Mencoba menjauh

Pada akhirnya Alma akan mencoba menyerah untuk mendapatkan Saka setelah sekian lama berusaha menggapainya. Biarkan saja Saka berjalan ke arah mana dia ingin melangkah, tanpa ada lagi Alma yang mencoba menghalangi jalannya.

Hatinya sudah patah tatkala malam kemarin dia melihat Saka begitu akrab dengan wanita lain. Alma benar-benar merasa tercabik-cabik sekaligus merasa terjatuh pada lubang yang sangat dalam.

"Airin gue mau berhenti mengejar Saka." Air mata Alma tertahan di kedua pelupuk matanya. Airin yang sedang menelan air putih dan sudah sampai kerongkongannya itu kembali keluar karena terkejut dengan ucapan Alma.

"Masa...sih? Serius? Lo lagi enggak bercanda, kan?" Mata Airin bulat sempurna menatap mata Alma saking terkejutnya.

"Masa iya gue bohong!" Pipi Alma mulai sembab sebab pelupuknya sudah tidak kuat lagi menahan air mata yang sudah tertahan lama itu.

"Enggak mungkin ah lo mau udahan ngejar Saka. Jangan bohong, pamali!" Airin tidak memperdulikan Alma. Kemudian mulai meminum kembali air putih dalam gelas yang ada dalam genggamannya.

"Benaran, Airin! Kejadian semalam pas Saka begitu akrab sama cewek lain. Itu buat gue yakin, kalau gue harus berhenti mengejar Saka." sahutnya sambil menangis tersendu-sendu. Untuk kedua kalinya air putih yang sudah ada dalam kerongkongan Airin kembali keluar. Ucapannya barusan benar-benar membuat Airin terkejut.

"Lo ngomong gamau ngejar lagi karena lagi patah hati aja, karena Saka akrab sama cewek lain kan? Nanti kalau tahu ternyata cewek itu bukan siapa-siapa Saka, lo pasti pingin ngejar lagi!" sungut Airin.

"Enggak Airin titik. Gue udah beneran mau lupain Saka kalau sekiranya Saka udah punya pacar." Tangisnya kian menjadi-jadi namun Airin masih tidak mempercayai sepenuhnya ucapan Alma.

"Nah... kan gue juga bilang apa. Masih ada S-E-K-I-R-A-NYA!" Airin muak.

“Kira-kira gue harus ngapain yah supaya benar-benar bisa lupain Saka?”

“Ini lo beneran mau udahan ngejar Saka?” kata Airin masih tidak yakin.

“Beneran! Kasih tahu gue, Airin!” pintanya kekeh.

“Tapi kalau pun iya mereka pacaran kan sebelum ada jalur kuning yang melengkung lo masih bisa nikung!”

“Masalahnya gue gak bisa bawa motor, jadi gak bisa nikung.”

“Gini nih ngobrol sama orang yang gak pernah sholat, hidupnya ngawur banget. Maksud gue bukan lo bawa motor terus nyalip dia.”

“Terus pake apa dong?” tanya Alma dengan sisa-sisa air mata di wajahnya.

“Pake mobil,” jawab Airin kesal.

“Motor aja gak bisa apalagi mobil!”

“Bego, bego! Gue kira pura-pura enggak ngerti ternyata emang gak ngerti beneran.” Airin menarik napas panjang mencoba untuk menata dulu kata-kata agar bisa di mengerti oleh Alma.

“Maksud gue sebelum Saka dan cewek itu nikah, lo masih ada kesempatan buat rebut Saka dari dia,” lanjut Airin gemas.

“Gue enggak mau jadi orang jahat yang rebut pasangan orang. Kalau nanti pas berhasil gue rebut tapi ternyata Saka enggak sebahagia waktu bersama cewek itu gimana?”

“Mau ngerebut aja banyak overthingking-nya.” Airin menggelengkan kepalanya.

“Makanya gue gak mau rebut Saka dari siapapun.”

“Yaudah lupain Saka.”

“Tapi kalau gue gak hidup sama Saka suatu hari nanti, apa gue akan bahagia?”

“Ya Allah drama banget hidup lo, Alma! Jadi maunya gimana berhenti perjuangin Saka atau lanjut perjuangin Saka? Kalau mau berhenti nanti gue kasih tahu caranya!” sungut Airin sedikit emosi.

“Untuk sekarang, gue mau lupain Saka!”

“Pasti ada tapinya, kan?” sela Airin.

“Wah lo ternyata cerdas!”

“Udah pasti! Jadi, tapinya apa?”

“Tapi kalau ternyata gue enggak bisa lupain Saka dan ternyata Saka dengan cewek itu gak pacaran. Gue mau ngejar lagi Saka seperti hari-hari yang lalu,” jawab Alma yang membuat Airin yang mendengarnya lemas dan menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi.

“Sabar, sabar! Sok-sokan tadi bilang enggak akan ngejar lagi kalau pada akhirnya keputusannya kaya gini. Ini sama aja lo akan kembali mengejar Saka!” protes Airin.

“Beda dong! Kan gue ada usaha untuk berhenti mengejar Saka dulu. Kalau ternyata gue bisa berhenti ngejar Saka ya berarti gue enggak akan ngejar lagi. Tapi kan rencana melupakan enggak semudah itu Airin! Enggak baik memaksakan apa yang enggak bisa dipaksakan.” Alma beralibi.

“Serah lo!”

“Jadi gimana cara buat lupain Saka?” tanya Airin.

“pertama, buka hp lo, kemudian unfollow semua sosial media milik Saka dari akun lo.”

“Bentar, kalau gitu gue enggak bisa liat postingan dan foto-foto Saka lagi dong,” protes Alma yang kemudian dapat tatapan tajam dari Airin untuk sesegera mungkin berhenti mengikuti semua sosial media milik Saka. Mau tidak mau karena Alma sudah meminta saran darinya maka dia harus mengikutinya. Kemudian Alma pun berhenti mengikuti semua akun sosial media Saka.

“Yang kedua buka galeri foto. Hapus semua foto-foto Saka. Entah itu foto yang lo curi di sosial media milik Saka atau pun foto yang lo ambil secara diam-diam melalui kamera hp saat Saka lagi lengah. Pokonya semuanya hapus.”

“Bentar lo kok tahu isi galeri hp gue, sih? Kalau yang itu mending jangan deh nanti kalau gue kangen dia bagaimana?” protes Alma lagi.

“Justru itu, kalau masih ada foto-foto itu, rencana untuk berhenti melupakan Saka akan gagal. Cepat hapus!” titah Airin yang membuat Alma tidak bisa berbuat apa-apa. Kemudian menghapus semua foto-foto Saka tanpa satu pun tersisa.

“Sama di laptop juga! Gue tahu lo ada simpan foto Saka di sana.”

“’Airin lo kebangetan deh ah! Enggak ada foto Saka yang bagus ko semua itu cuman foto terjeleknya semua. Ini itu rencananya mau gue cuci ke tukang fotokopi. Terus gue jadiin hiasan dinding kamar buat nakut-nakutin tikus!”

“Kalau gitu ceritanya yang ada lo enggak akan bisa lupain Saka dan akan terus mengejar dia. Foto-foto itu bisa aja jadi sugesti yang akan menyihir lo untuk tetap mengejar Saka. Jadi hapus gue gamau dengar!”

“Satu aja deh sisain jangan semuanya di hapus, please.” Alma memohon.

“Enggak ada satu-satu. Semuanya hapus, Alma!” tegas Airin yang membuat Alma lagi-lagi tidak berkutik dan langsung menghapus semua foto Saka dalam laptopnya.

“Yang ketiga!”

“Ya Allah Airin, kenapa masih ada yang ketiga? Ini dua aja bikin gue hampir mati.” Alma ingin menangis.

“Karena rencana ini harus totalitas.”

“Tapi janji yang ketiga jangan bikin gue kehilangan semangat untuk tetap hidup.”

“Lo mau bunuh diri gitu?”

“Enggak sejauh itu tapi jangan bikin gue akan menangis sepanjang hari pokoknya.”

“Enggak, palingan bikin lo nangis setiap hari.”

“Jahat banget lo.” Alma memutar kulit tangan Airin kencang.

“Yang ketiga. Lo enggak boleh bertemu lagi dengan Saka. Kalau lo berpapasan tanpa sengaja lo harus memalingkan wajah dan menjauh dari Saka. Kalau misalnya ada hal darurat yang mengharuskan lo bertemu dengan Saka, lo bilang aja ke gue biar gue yang menyampaikannya pada Saka,” pungkas Airin.

Kini Alma benar-benar menangis. Membuat kasur, selimut, bantal, dan guling benar-benar basah oleh air mata Alma.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!