Kesiangan yang menyenangkan

Entah kenapa, malam tadi rasanya tidur yang di alami Alma begitu terasa sangat indah. Tidur yang nyenyak, mimpi indah yang terasa sangat panjang dan bahkan ketika pertama kali membukakan matanya begitu dikuasai rasa bahagia dalam hatinya.

Apa mungkin kejadian Saka yang mengejarnya siang itu membuat suasana hatinya sangat bahagia? Dia pun tidak tahu, namun ketika mengingat kejadian itu senyumnya mengembang serta degup dalam hatinya meletup-letup bak jagung yang berubah menjadi pop corn.

Dan pada akhirnya akibat dari tidur yang indah itu Alma kini tengah tertegun di sebrang jalan menatap pintu gerbang sekolah yang sudah terkunci dari dalam. Singkatnya Alma kesiangan.

“Mati gue!” gumamnya, kemudian ia berlari kearah gerbang. Hendak meminta untuk di bukakan namun tidak ada satu pun penjaga gerbang di sana. Mungkin karena ini hari senin semua orang sedang berkumpul di lapangan untuk mengikuti kegiatan upacara.

Alma pun memutar otak, mencari cara agar bisa masuk ke dalam sekolah. Sempat terpikirkan untuk memanjat gerbang namun seketika di urungkan karena melihat tinggi gerbangnya saja sudah membuat bulu kuduk Alma berdiri tegak.

Dan akhirnya terpikirkan satu-satunya cara adalah lewat belakang sekolah. Selain karena dindingnya yang tidak terlalu tinggi juga tidak rawan guru yang berjaga di area sana. Alma pun berputar arah menuju belakang sekolah dan sedikit masuk ke area permukiman warga.

Setibanya di area belakang sekolah Alma kebingungan bagaimana cara untuk bisa menyentuh ujung dari dinding pembatas yang memisahkan lingkungan sekolah dan lingkungan area warga itu. Sama sekali tidak ada alat yang bisa ia gunakan sebagai pijakan untuk bisa melewati dinding pembatas itu. Mungkin satu-satunya cara adalah mengambil beberapa batu besar dan menyusun setinggi mungkin untuk dia jadikan pijakan. Tapi sayangnya tidak ada batu besar di sana hanya ada kumpulan kerikil yang tidak berguna.

"Gue kira orang yang telah mendeklarasikan dirinya akan menjadi ketua osis gak bakalan datang terlambat dan menggunakan jalan belakang buat masuk ke sekolah." Tiba-tiba saja Saka datang dan berkata seperti itu pada Alma, tidak lupa sedikit menyunggingkan senyum miring ke arahnya. Alma hanya membeku tidak tahu harus berbuat apa ketika Saka tiba-tiba saja hadir di belakangnya.

"Ini juga terpaksa dari pada enggak masuk sama sekali lebih baik menggunakan cara ini," ujar Alma.

"Yaudah terserah lo aja. Gue cuman mau ngingetin kalau ini hari senin. Biasanya penjaga sekolah bakalan tiba-tiba ngecek tempat ini. Semoga lo enggak ketemu sama dia." Saka mengingatkan lalu menaiki dinding dengan gagah meninggalkan Alma di bawah. Tapi tiba-tiba saja ketika akan melompat, kaki Saka di genggam dengan erat oleh tangan Alma.

"Saka, Alma enggak bisa naik. Bantuin!" pinta Alma memasang wajah memelas.

"Enggak! Berusaha sendiri!" tegas Saka.

"Tolong dong Saka." Alma memasang senyum paling manis.

"Gue bilang enggak berarti enggak! Maksa banget sih lo."

"Yaudah kalau gitu gak bakalan Alma lepasin kaki Saka." Alma terkekeh.

"Nyusahin banget." Saka mengalah dan turun untuk membantu Alma. Saka mulai jongkok di depan Saka, mempersilahkan bahunya agar di jadikan pijakan.

"Ini Alma naik bahu Saka?" tanya Alma memastikan.

"Enggak, naik angkot aja terus pulang biar gak ngerepotin." jawab Saka menahan kesal.

"Kan Alma mau sekolah bukan mau pulang lagi."

"Habis pertanyaan lo aneh! Cepetan naik ke bahu sebelum gue berubah pikiran!" titah Saka.

"Ini di injek aja bahu Saka-nya?"

"Iya."

Alma pun mulai menaikkan satu kakinya untuk menginjak bahu Saka yang rela di jadikan pijakan oleh Alma. Namun Saka menahan Kaki Alma.

"Alma, sepatu lo buka dulu."

"Maaf, Saka." Alma pun membuka kedua sepatunya. Kemudian menaiki bahu Saka dan tangannya menggapai ujung dinding. Beruntungnya di bawah sana sudah ada meja yang bisa Alma jadikan pijakan untuk turun kemudian disusul oleh Saka.

Meskipun sudah berada di area sekolah namun masalahnya belum berhenti begitu saja, justru ujian terberatnya ada di sini. Mereka harus melewati beberapa guru dan petugas osis yang sedang berkeliaran untuk menciduk siswa-siswa yang tidak ikut upacara bendera.

"Saka." Alma memanggil Saka dengan lembut.

"Jangan ngomong jaga-jaga siapa tahu ada beberapa petugas osis dan guru yang lagi berkeliaran." Saka menutup mulut Alma dengan kedua tangannya.

"Tapi, Saka.." Belum menyelesaikan kalimatnya Saka berdesis meminta Alma untuk tidak berbicara.

"Gue tahu apa yang mau lo omongin. Minta di anterin sampai kelas lo, kan? Gue anterin tapi jangan ngeluarin kata-kata. Ikutin gue aja," perintah Saka, yang kemudian di mengerti oleh Alma.

Saat ini perasaan Alma sangat campur aduk. Entah harus merasa takut dan panik karena sedang petak umpet dengan petugas osis dan guru agar tidak kedapatan bolos mengikuti upacara bendera. Atau justru harus merasa senang karena kini mereka sedang berduaan. Dan yang paling lebih membuatnya bahagia adalah saat ini Alma merasa sangat di lindungi oleh Saka.

Jika Alma boleh berteriak mungkin dia akan berteriak sekeras mungkin. Memberi tahu semua makhluk hidup yang ada di semesta ini bahwa dia sangat-sangat bahagia.Namun Alma sadar dia tidak boleh ber-euforia karena pada kenyataannya Saka telah dimiliki oleh seorang wanita yang berada di kafe malam itu bersama Saka.

Alma memegang baju Saka kemudian mengikuti kearah mana Saka berjalan. Jujur saja bagi Alma saat ini dia dan Saka seperti buronan kelas kakap yang kabur dari tahanan dan kemudian di intai oleh banyak pasang mata. Jika benar-benar tertangkap entah hukuman seperti apa yang akan di terima oleh mereka. Mungkin membersihkan kamar mandi atau hanya sekedar di jemur di depan tiang bendera dengan posisi tangan yang sedang menghormat.

Suara langkah dan suara orang yang berbincang dari ruangan kelas yang saat ini sedang dilewati Saka dan Alma, membuat mereka terkejut. Tanpa pikir panjang Saka dan Alma membungkukkan tubuhnya dan melangkah mundur lalu masuk ke dalam ruangan kelas yang ada di belakangnya.

Namun sialnya entah di sengaja atau tidak Alma menutup pintu kelas itu dengan sangat kencang. Yang membuat para petugas osis itu berlari kearah dimana Saka dan Alma sedang bersembunyi.

"PELAN-PELAN ALMA!" protesnya menahan amarah.

Namun memarahi Alma pun tidak akan mengubah apapun. Mereka hanya harus fokus untuk bersembunyi agar tidak di temukan oleh para petugas osis itu. Saka dan Alma bersembunyi di balik lemari. Berharap petugas itu tidak memeriksa bagian lemari tempat dimana sekarang mereka bersembunyi.

Sementara Saka keringat dingin namun Alma sepertinya tidak demikian. Ia tidak pernah berhenti menatap Saka dan sama sekali tidak pernah berhenti tersenyum. Pikir Alma saat ini ketahuan pun tidak apa-apa, di hukum juga tidak masalah asalkan dia bisa berlama-lama dengan Saka.

Beruntungnya petugas osis itu tidak memeriksa lemari bagian belakang. Setelah merasa bahwa kelas ini tidak ada siapa-siapa, mereka pun berjalan keluar.

Alma dan Saka kemudian keluar dari balik lemari. Membaca situasi dulu untuk memastikan bahwa mereka benar-benar sudah pergi. Setelah merasa aman mereka pun membuka pintu kelas dan hendak pergi kearah dimana kelas Alma berada.

Namun tiba-tiba setelah membuka pintu kelas itu Saka dan Alma di sergap oleh para petugas osis yang ternyata belum benar-benar pergi. Sepertinya mereka memang sudah tahu bahwa di kelas itu memang ada orangnya dan memilih untuk membuat rencana lain dan rencana itu benar-benar berhasil.

Mereka digiring menuju lapangan upacara dan menempatkan mereka dengan beberapa orang yang sudah terlebih dahulu terciduk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!