kembali ke area sekolah tanpa harus protes terlebih dahulu.
"Kita berlima, lo cewe sendiri, yakin mau ngelawan kita?" Seorang teman Saka yang perawakannya sangat besar mencoba menghakimi Alma. Walaupun keberaniannya setipis tisu namun dia berusaha untuk menghentikan mereka meskipun keringat mulai bercucuran dari tubuhnya. Dia mulai mendekati wajah Alma tetapi Saka menghentikan temannya.
"Udah lah balik lagi aja. Dia keponakanan kepala sekolah yang ada nanti kita kena masalah kalau berurusan sama dia," kata Saka yang membuat mereka sedikit panik. Kemudian membuat mereka kembali masuk ke area sekolah.
Alma menghembuskan napas lega setelah teman Saka barusan membuat jantungnya berdetak sangat kencang. Namun kali ini Saka menyelamatkannya dengan membohongi mereka dengan berkata bahwa dia adalah keponakan kepala sekolah. Saka entah sadar atau tidak dengan dia membelanya malah membuat cinta yang ada dalam dirinya berapi-api.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments