Terkadang melihat manusia membenci takdirnya sendiri di dunia ini adalah sesuatu yang cukup lumrah. Ya, coba saja kita bercermin pada diri kita sendiri! Seberapa sering kita membenci takdir kita hanya takdir itu tidak seperti yang kita mau? Takdir-takdir yang tidak kita inginkan itu terkadang membuat kita lupa bahwa ada banyak takdir yang sepenuhnya belum datang untuk kita. Dan kenapa juga kita selalu memprotes takdir yang tidak sesuai keinginan kita? Lalu apakah kita juga sudah merasa bersyukur pada setiap takdir yang sesuai keinginan kita itu?
Namun Alma telah melihat kenyataan yang berbeda. Di saat ada banyak orang yang begitu candu meneriaki takdir yang tidak sesuai keinginannya dengan kata benci, tetapi tidak dengan Saka. Dia begitu tenang dengan takdir yang tidak berpihak padanya itu tanpa sedikit pun menghakimi.
Jadi, bagaimana bisa? Apa yang telah membuatnya seikhlas itu menerima? Ah, apa mungkin dia telah melewati semua takdir yang mengecewakan itu, hingga rasanya ketika kecewa yang lain datang pada takdirnya tak bisa membuatnya kecewa lagi? Tapi juga mungkin tidak semudah itu, tak semudah yang Alma pikirkan.
Lalu, saat Alma tahu bahwa Saka adalah seseorang yang begitu berbeda dari kebanyakan orang justru telah membuatnya takut. Takut jika pria itu dimiliki oleh seseorang selain dia. Bagaimana pun pria seperti Saka adalah idaman para wanita bukan? Setidaknya jika di mata orang lain Saka bukan lelaki idaman, namun di mata alma adalah lelaki idaman.
Alma yang sejak tadi memperhatikan Saka dan mbak Lia dengan bersembunyi dari balik dinding tidak bisa lagi lebih lama menyembunyikan kehadirannya.
"Halo... Saka." Alma yang tiba-tiba hadir dari balik dinding telah membuat Saka keheranan. Bagaimana bisa dia berada di sini tanpa sepengetahuannya dan sejak kapan dia berada di sini? Namun Saka tidak peduli soal itu. Satu-satunya hal yang dia inginkan adalah pergi dari hadapannya secepat mungkin.
"Mbak... gue kerjanya mulai besok karena hari ini ada beberapa hal yang harus gue urus." Tanpa pikir panjang Saka berpamitan dan mengacuhkan kehadiran Alma di sampingnya. Melihat Saka yang seperti itu telah membuat Mbak Lia menggelengkan kepalanya, lalu menatap Alma dengan lekat.
"Kamu siapanya Saka sebenarnya?" Tanpa aba-aba Mbak Lia menerornya dengan pertanyaan yang membuat Alma sedikit gugup namun juga senang karena menanyakan siapa dia dalam hidup Saka.
"Aku... Alma. Salah satu perempuan yang akan mendukung Saka," jawab Alma dengan percaya diri.
"Salah satu? Jadi ada banyak wanita yang mendukungnya juga? Ah... Tidak heran jika seperti itu! Saka memang punya pesona seperti itu. Benar, kan?" sahut Mbak Lia. Meskipun menurut Alma Mbak Lia salah paham dengan kata yang keluar dari mulutnya, namun tentang Saka yang punya pesona sepertinya benar. Mungkin ada banyak perempuan yang juga ingin mendukungnya.
"Mungkin. Tapi Saka hanya akan membutuhkan satu wanita untuk mendukungnya, bukan?"
"Dan kamu percaya bahwa orang yang akan dia pilih itu adalah kamu?" tanya Mbak Lia yang membuat obrolan mereka menjadi lebih menarik.
"Sebagai manusia tidak ada salahnya untuk berharap dan percaya pada harapannya bukan?" Alma menjawabnya dengan percaya dri.
"Jadi bagaimana cara kamu untuk mendapatkan hati Saka? Mendapatkan Saka yang diselimuti misteri dan penuh teka-teki itu akan lebih mudah jika dilakukan dengan sebuah rencana." Mbak Lia mengingat Alma untuk tidak mendekatinya tanpa sebuah rencana. Bagaimana pun yang lebih tahu diantara yang pernah mendekati Saka hanyalah dia seorang. Betapa bosannya dia melihat wanita berguguran di tengah jalan hanya karena sering diacuhkan oleh Saka.
"Seorang Alma selalu punya rencana untuk mendekati Saka. Ya... Meskipun lebih banyak rencana yang gagal," sesalnya. Meski demikian Alma masih punya seribu cara jika satu cara telah gagal.
"Jadi rencana apa lagi yang akan kamu gunakan untuk memenangkan hati Saka?" Pikirnya jika rencana yang sedang dia susun memiliki pola yang sama dengan pola yang pernah dia gunakan namun gagal, maka selamanya akan terus gagal.
"Karena rencana terang-terangan seperti kemarin tidak membuahkan apa-apa. Maka aku akan coba rencana paling rahasia." Kini Alma memancarkan senyum paling terangnya.
"Rencana paling rahasia? Apa kamu yakin? Rencana terang-terangan saja tidak bisa mendapatkan hati Saka, apalagi rencana paling rahasia!" Mbak Lia mengingatkannya.
"Ah, benar! Rencana paling rahasia saja mungkin gak bakalan cukup. Sudah diputuskan bahwa aku akan menggunakan kedua rencana itu untuk mendapatkan hati Saka."
"Kedua rencana? maksud kamu dengan cara terang-terangan dan rahasia? Memangnya terang-terangan dan rahasia itu seperti apa?" Mbak Lia sebenarnya sejak tadi kebingungan dengan istilah itu.
"Rencana terang-terangan mungkin memberikan dukungan dengan cara yang nyata, cara yang bisa dia lihat. Sedangkan rahasia mungkin seperti sebuah doa. Bagaimanapun doa adalah hal yang paling ajaib sebab langsung melibatkan Tuhan. Rasanya terdengar kelewatan jika tidak melibatkan Tuhan." ungkap Alma yang membuat Mbak Lia tercerahkan.
Jika kita sedang memperjuangkan seseorang bukankah doa juga adalah salah satu cara yang paling hebat? Cara yang langsung melibatkan Tuhan tidak akan pernah mengecewakan seseorang, bukan? Jika sudah ada yang melibatkan Tuhan lalu hasilnya mengecewakan. Tanya saja pada hatimu, apakah doa-doanya sudah benar? Apa cara berdoanya sudah benar? Juga apakah doa-doanya sudah diutarakan dengan baik? Tentu saja hal-hal seperti itu tidak bisa untuk dianggap sepele.
Kira-kira akan ada hal hebat apa jika rencana terang-terangan dan rencana rahasia itu Alma gunakan untuk Saka? Apakah itu akan membuat dada Saka bergetar? Lalu apakah getarannya bisa mengubah sedikit hati Saka? Entah berhasil atau tidak namun Alma akan mencobanya.
"Menarik... Semoga berhasil," ucapnya memberi semangat pada seorang perempuan yang tengah menarik perhatiannya itu. Namun tujuan Alma menampakan dirinya bukanlah untuk membahas semua ini, melainkan ada hal lain yang ingin dia bicarakan.
"Langsung pada intinya saja Mbak. Sebenarnya aku sempat dengerin pembicaraan kalian dari awal sampai akhir." Alma menjeda bicaranya, memberikan waktu pada nafasnya untuk sejenak mengeluarkan sesak. Setelah merasa lega Alma pun melanjutkan bicaranya.
"Apakah aku bisa bantu Saka?" tanya Alma dengan suara yang gemetar.
"Gunakan saja rencana rahasia kamu itu untuk mendoakan kebaikan Saka. Saat ini tidak ada yang lebih dia harapkan selain doa. Karena Saka bukanlah orang yang bisa menerima sesuatu hal dengan mudah, dia juga tidak ingin hidup dari belas kasih seseorang. Jadi jangan pernah menghina Saka dengan kata-kata ingin membantunya." Kata-kata itu pada akhirnya sedikit membuat hati Alma lebih baik. Alma akan mendengarkan sarannya dengan rencana paling rahasianya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments