Episode 5 Digandrungi Kaum Hawa

Mayor Rendi dan ketiga saudaranya saat ini kembali ikut mengawal Bapak Wibowo ke beberapa tempat. Hari ini jadwalnya sangat padat dan benar-benar menguras tenaga dan pikiran. Apalagi fans Bapak Wibowo pun tak kalah banyak dan kadang-kadang banyak nekad menyerobot barisan Paspampres supaya bisa bersalaman dengan Bapak Wibowo.

"Mayor Rendi, Mayor Rendi!" teriak para wanita antusias.

Mayor Rendi merasa sangat tidak nyaman dengan kondisi ini, apalagi dia sangat introvert dan paling tidak suka urusan pribadinya menjadi konsumsi publik. "Bisa tidak fans Abang di suruh diam dulu, Bapak mau pidato ini," bisik Rezki.

"Memangnya kamu pikir ini kemauan aku? aku sama sekali tidak punya fans, mereka saja yang terlalu berlebihan," sahut Mayor Rendi dengan berbisik pula.

Para cegil Mayor Rendi tidak bisa dicegah, mereka terus saja meneriaki Mayor Rendi membuat Mayor Rendi kesal bahkan beberapa kali dia sudah menyimpan telunjuknya di bibir berharap mereka akan diam tapi ternyata malah menjadi-jadi.

1 jam pun berlalu, acara kunjungan Bapak Wibowo di sebuah pabrik pun selesai dengan sigap Mayor Rendi dan Paspampres menjaga Bapak Wibowo dengan sangat ketat.

"Busyet, fans Bapak ternyata banyak juga," ucap Rafka dengan menghela napasnya kala sudah masuk ke dalam mobil.

"Fans Bapak sudah pasti ada di mana-mana dan sekarang ditambah fans Abang yang sangat meresahkan," timpal Agam.

"Bagaimana Bang rasanya punya banyak fans gila seperti itu?" goda Rezki.

"Aku tidak suka, mana sekarang media lebih sering menyorot ke arahku dan itu sungguh membuatku tidak nyaman," sahut Mayor Rendi dingin.

"Gak apa-apa kali Bang, kan enak jadi manusia viral sejagat raya," goda Agam kembali.

Mayor Rendi tidak menjawab lagi ocehan adiknya, dia benar-benar merasa geram dengan keadaan seperti ini. Kehidupan pribadi yang awalnya adem dan baik-baik saja sekarang berubah menjadi panas. Banyak yang menyerang akun di media sosialnya sehingga dia terpaksa harus menguncinya.

Bapak Wibowo hanya tersenyum mendengar perbincangan antara keempat putranya itu. "Sudah jangan godain Abang terus, kasihan dia," tegur Bapak Wibowo kepada anak-anaknya.

"Tapi ini memang fenomenal Pak, baru tahun ini Abang kesorot padahal sudah 3 tahun Abang berada di samping Bapak," sahut Rafka dengan tawanya.

"Mungkin dulu Abang belum kelihatan, kalau sekarang Abang kan lebih aktif di samping Bapak jadi banyak kesorot. Tapi, Bapak cuma mau bilang sama kalian tolong jaga sikap dan perilaku kalian jangan sampai nanti mengganggu dan berpengaruh kepada Bapak," ucap Bapak Wibowo.

"Justru itu Pak, Abang takut mempengaruhi kinerja Bapak soalnya mereka sudah sangat mengganggu tapi Abang tidak bisa menghentikannya," sahut Mayor Rendi pasrah.

"Kamu tidak perlu menghentikannya karena kamu tidak akan bisa, sekarang kamu jangan pikirkan semua itu, pikirkan saja jadwal-jadwal Bapak dan satu lagi, jangan sampai kamu bersikap kasar kepada fans kamu karena sekali saja kamu melakukannya, itu akan viral dan berpengaruh besar kepada semuanya, kamu ngerti kan?" jelas Bapak Wibowo.

"Siap, Pak," sahut Mayor Rendi.

Tidak membutuhkan waktu lama, akhirnya mereka sampai di gedung putih. Mayor Rendi adalah orang paling sibuk untuk saat ini, karena dia adalah ajudan yang paling nempel kepada Bapak selain Paspampres. Begitu pun dengan ketiga saudaranya, walaupun mereka tidak terlalu sibuk namun mereka tetap setiap mendampingi Bapak mereka.

Mayor Rendi secara diam-diam melihat CCTV di rumah Palapa, dan terlihat Sasa hanya memainkan ponselnya di halaman belakang. "Ngapain dia, bukanya kerja malah main ponsel. Eh tunggu, bukanya itu ponsel milik Chika? jangan bilang dia mencurinya," batin Mayor Rendi.

"Ada apa, Bang? wajahmu kusut banget kayanya," ledek Agam.

"Lihat ini." Mayor Rendi memberikan ponselnya kepada adik-adiknya.

"Sasa lagi main ponsel, terus masalahnya apa Bang?" tanya Rezki.

"Astaga, lihatlah dengan teliti. Itu ponsel milik Chika, apa mungkin dia nyuri ponsel itu," kesal Mayor Rendi.

"Ah, gak mungkin Bang," sahut Rafka.

"Terus, ngapain dia mainin ponsel Chika?" ketus Mayor Rendi.

"Bentar, aku telepon Chika dulu untuk memastikan." Rafka pun segera menghubungi Chika untuk menanyakan masalah ponsel.

"Bagaimana?" tanya Rezki saat melihat Rafka memutuskan sambungan teleponnya.

"Katanya dia sendiri yang memberikan ponselnya kepada Sasa karena dia kasihan melihat Sasa yang tidak mempunyai ponsel," sahut Rafka.

"Nah kan, apa aku bilang. Sasa tidak mungkin mencuri," timpal Agam.

"Pokoknya kita jangan lengah, bagaimana pun dia orang asing. Kita tidak akan tahu apa isi hati gadis itu!" tegas Mayor Rendi.

"Siap, Bang," ucap ketiganya bersamaan.

***

Tidak terasa waktu pun berjalan dengan sangat cepat, waktu sudah menunjukan pukul 20.00 malam, Mayor Rendi dan ketiga adiknya pulang ke rumah Palapa. Setiap hari mereka mengawal Bapak Wibowo dari pagi hari sampai malam, bahkan mereka tidak ada waktu libur sama sekali saking padatnya jadwal Bapak Wibowo. Apalagi urusan cinta, keempatnya sama sekali belum terlihat menggandeng wanita kecuali Mayor Rendi yang sepertinya pernah jatuh cinta namun berakhir patah hati.

"Ya Allah, badanku rasanya pegal-pegal," ucap Rezki dengan menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.

"Sama," sahut Rafka.

Keempatnya duduk lemas di atas sofa yang berada di ruang tengah, tempat di mana mereka sering berdiskusi bersama satu sama lain. Sasa baru saja keluar dari dapur dan melihat empat pria tampan sedang istirahat bahkan ada yang selonjoran pula.

"Wah, Mas-mas sudah pulang? apa kalian mau kopi?" tawar Sasa.

"Boleh," sahut Agam.

"Yor, mau dibuatin kopi gak?" tanya Sasa.

"Bisa tidak panggilannya diganti? gak enak banget kedengerannya," ketus Mayor Rendi.

"Gak mau, aku sudah nyaman dengan panggilan itu," sahut Sasa.

Mayor Rendi ingin sekali marah kepada Sasa namun energinya tidak mau dia buang-buang begitu saja hingga dia pun memilih diam.

"Buatkan saja 4 kopi," ucap Rezki.

"Baik, Mas."

Sasa pun dengan cepat menuju dapur untuk membuatkan kopi, sedangkan Chika menuruni anak tangga menghampiri kakak-kakaknya. "Dek, pijitin pundak Abang!" perintah Mayor Rendi.

"Lah, biasanya nyuruh Bang Lino," sahut Chika.

"Jangan banyak alasan, sekali-kali Abang ingin dipijitin sama adik sendiri," sahut Mayor Rendi.

"Oke, tapi uang jajan aku ditambahin, ya," pinta Chika.

"Iya, bisa diatur," sahut Mayor Rendi.

Chika pun mulai memijat pundak Mayor Rendi. "Nanti giliran Mamas, ya," ucap Rafka.

Tidak lama kemudian, Sasa pun datang dengan membawa 4 kopi.

"Sa, pijitin aku," ucap Rezki.

"Siap, Mas," sahut Sasa.

Sasa mulai memijat Rezki, Sasa baru pertama kali masuk ke ruangan itu dan dia pun melihat foto yang sangat besar terpampang di sana.

"Oh, Bapak Wibowo gemoy banget apalagi lihat perutnya gemas pengen nyubit," celetuk Sasa.

Seketika semua orang tertawa mendengar celetukan Sasa, sedangkan Mayor Rendi hanya bisa mendelik ke arah Sasa. Hanya Sasa yang berani meledek Bapak Presiden di depan anak-anaknya.

Terpopuler

Comments

𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ

𖤍ᴹᴿˢ᭄°Riyantiʰⁱᵃᵗ 🦋ιиɑ͜͡✦ᴳ᯳ᷢ

ya ampun saaa, , kamu bener² ya 😂 bisa²nya ngledekin bapak nya di depan anak²nya langsung. presiden itu lho saaa 🙈

2024-07-07

4

❤️⃟Wᵃf🧸🍒🍾⃝ͩɴᷞαͧуᷠαͣ❣️ 📴

❤️⃟Wᵃf🧸🍒🍾⃝ͩɴᷞαͧуᷠαͣ❣️ 📴

wah parah si sasa mau cubit perut pak presiden, wah bisa di gantung kamu sama 4 ajudan gantengnya apa lagi ma kang Rendi kamu bakal di tembak duluan 🤣🤣🤣🤣🤣🙃

2024-07-06

1

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

✍️⃞⃟𝑹𝑨🤎ᴹᴿˢ᭄мαмι.Ɱυɳιαɾ HIAT

sasa polos banget ngakak ya dia beruntung banget bisa tinggal di rumah Palapa

2024-07-06

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!