Malam yang penuh keajaiban

Alma tengah menatap malam setelah hujan dari balkon rumah Neneknya, balkon yang tepat menghadap balkon rumah Saka. Meskipun tanpa bintang ataupun bulan yang menghiasi sunyinya malam, Alma tetap menikmatinya.

Karena suasana malam setelah hujan selalu syahdu, mungkin akan sangat menyenangkan jika dia gunakan untuk memikirkan kemungkinan-kemungkin yang indah tentang Saka.

Tentang bagaimana jika seandainya suatu saat nanti dia bisa berbicara banyak hal dengan Saka? Berbicara tentang kenapa setelah hujan bintang ataupun bulan tidak pernah muncul? Lalu dia menjawabnya dengan banyak kemungkinan yang akan membuat obrolan kami sangat hangat dan penuh makna.

Tentang bagamaina jika sebenarnya Saka juga menaruh perasaan yang sama dengannya. Kemudian disuatu taman yang penuh dengan bunga-bunga Saka mengutarakan perasaan padanya.

Tentang bagaimana jika Saka adalah seseorang yang akan datang kerumah dan mengutarakan niatnya untuk menikahiku.

Memikirkan kemungkin-kemungkinan yang indah seperti itu ketika hujan, benar-benar punya banyak energi yang tanpa sadar telah membuatnya serasa akan terwujud. Namun harapan-harapan indah seperti itu sudah seharusnya untuk tetap hidup, bukan? Benar, jika Alma mengingingkan semua yang barusan dia pikirkan agar terwujud, maka dia harus tetap membuatnya hidup meski itu hanya dalam ruang hatinya saja.

Alma mengeluarkan ponsel dari saku celananya, membuka sosial media lewat akun keduanya. Akun yang sering dia gunakan untuk memperhatikan segala aktivitas Saka di sosial media. Meskipun terdengar seperti penguntit yang andal, namun hanya cara itu yang bisa Alma lakukan untuk mengetahui beberapa aktivitas Saka. Apalagi Saka begitu aktif menggunakan sosial media untuk membagikan beberapa puisinya.

Dan Alma tengah beruntung karena malam ini Saka tengah melakukan siaran langsung meskipun tanpa menampilkan wajahnya, melainkan menampilkan dinding yang dipenuhi poster serta beberapa kertas berisi puisi-puisi yang terlihat sedikit samar.

Saka merespon kehadirannya dengan memberikan lambaian tangan pada akunnya. Sungguh itu telah membuat Alma senyum-senyum sendiri karena diantara dua puluh orang yang sedang menonton hanya dia yang dapat respon lambaian tangan dari Saka.

Alma semakin fokus memperhatikan siaran langsung Saka bersama dua puluh orang lainnya meskipun dia sedikit bingung sebenarnya Saka akan melakukan apa di siaran langsungnya itu. Sampai beberapa menit siaran langsung itu berlangsung akhirnya suara gitar mulai terdengar dan Saka muncu dalam layar ponselnya. Lalu Saka mulai membacakan puisi dibarengi dengan suara alunan gitar yang syahdu.

Jika sewaktu-waktu aku berhenti mencari,

itu bukan berarti aku menyerah.

kamu tahu daun jatuh?

kamu tahu kenapa daun itu terjatuh?

Padahal jika ia terus berdiri pada dahannya,

bukankah itu akan tetap membuatnya tetap hidup?

Karena mungkin daun sadar dia sudah tidak memiliki lagi manfaat untuk pohon yang dia singgahinya.

Aku juga begitu.

Padahal aku ingin tetap menemanimu.

Padahal aku ingin tetap melihat pesonamu.

Padahal aku ingin tetap hidup dan kamu yang menemani.

Namun aku sadar.

Aku sudah tidak punya manfaat.

Aku sudah tidak memiliki arti lagi.

Aku sudah tidak dibutuhkan lagi olehmu.

Namun sebagaimana daun yang jatuh namun belum hancur.

Dia akan tetap senang karena masih tetap mampu melihat segalanya tumbuh.

Pohon yang terus meninggi.

Daun yang semakin rimbun.

Ranting yang terus bercabang.

Buah-buah yang semakin ranum.

Aku juga begitu.

Selama aku ada dan belum hancur.

Aku akan senang karena mampu untuk melihatmu terus tumbuh,

meski bukan dengan aku akhirnya.

Hingga aku sadar,

cinta bukan hanya tentang memiliki,

bukan juga yang sepenuh hati,

namun juga tentang kita yang mampu memberi arti.

Selama aku masih bisa memberimu arti dengan tetap membiarkanmu tenang bersama pilihanmu.

Aku tidak keberatan untuk tetap melihatmu tumbuh bersamanya.

Setelah menyelesaikan puisinya, Saka mematikan siaran langsung tanpa satu atau dua patah penjelasan mengenai puisinya itu pada para pendengar, yang justru memunculkan pertanyaan pada benak Alma tentang untuk siapa puisi itu? Namun Alma tidak ingin memikirkan hal itu lebih jauh sebab puisinya malam ini telah membuatnya tenang.

Benar apa yang puisi Saka ciptakan, bahwa jatuh cinta yang baik adalah jatuh cinta yang mampu memberi arti. Meskipun persepsi jatuh cinta telah diartikan dalam banyak kata baik dan buruk, Alma yakin dalam kesungguhan arti dari cinta adalah hal yang baik.

Misalnya seperti yang Alma rasakan saat ini. Dia tahu bahwa cintanya pada Saka adalah sebuah sakit karena terlihat seperti bertepuk sebelah tangan. Tetapi, Alma selalu melihatnya dari sisi baik dengan berpikir bahwa ini bagian dari jatuh cinta. Jika pada akhirnya Saka benar-benar tidak bisa dia miliki, Alma akan tetap ikhlas dengan tetap membiarkannya tumbuh bersama yang lain.

Andai saja Saka keluar dari kamar dan duduk di depan balkon rumahnya seperti hari kemarin, mungkin ini akan menjadi malam yang indah sekaligus hebat bagi Alma. Rasanya mendengar dan melihat wajah serta suaranya dalam siaran langsung masih belum cukup.

Dan Keajaiban selalu datang pada mereka yang tidak pernah berhenti berharap, pada mereka yang tidak lelah berjuang. Saka baru saja keluar dari rumahnya dan duduk di kursi balkon yang wajahnya langsung menghadap ke arah Alma. Melihat itu mata Alma hampir keluar karena tidak percaya dengan apa yang saat ini dia lihat. Rasanya Alma ingin berteriak pada Saka namun urung dia lakukan sebab jika dia memanggilnya akan membuat Saka kembali masuk kedalam rumah.

Terbesit dalam benak Alma untuk mengabadikan sosok Saka itu namun untuk menghindari tuntutan penguntit, Alma tidak akan mengabadikannya lewat jepretan kamera melainkan dengan melukisnya saja malam ini. Tidak pikir panjang Alma berlari menuju kamar dan menyiapkan alat-alat melukisnya.

Alma pun mulai melukis dengan mewarnai kanvasnya dengan warna hitam untuk menggambarkan suasana malam serta menggambarkan sosok Saka yang misterius. Kemudian kuasnya begitu lancar menggambar setiap detail sosok Saka yang sedang duduk menatap langit serta sedang memegang gelas yang berisi kopi hitam di tangannya. Meski Alma begitu ingin melukisnya dengan banyak warna, namun warna monokrom begitu kental dalam lukisannya kali ini.

"Ternyata bakat melukis kakek turun sama kamu padahal ibu kamu saja kalau kakek suruh gambar rumah malah bentuknya segi tiga yang di kasih warna saja." Suara lelaki paruh baya yang tiba-tiba berkumandang membuat Alma sedikit tersentak.

"Kek, jangan tiba-tiba kaya hantu yang nongol gitu aja. Liat deh lukisan Alma jadi tercoret, kan." protes Alma pada kakeknya.

"Ah... kamu ini lebay, kalau tercoret tinggal kamu benerin lagi aja," jawab lelaki paruh baya itu sembari mengelus rambutnya. Sementara Alma melukis, saat itu juga kakek Alma memperhatikannya.

"Jadi ceritanya kamu lagi melukis Saka, nih?"

Mendengar kata Saka dari mulut kakeknya, Alma kemudian memberhentikan kegiatan melukisnya dan mulai tertarik membahas Saka.

"Kakek kenal Saka?" Alma penasaran.

"Kenal... masa iya kakek gak tahu tetangga kakek, sih. Aneh banget kamu! Lagian Saka suka bantuin kakek kalau lagi bersihin depan rumah."

Mendengar itu membuta Alma bersemangat, ternyata masih banyak sisi yang belum Alma lihat dari sosok Saka.

"Terus apalagi kek?" Alma bersiap mendengar cerita selanjutnya tentang Saka dari kakeknya itu.

"Enggak ada terusannya. Kalau kamu pengen tahu Saka ya cari tahu sendiri aja. Lanjutin aja melukisnya, kakek mau masuk lagi ke dalam, diluar dingin."

Ucapannya kali ini malah membuat Alma lesu. Kemudian Alma melanjutkan melukis sampai lukisan itu benar-benar selesai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!