“Sayang…”
“Hhm?”
“Lusa aku harus pergi ke luar kota karena ada meeting dengan para investor.”
Riska yang sedang santai membaca majalah tiba-tiba langsung lemas mendengarnya. Bukan apa-apa, hanya saja… ia akan merasa kesepian kalau pria kesayangannya pergi dalam waktu yang lama.
Namun, dirinya tidak mau egois. Suaminya adalah seorang pemimpin perusahaan dan pastinya memiliki tanggung jawab yang besar.
“Semangat ya, Mas. Semoga meeting nya lancar.” Kata Riska yang berusaha tersenyum.
“Kalau kamu bosan, jalan-jalan saja sekitar sini. Jangan jauh-jauh. Aku takut hal buruk terjadi padamu sedangkan kita sedang berjauhan.”
Riska memeluk suaminya lalu menyenderkan kepalanya di dada berotot suaminya.
“Semoga keluargamu tidak datang dan menggangguku.” Batin Riska.
Reza menyadari sikap istrinya yang berubah menjadi murung. Ia pun memeluk erat cinta pertamanya dengan kasih sayang.
“Kalau bisa lewat Online, aku tidak akan pergi. Tapi ini–”
“Aku mengerti, Mas. Tak perlu mencemaskan ku. “ Kata Riska yang segera memotong perkataan suaminya. Ia tidak mau dicap buruk oleh suaminya.
☘️☘️☘️☘️
Hari itu telah tiba. Riska mengeluarkan sebuah tas hitam besar yang berisi keperluan-keperluan suaminya. Sedangkan Reza, ia sedang memasukkan kopernya kedalam mobil.
“Ini, Mas. Ada satu lagi.”
“Eh, iya ya. Hahaha aku lupa.” Reza tertawa karena dari kemarin ia melupakan tas itu.
“Aku terbiasa membawa satu koper aja, sekarang lupa kalau ada satu lagi.”
“Hati-hati ya, Mas.” Riska tersenyum lebar saat Reza sudah masuk dalam mobil. Ada rasa kasihan di hati Reza saat meninggalkan istrinya sendirian di rumah. Terlebih, jarak rumah mereka jauh dari tetangga. Hal itu juga yang membuat pria itu keberatan meninggalkan istrinya. .
Lagi pula, Riska sering menolak kalau diajak pergi. Alasannya karena takut merepotkan suaminya. Padahal, Reza sendiri yang mau mengajak. Ah sudahlah…. Berdoa saja yang terbaik.
Sedangkan di rumah…
Riska lompat-lompat kegirangan. Ia akhirnya bisa melakukan pekerjaan yang sangat ia nantikan. Ya, Riska diam-diam bekerja sebagai freelancer dan penulis cerpen online di platform langganannya.
Tidak hanya itu, wanita cantik itu sudah memiliki ribuan dollar di rekening pribadinya, hanya bermodalkan laptop bekas dan skill menulisnya. Tidak sia-sia ia mengeluarkan uang sebesar 200.000 untuk kursus menulis. Bahkan Laptop bekasnya yang ia pakai sekarang adalah hasil kerja kerasnya.
Sambil menyeruput segelas kopi dinginnya, Riska mengetik cerpen yang sudah ia tulis di kertas HVS. Jari-jarinya bergerak cepat mengetik kata-kata yang telah ia susun.
Tak perlu menunggu waktu yang lama, cerpen itu sudah siap ia kirim. Dan sekarang, ia akan bergerak cepat mengerjakan tugas lainnya. Membuat artikel bahasa inggris mengenai mental health.
Yap! Salah satu skill terpendamnya adalah bahasa Inggrisnya yang lancar. Riska belajar otodidak sejak kecil. Karena ekonomi keluarganya pas-pasan, Riska belajar bahasa asing itu bermodalkan kamus dan kuota internet untuk menonton cara berbicara dengan bahasa inggris lewat YouTube.
Nyam nyam.
Tak tak tak tak!
Sambil asik mengunyah cemilan, istri Reza yang ‘misterius’ itu mengerjakan pekerjaan yang ia nikmati. Sampai tak terasa, sudah hampir empat jam ia duduk di depan laptopnya.
Kruuk!
Perutnya berbunyi, ia lapar lagi. Cemilan-cemilan itu ternyata tidak membuatnya kenyang. Setelah merenggangkan otot-ototnya, ia pun bergegas merapikan alat tulisnya dan bungkusan makanan yang berserakan.
Dengan wajah yang full senyum, Riska menatap sejenak ke arah tumpukan kertas berisikan ide-ide yang ia tulis. Tumpukan kertas itu ia masukkan ke sebuah tas bewarna gelap supaya tidak kelihatan.
“Makan mie setelah bekerja adalah kenikmatan yang luar biasa! Apalagi kalau sambil menonton.” Ucapnya bermonolog. Sepiring nasi, semangkuk mie dan segelas air mineral sudah ia siapkan di depan matanya.
“Waaah, Nikmatnya! Sendirian memang hal yang menyenangkan! Tidak ada yang mengganggu ku makan!” Batinnya sambil menyuapkan mie dan nasi kedalam mulutnya.
“Mas sedang apa, ya? Ah nanti saja ku telpon kalau sudah mandi.”
🧡🧡🧡🧡
“Jadi begitu, ya…”
“Iya, Za. Tapi, lu gak bisa salahin istri lu. Dia kan begini karena ada tekanan dari pihak dalam, keluarganya sendiri.”
“Iya, gua ngerti. Kesel aja sih kenapa dia gak mau cerita sama gua. Padahal, gua gak bakal ngelarang dia. Bebas aja, asal gak lupa sama tugasnya sebagai istri. Itu aja.”
“Sabar, Za. Suatu saat dia juga akan terbuka sama lu. Oh ya! Emak lu kan juga benci banget sama istri lu. Gua yakin, pasti istri lu dah di apa-apain sama mertuanya. Mengingat kasta kalian berbeda.”
“Kalau saja dia mau terbuka, mau cerita sama gua.”
“Orang yang kayak istri lu, gak mudah untuk buka mulut. Kan gua udah bilang…. Dia ada trauma yang sampe bikin dia pendiam kayak gini. Aslinya dia tuh cerewet.”
“Iya iya. Thanks bro udah bantuin gua.”
“Santaaai. Asal…. Uangnya lancaaarrr!”
“Si*l*n lu!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments